Hari ke tujuh
Ini hari minggu, Tania telah bersiap mengunjungi rumah Nathan demi kesiapan apapun, dia harus mendapatkan cintanya sebelum sekolah mengadakan perpisahan.
"Mau kemana?" tanya seseorang yg melihat penampilan Tania.
"Ketemu Nathan, gausah cariin aku." balas Tania begitu saja dan segera pergi.
Tidak memiliki masalah apa apa, sudah merasa di musuhi. Lelaki itu hanya bisa menghela nafas melihat tunangannya yg kini mulai sering bepergian.
"Cinta pertama emang ga ada yg ngalahin?"
•••
Tania telah sampai di tempat tujuannya. Kebetulan sekali, lelaki yg dia maksud telah di depan rumah bersama teman teman Nathan.
"Nathan!"
Jovan menepuk pundak Nathan heboh. "Mantan lo, nath!"
Nathan menoleh, semua mendadak diam ketika remaja itu menuju ke arah Nathan.
"Ayo, nath." ujar Tania dengan senyum teduhnya, melihat respon Nathan yg diam saja membuat hatinya rapuh.
"Tania," panggil Rasya membuat Tania sendiri menoleh.
"Mau sampe kapan gangguin Nathan mulu? Ga kasian sama tunangan lo?"
"Neng, lo boleh oleng kalo selagi ga punya siapa siapa. Liat tuh cincin lo, cantik banget."
Tania menunduk, lagi lagi dia tersadar. Mungkin, apakah yg ia lakukan adalah hal egois? Satu sisi dia mulai mencintai tunangannya, satu sisi lagi dia tidak ingin kehilangan Nathan.
Apakah sekarang, harus mundur saja.
Nathan mulai beranjak dari tempat duduknya dan mengajak remaja itu untuk keluar dari area rumahnya. Sedikit jauh dari teman temannya.
"Gue sama lo udah ga ada apa apa, Tan. Berenti deketin gue dan minta balikan."
Tania menggeleng. "Tapi aku masih cinta sama kamu."
Lelaki itu tak habis pikir, kemudian dia berdecak. "Lo cinta sama gue?"
Tania sontak tersenyum lebar dan mengangguk.
"Kalo iya, kenapa lo terima pertunangan itu?"
"Kan aku udah bilang, aku gak bisa nolak tawaran orang tua ku, Nathan!"
"Lo aja bisa nerima tunangan itu, masa ga bisa terima kalo gue udah ada yg lain selain lo?"
Damn.
Tanpa remaja itu sadari, dia meneteskan air matanya. Dari sorot mata Nathan, dia sangat bersungguh sungguh. Dia, sudah tidak mencintai dirinya lagi.
Tania terkekeh. "Secepet ini, nath?"
Nathan hanya memalingkan wajahnya, tidak sanggup melihat perempuan dihadapannya menangis.
"Aku cuman mau perjuangin sisa sisa cerita kita---"
"Ga ada cerita kita, Tania. Perjuangin siapa?! Buat apa??" tegur Nathan semakin membuat Tania tak lagi menahan tangis.
Nathan menunjuk ke arah cincin yg dikenakan Tania. "Lo udah jadi milik orang lain, dan orang lain itu bukan gue. Jadi cewek gausah egois!"
Remaja itu hanya menunduk, enggan mengatakan apapun. Rasanya hancur, hilang harapan. Nathan menolak mentah mentah ajakannya seakan tamparan begitu keras untuknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Triangle Boyfriend ; naykook
Fiksi Penggemar----NAYKOOK LOKAL STORY---- "Lo jangan sampe baper, gue cuman mau Tania cemburu." "Dih, siapa juga yg baper. Lo tuh yg kali aja baper sama gue," Jonathan mengaku bahwa dirinya tampak seperti lelaki paling sedih dikala mengetahui sang kekasih akan me...