"Your past self"
"Masa lalu mu"
-----
Donghae merasa ada yang aneh pada Aerin belakangan ini. Memang Donghae dan Aerin tidak bertemu setiap hari, hanya bertemu di kelas dan di hari-hari tertentu untuk diskusi naskah pidato. Tapi Donghae bukan lah orang yang tidak peka, ya mungkin sedikit cuek. Tapi perasaan cemas ini mengganggu Donghae. Setidak nya Donghae harus bertanya pada Aerin hari ini, kebetulan kelas nya dengan Aerin juga hari ini.
Setelah memarkirkan mobil hitam nya, Donghae berjalan santai menuju ke ruangan nya sebelum mengajar di kelas Aerin. Di sepanjang koridor tidak henti-henti nya Donghae membalas sapaan baik dari sesama dosen maupun para mahaswa dan mahasiswi. Donghae baru menyadari bahwa diri nya cukup terkenal di kampus ini. Padahal belum lama ini Donghae mulai mengajar di kampus ini. Menerima cukup banyak sapaan membuat mood nya cukup baik. Bahkan senyum nya terus mengembang tanpa Donghae sadari.
"Kopi atau cola ya?"
Kaki Donghae berhenti di sebuah mesin penjual minuman otomatis. Salah satu kebiasaan nya begitu sampai di kampus. Ketika pikiran nya sibuk memilah antara kopi dan cola, mata Donghae menangkap satu siluet yang tidak asing bagi nya. Dengan cepat Donghae menekan tombol pada mesin itu setelah memasukan uang ke dalam nya. Dua kaleng latte dingin menjadi pilihan Donghae yang kini berusaha menyusul orang itu.
"Akh!"
Langkah Donghae terhenti. Tubuh nya membeku. Apa yang dilihatnya saat ini bagaikan mimpi buruk bagi nya. Dan untuk pertama kali nya, Donghae membenci dirinya. Tubuh yang tidak berjalan sesuai keinginan nya. Kaki yang terdiam sedangkan hati Donghae meronta. Di balik tembok tempat nya terdiam kini, terdengar suara rintihan kesakitan dari seseorang yang akhir-akhir ini Donghae khawatirkan. Firasat Donghae tidak salah.
"Kenapa? Ga bisa bangun? Hahahaha... Aduhh gimana ya.. Aku ga sengaja loh. Eh? Sengaja ga ya.. Hahahaha..."
"Aku mohon..."
"Baiklah, seperti nya cukup untuk hari ini. Dan jangan tunjukan wajah itu pada ku di depan orang banyak. Atau aku kan melakukan lebih dari ini"
Donghae mendengar suara langkah kaki mendekat. Dengan cepat Donghae menegakkan tubuhnya dan mengambil ponsel nya sebelum suara langkah kaki itu semakin mendekat.
"Selamat pagi, pak Lee. Saja Jung Jaehyun. Saya mahasiswa pindahan dari kelas bu Yuri. Mohon bimbingan nya." Jaehyun menyapa Donghae dengan sopan.
Donghae terkejut. Sangat terkejut.
"Se..selamat pagi juga" Balas Donghae sebiasa mungkin.
"Kalau begitu, saya permisi dulu." Jaehyun membungkuk sejenak sebelum meninggalkan Donghae yang berdiri mematung.
Tubuh Donghae melemas begitu Jaehyun hilang dari pandangan nya. Tubuh nya merosot hingga tertuduk di lantai dingin dengan punggung yang masih bersandar di dinding. Donghae kehabisan kata-kata. Apa yang baru saja terjadi tidak bisa diterima oleh akal sehat nya. Bola mata nya bergetar, begitu juga dengan kedua tangan nya yang berusaha menutup bibirnya yang juga bergetar.
"Pak Donghae! Bapak baik-baik saja?!" Suara itu. Mata Donghae dengan cepat menatap tajam ke arah sumber suara itu.
"Pak? Pak Donghae? Bapak bisa dengar suara saya?" Sebuah tangan mengguncang tangan nya perlahan. Donghae tersadar. Nafas nya memburu.
Dengan perlahan Aerin membantu Donghae berdiri. Tatapan mata nya yang menyiratkan khawatiran, mebuat Donghae kembali teringat dengan mendiang ibu nya. Tatapan mata dan elusan lembut ibu jari Aerin di tangan Donghae. Air mata Donghae menggenang di pelupuk mata nya. Donghae harus pergi dari sini sebelum air mata itu terjun bebas.
"Saya harus pergi. Ini untuk mu. Sampai ketemu di kelas"
Donghae menepuk pundak Aerin setelah memindah kan sekaleng latte dingin yang dibeli nya tadi ke tangan Aerin. Dengan cepat kaki nya melangkah menjauh meninggalkan Aerin yang masih pada posisi nya. Tujuan nya saat ini adalah ruangan nya. Dan begitu menutup pintu ruangan nya, Donghae terduduk di kursi nya.
Otak nya benar-benar masih belum bisa menerima apa yang baru saja terjadi. Seperti sebuah imajinasi nya, namun terlalu nyata. Donghae mengusap wajah nya kasar. Dipejamkan nya mata nya, mencoba mengingat dengan jelas seluruh kejadian yang baru saja terjadi. Tubuh nya menegak seketika otak nya teringat sesuatu.
"Tidak salah lagi.. Jaehyun mirip sekali dengan paman Jaehyun. Mantan kekasih ibu... Orang yang besama ibu dan ayah di saat terakhir hidup mereka.. Orang yang meninggal di hari yang sama dengan ibu dan ayah.. Ini tidak mungkin..." Lirih Donghae.
Donghae segera mengambil ponsel nya. Jari lincah nya membuka aplikasi kalender di ponsel nya.
"Jika Aerin dan Jaehyun seangkatan, berarti kemungkinan besar mereka seumuran.. Dan tahun mereka lahir... Astaga.... Mereka lahir satu tahun setelah meninggal nya ibu, ayah, dan juga paman Jaehyun..."
Donghae yang terkejut, tidak sengaja menjatuhkan ponselnya ke meja. Yang terjadi saat ini, bisa jadi bukan lah sebuah kebetulan belaka. Pasti ada alasan di balik kejadian ini. Tentu saja pasti kejadian ini dan kejadian di masa lalu merupakan sebuah takdir. Donghae yakin, kali ini bukan hanya kebetulan.
"Jika Aerin punya wajah, nama, dan bahkan sifat yang mirip dengan ibu.. Jaehyun juga.. Wajah dan namanya mirip dengan paman Jaehyun.. Jika ini benar.. Kemungkinan mereka adalah reinkarnasi dari ibu dan paman Jaehyun! Tidak.. Jika ini reinkarnasi, harus nya ayah juga bereinkarnasi. Jika memang muncul seseorang yang mirip sekali dengan ayah, tidak salah lagi. Mereka pasti bereinkarnasi!"
Mata Donghae tidak sengaja melirik ke arah jam dinding di ruangan nya. Sudah waktunya untuk pergi. Bagaimana pun Donghae harus tetap mengajar dan tentu nya Donghae juga harus memperhatikan kedua orang tersebut. Kali ini Donghae sangat yakin akan perasaan nya.
"Aku harus menemukan reinkarnasi ayah untuk membuktikan semua ini."
.
.
to be continue-
KAMU SEDANG MEMBACA
Guardian Angel - Jeno
RomanceJeno dihukum menjadi guardian angel untuk Jaehyun karena perbuatan nya di masa lalu. Namun Jeno mulai geram pada Jaehyun yang selalu mengganggu Aerin yang bahkan trauma jika bertemu Jaehyun. Akan kah Jeno mampu melaksanakan tugas nya sampai akhir? C...