17. Penasaran yang Menggelitik

1.5K 279 0
                                    

Percakapan antar empat muda mudi terhenti begitu saja. Layar hitam tertampil kosong di hp Soobin. Lelaki itu yang semula berpikir hanya berbincang dengan teman-temannya tentu saja terkejut. Sambil mencoba mengetikkan beberapa pesan kepada Taehyun, Chaeryeong, dan Lia, Soobin menggumamkan nama yang tadi terdengar dan tergiang di kepalanya.

"Minho," ucap Soobin. "Maksudnya Minho itu siapa? Kakaknya Lia?"

Soobin bergumam kembali, menenggelamkan dirinya lebih kepada teka-teki mental dalam-dalam. Jemarinya menari di atas layar hp sambil menerka-nerka perihal Lia, gadis teman bolos sekolahnya akhir-akhir ini.

"Emang Lia punya kakak? Selama ini gaada obrolan tentang kakak dari dia..."

Coret itu. Lia tidak pernah berbicara tentang keluargnya dengan Soobin. Waktu bersama mereka dihabiskan untuk memenuhi keinginan Lia mencoba berbagai jajanan pinggir jalan yang selama ini ia pikirkan.

Lia kerap berbicara tentang berbagai makanan yang sering temannya coba dan bukannya Soobin tidak suka, tetapi Soobin sendiri juga seorang tukang makan sehingga ia kadang terlarut mendengarkan celotehan Lia.

"Kenapa gue gapernah nanya masalah itu ya?" Soobin jadi berandai-andai sendiri. "Kenapa juga gue pengen tau?"

Ah iya benar, punya urusan apa Soobin sampai bertanya perihal keluarga? Bukankah itu termasuk urusan pribadi? Jangan mengada-ngada kamu, Choi Soobi-

"Tapi siapa Minho?!" tanya Soobin sekali lagi gemas dengan pertanyaan yang mengusik urat-urat kepalanya.

Soobin tidak yakin Minho itu siapa, gendernya apa, punya hubungan apa dia dengan Lia, dan terlebih mengapa Lia langsung mematikan panggilan mereka secara sepihak?

Seolah gadis itu tidak ingin ketahuan-

"Apa pacar ya?" Soobin menggigit bibirnya bawahnya. Rasa gugup dan khawatir perlahan merambat setiap inci tubuh lelaki tersebut. "Masa sih pacar? AH! Anjir gak mungkin. Tidak. Gak mungkin lah, gak boleh!"

Berbagai bayangan liar memasuki imajinasi Soobin. "Tapi kalau iya, ngapain pacarnya Lia ada di rumahnya malam-malam- WAH KURANG AJAR! Sedekat itu mereka?"

Soobin mengerang frustasi dengan kepalanya sendiri. Dia mulai merasa otaknya tidak ada gunanya. Untuk apa punya otak kalau saat ujian tidak bisa dipakai dan malah memikirkan yang tidak-tidak?

"APAAN SIH BIN!" sela Soobin menutup layar hpnya muak dengan putaran bersambung tiada ujung. Soobin bisa gila kalau terus terjebak dengan pikirannya sendiri.

Suatu amarah mencuat tahu-tahu datang tanpa permisi. Kesal rasanya, Soobin ingin marah tapi tidak bisa. Di sela-sela kekesalan tersebut ada rasa iri yang menyusul. Serempak mereka beradu bagaikan badai yang menguji emosi Soobin.

Soobin menganalisanya sebagai ego, sentimen jahat yang seharusnya lelaki itu buang dan hindari. Tapi kali ini, Soobin tidak ingin egonya terkalahkan. Ada hasrat yang menyuruhnya untuk melawan.

"Minho, Lia, Minho, Lia. Minho- AH ANJRIT KENAPA SIH GUE?!" pekik Soobin membanting dirinya ke belakang sandaran kursi.

 Minho- AH ANJRIT KENAPA SIH GUE?!" pekik Soobin membanting dirinya ke belakang sandaran kursi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Putaran DaduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang