Like the first time we met Your smile makes me laugh

6 0 0
                                    

"Like the first time we met. Your smile makes me laugh"

"Seperti pertama kali kita bertemu. Senyumanmu membuatku tertawa"

---

Mungkin jika diingat kembali kejadian waktu itu, tentu bukan hal yang indah untuk diingat kembali. Bahkan jika bisa, Donghae ingin mengubur kepalanya dalam-dalam. Namun Donghae bersyukur akan kejadian itu. Jika waktu itu Donghae tidak teringat dengan mendiang Ibu nya, gadis ini tidak akan duduk di hadapan nya saat ini. Dan masih sama seperti waktu itu, senyum Donghae tidak pernah luntur untuk gadis ini.

"Pak Lee.. silahkan dilihat kembali. Saya sudah menggantinya sesuai perintah pak Lee"

Donghae mengambil alih laptop berwarna biru laut milik lawan bicaranya dan mulai melihat kembali hasil revisi naskah pidato milik Aerin. Gadis yang dimaksud Donghae sedari tadi adalah Aerin. Seorang mahasiswi di kelasnya yang memiliki rupa mirip dengan mendiang Ibu nya. Bahkan ada hal baru yang Donghae ketahui setelah mereka cukup dekat. Sifat Aerin dan mendiang Ibu Donghae benar-benar mirip. Mungkin karena itu Donghae merasa nyaman jika bersama Aerin.

"Aerin.." Panggil Donghae.

"Umm?" Sahut Aerin dengan senyuman serta mata nya yang berkedip cepat.

"Hahahaha... astagaa..."

Mata Aerin menatap bingung ke arah dosen nya yang tengah tertawa bahkan Aerin sendiri tidak tahu penyebabnya. Apakah Donghae menertawakan revisi nya? tapi kan pidato yang ditulisnya bukan pidato komedi. Apa ada sesuatu di wajah nya? Aerin mengusap kedua pipi nya dengan kedua tangan nya bersamaan.

"Astaga maafkan saya. Tidak ada apa-apa di wajah mu. Entah kenapa kamu yang tersenyum ketika bingung terlihat lucu bagi saya. Maaf ya?" 

Donghae meneguk ice americano milik nya. Tertawa membuat nya sedikit haus.

"Saya pikir ada yang salah dengan tulisan saya, pak. Saya juga berpikir jika sesuatu yang aneh ada di wajah saya. Bapak ini mengagetkan saya saja!" Ujar Aerin sedikit kesal namun lega. Hampir saja Aerin berpikir melakukan sesuatu yang memalukan di hadapan Donghae. Seperti ketika pertemuan pertama mereka.

"Tidak. Jika bernar begitu, saya akan tertawa lebih keras dari ini" Sahut Donghae masih dengan tawa kecil di akhir kalimat nya.

Aerin hanya bisa menggeleng pasrah. Dosen nya ini sedikit unik. Jujur saja, pada awalnya Aerin pikir Donghae akan sama menyeramkan nya dengan Heechul, atau yang biasa para mahasiswa panggil pak Kim. Memang garis wajah Donghae lebih terlihat lembut dibanding Heechul, namun suara Donghae lebih berat. Tatapan mata Donghae pun lebih tajam jika dalam mode mengajar. Namun yang tidak pernah terbayangkan sedikitpun ketika pertama kali melihat Donghae adalah dosen nya ini memiliki humor yang buruk. Bahkan seisi kelas harus berpura-pura tertawa demi menyelamatkan nilai masing-masing. Namun berbeda bagi Aerin, selera humor mereka mirip. Bahkan dari hampir tiga puluh mahasiswa di kelas, hanya Aerin yang paham dengan alur candaan Donghae. Kalau kata Anna sih, mereka berdua sama-sama aneh. Iya.. cukup aneh memang jika mengingat Donghae yang tiba-tiba meminta Aerin menjadi asdos nya.

Seperti sekarang, mereka tengah berada di sebuah cafe dengan dua gelas kopi berbeda rasa dan sedang membahas naskah pidato untuk lomba yang akan diikuti Aerin, itu pun atas rekomendasi dari Donghae. Memang terlihat aneh, tapi Aerin tidak ingin berburuk sangka pada Donghae yang telah baik dan banyak membantunya dalam perkuliahan. Ya meskipun Anna selalu memperingatkan nya agar selalu berhati-hati jika tidak bersama nya.

"Kamu melakukan yang terbaik. Tidak salah saya memilih mu. Lanjutkan saja sesuai keinginanmu, setelahnya akan saya periksa kembali"

Donghae mengembalikan laptop milik Aerin setelah memeriksa hasil revisi Aerin. Rupanya mereka selesai lebih cepat dari perkiraan. Setelah membereskan laptop milik nya, Aerin memeriksa ponsel nya. Belum ada pesan masuk dari Anna. Dengan santai Aerin memainkan ponsel nya sejenak sebelum tubuhnya menegang ketika mendengar suara yang tidak asing masuk ke gendang telinga nya. Dengan cepat Aerin menolehkan kepala nya ke arah luar cafe. 

Guardian Angel - JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang