03. ketemu or ketauan?

45 2 0
                                    

"Eh kita mau kemana lagi nih?" tanya Shia dengan nada sedikit ngos-ngosan. Ya pasalnya hari ini bisa dibilang Shia sudah cukup lama berjalan-jalan bersama Nias. Dari ke mall, beli buku, belanja keperluan, sedikit main main, dan banyak lah pokoknya. Intinya sekarang Shia capek, udah.

"Lo laper gak?" ucap Nias.

"Ya laper lah!"

"Yaudah ayo makan" ajak Nias, sembari berjalan mendahului Shia.

"Eh eh bentar dulu. Ini udah pukul berapa?"  kata Shia, sedikit berlari untuk menyamakan langkah Nias.

"Ck, baru juga setengah 07." decak Nias

"Gak deh aku mau pulang aja, pukul 19.00 aku udah harus ada dirumah. Kalo gak, aku yang dimarahin sama mas Devan"

Nias memutar bola matanya malas.
"Ish Shia! gapapa sii bentar aja. Kita makan dulu, abis itu kita pulang. Beneran" ucapnya.

"Tapi kan bisa makan dirumah" kata Shia, polos, mengerjapkan matanya.

"Ih nanggung tau! udah ah ayok!" kata Nias, dan langsung saja menyerat tangan Shia, Menuju mobil.

Sedangkan di tempat lain, kini Devan tengah duduk disalah satu meja yang sudah disiapkan, bersama sosok yang sudah lama tidak terlihat dimatanya, Lalita. Sosok yang masih sama, tatapan matanya, bentuk tubuh nya, dan senyuman manisnya.
Sebenarnya Devan agak canggung dengan suasana yang tercipta, bingung juga mengapa ia bisa langsung menerima ajakan Lita untuk bertemu.

"Lama gak ketemu kamu Van, kamu makin keren aja" kata Lita sedikit terkekeh kecil, mengagumi penampilan Devan, membuat Devan sedikit terkekeh.

"Enggak Lit, biasa aja. Kamu juga, kapan balik dari Australia?" balas Devan

"Baru 2 hari yang lalu Van. Maaf juga aku baru kabarin kamu, ya soalnya akhir-akhir ini masih sibuk banget. Belum juga pasti banyak saudara-saudara yang datang, walau hanya buat sekedar lihat sosok aku sekarang gimana hahaha" ucap Lita, diujung kalimatnya sedikit terkekeh. Devan hanya mengangguk-angguk seolah paham.

"Eh iya kamu sekarang gimana? udah ada pengganti aku?" kata Lita, sekali lagi. Devan langsung mengangkat pandangan matanya, lalu membenahi posisi duduknya.

"Aku? aku gak terlalu mikirin itu Lit. Masih sibuk banget, kayaknya belum ada waktu jika hanya untuk main-main. Mending buat aku kerja aja kan?" kata Devan, menatap serius Lita, membuat Lita hanya bisa mengangguk-angguk kepalanya.

"Maaf" ujar Lita, sembari menundukkan kepalanya.

"Why?"  Lita segera kembali mengangkat kepalanya, lalu beralih menggenggam tangan Devan, sedikit membuat Devan terkejut.

"Van maaf. Maaf karena secara tiba-tiba dulu aku ninggalin kamu. Bahkan tanpa alasan yang jelas" kata Lita, sembari menatap mata Devan serius.

Perkataan Lita membuat Devan menyeritkan keningnya, ayolah itu sudah berlalu cukup lama.
"It's ok Lit, bukan masalah besar. Lagipula itu juga udah berlalu lama" Mendengar itupun membuat Lita langsung menyunggingkan senyumnya.

"Thanks banget Van, kamu masih sama" kata Lita, sembari tersenyum menatap Devan. Devan membalas tatapan itu, lalu melepaskan genggaman tangan Lita ditangannya.

"Itu udah lama loh Lit, lupain aja. Sekarang kamu gimana? udah ada?" kata Devan, dengan kekehan di ujung kalimaya.

"Ya ampun Van, aku juga sama aja kaya kamu. Gak ada waktu, sibuk banget"

Meraka saling bertukar obrolan setelah, masih sama seperti dulu. Menghabiskan waktu berdua dengan banyak nya obrolan yang mereka bahas.
Hingga akhirnya merek berdua sama sama tertawa, meratapi nasib masing-masing.

Why did cousins ​​get married?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang