33. Berita Buruk

1.1K 129 22
                                    

"HAAHHH?? UTS DIMAJUIN?!" Ryujin menganga mendengar penjelasan Lia. Mereka berdua baru selesai mendengarkan kelas terakhir untuk hari ini. Sialnya, kelas matematika yang diajar Pa Donghae itu entah kenapa selalu membuat Ryujin ngantuk.

Ngomongnya pelan banget, mana kedengeran. Batin Ryujin.

"Iya. Baru aja tadi Pa Donghae ngasih kabar. Katanya biar ga bentrok sama tanggal merah tahun ini. Jadinya liburan kita bakal lebih panjang gitu deh." jawab Lia sambil merapihkan buku-bukunya.

Ryujin mengerjapkan matanya tidak percaya. Bagaimana bisa dia menghadapi UTS? Otaknya setengah semester ini kosong. Iyalah, kerjanya tiap hari hanya bertengkar saja dengan Beomgyu.

"Emangnya tadi kamu ga denger?" tanya Lia pelan kepada sahabatnya.

Ryujin menggeleng lemah. "Enggak. Tadi gue ketiduran..." ucap Ryujin. "Aduuuh, ini gimana dong Li? Gue belum belajar apa-apa. Otak gue kosong!"

"Dasar." kekeh Lia. "Yaudah, mulai nyicil dari sekarang, sana. Masih 2 minggu lagi kok."

Ryujin mengeluh gusar. Mau dikasih waktu sampai satu bulan pun, belum tentu Ryujin bisa mencerna materi yang diberikan. Kalau tidak bisa ya tidak bisa saja.

"Ryujin, kamu butuh bantuan nyiapin UTS?" Lia bertanya dengan hati-hati. Dirinya tidak ingin Ryujin salah paham merasa direndahkan. Lia selalu senang hati membantu Ryujin.

Sambil mengangkat kepalanya, Ryujin tersenyum. "Sejujurnya sih iya. Tapi gue gak enak sama lu, Lia. Lu selalu bantuin semua tugas-tugas gue." jawab Ryujin. "Makasih ya."

"Santai aja," membalas senyuman sahabatnya. "Eh tapi, kamu kenapa gak minta tolong Beomgyu aja?"

Ryujin mengernyit. "Anak itu bisa apa? Minta tolong sama Beomgyu itu beli jajan bukan ngajarin matematika."

Lia tersenyum miring pada Ryujin. Sedikit tidak percaya kalau Ryujin mungkin tidak tau sosok Beomgyu sebenarnya. Daripada menjelaskan lebih baik Lia tunjukkan saja.

"Ini kertas urutan rangking akumulasi nilai ujian semester kemarin-" kata Lia.

"Ih jauh-jauh. Gue trauma liat kertas itu!" potong Ryujin.

"Diem. Baca dulu ini nama siapa di peringkat empat." titah Lila.

Ryujin memutar bola matanya tapi menuruti perintah Lia. Ekor mata Ryujin mencari tulisan peringkat yang dimaksud Lia. Betapa terkejutnya Ryujin saat melihat nama pemilik peringkat tersebut.

"CHOI BEOMGYU?!" seru Ryujin tidak percaya. "Lia, ini kertas palsu ya? Mana mungkin Beomgyu masuk lima besar satu angkatan!"

"Why would I fake a paper without my name on the top? Ini asli tau. Nilai Beomgyu beneran peringkat empat. Aku aja semester lalu cuman masuk 10 besar." jelas Lia.

"Cuman 10 besar kata lu?" desis Ryujin.

Lia tersenyum malu. Tapi niat Lia menunjukkan ini bukan untuk menyombongkan dirinya. Segera, gadis itu mengalihkan perhatian Ryujin.

"Beomgyu itu aslinya pinter. Coba kamu ajak belajar bareng sama dia, pasti mau." saran Lia.

Sejenak Ryujin berpikir itu ide yang bagus. Meminta Beomgyu mengajarkannya materi bisa jadi jalan singkat Ryujin untuk menyelamatkan nilainya. Tapi, setelah dipikir-pikir Ryujin jadi enggan meminta tolong.

1. Bingung cara minta tolongnya gimana
2. Malu lah masa diajarin sama Beomgyu

Gengsi Ryujin memakan hatinya pelan-pelan. Setelah dicerna, Ryujin jadi kesal sendiri. Bisa-bisanya Beomgyu tidak pernah menceritakan sedikit saja tentang otak encernya. Lelaki itu jelas terlihat nyaman berada di sekitar Ryujin dan Ryujin juga nyaman bersama dengan Beomgyu.

Putaran DaduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang