02. hari mas Devan

51 2 0
                                    

"Lah kok disini sih mas!" omel Shia kesal, pasalnya selalu saja Devan menurunkan diri nya jauh dari gerbang universitas. Kan jadi jauh kalo harus mau jalan kaki.

"Yaudah tinggal turun aja" ucap Devan santai, membuat Shia mendengus kesal.

"Majuan dikit ngapa sih!"

"Biasanya juga di sini, kamu gak ngomel"

"Tapi kan sekarang aku lagi mager, jadi jalan kaki dari sini ke pintu gerbang itu jauh, belum nanti masuk gedung Fakultas ku! jauh tau" kata Shia panjang lebar.

"Mau turun apa enggak?" kata Devan cepat.

Shia langsung saja menatap Devan sinis, menahan gemuruhnya.
"Nanti aku bilangin sama eyang!"
"MAS DEVAN NGESELINNNN" ucap Shia sedikit berteriak.

"Ih Shia! berisik!" kata Devan, sembari menutup kedua telinganya.

"Mas Devan tu galak! gak punya perasaan!"

Brak!

Setelah mengatakan itu, Shia langsung keluar dan menutup pintu dengan sedikit kencang. Sedangkan Devan? sudah tak terkejut lagi dengan hal ini, pasalnya memang mereka sering sekali bertengkar.
Devan melihat kearah Shia yang tengah sinis menatap kearahnya, lalu secara tiba-tiba Shia mengacungkan kedua jari tengah nya kearah Devan seolah fuck kau mas Devan!
lalu pergi. Devan membulatkan kedua matanya, ada ada saja.

Shia memang berhijab, namun tidak seperti hal halnya ukhti-ukhti yang syar'i kalem, dan alim. Dirinya bisa dibilang sama seperti anak-anak yang lain, masih suka bergaul, dan ya kalian tau lah bagaimana. Sebenarnya Devan juga sudah tidak kaget dengan hal semacam ini, Shia ya Shia. Menutup auratnya namun juga masih bisa dibilang toxic.

"Shia Shia" guman Devan sedikit tersenyum, lalu ia kembali melajukan mobilnya.

>>>>°•°•°•°•°•°<<<<<

Setelah agak lama dalam perjalanan menuju kantor nya, tiba-tiba ponsel milik Devan berbunyi, ada seseorang yang memanggil nya.
Devan merogoh saku celana nya, mencari benda pipih yang sedang berbunyi ingin di angkat.
Devan mengangkat ponsel itu, tertulis nama seseorang yang memanggil dirinya.

"Lita?" guman Devan, lalu segera mengangkat panggilan itu.

"Halo?" kata Devan.

"Hai Devan!" suara Lita di sebrang sana.

"Ya? ada apa ya Lit?" tanya Devan, to the poin.

"Kamu lagi apa?"

Devan menyeritkan keningnya.
"Aku lagi dijalan, masih nyetir" jawab Devan jujur.

"Nanti sore sibuk?"

"Em kurang tau sih Lit. Kenapa?"

"Aku pengen ketemu kamu. Bisa?"

"Coba nanti deh ya"

"Kabarin aku ya Van"

"Iya"

"Kita ketemuan di cafe Malaria Malang seperti biasa ya!"  kata Lita terdengar antusias.

"Oke, tapi agak malam dikit ya"

"Iya gampang, gak apa-apa"

"Udah gitu aja?" tanya Devan, sembari membelokkan stir mobil nya menuju parkiran. Kini dirinya telah sampai di kantor.

"Em udah. Makasi ya Devan!"

"Iya"

"Bye! see you.."

"Bye Lita"

tit-- sambungan telepon mati, Lita telah dulu mematikannya.

"Oke sekarang waktunya konsisten!" ucap Devan seakan menyemangati dirinya sendiri. Lalu ia keluar dari dalam mobil dan berjalan masuk kedalam kantor.

                                  ⭐⭐⭐

Devan menyatukan ke dua telapak tangan nya, seolah meregangkan otot-otot tangannya yang sudah bekerja keras seharian. Hari sudah menjelang sore, sebenarnya tadi siang ada niatan untuk menjemput Shia yang seharusnya sudah pulang jam kuliah. Namun sebelum Devan berangkat untuk menjemput Shia, ia malah sudah dulu mendapat pesan chat dari anak itu, katanya sih....
"Mas Devan hari ini gak usah jemput aku ya, soalnya aku mau main dulu sama temen ku. Bentar aja"

Devan yang membaca pesan itu berdecak tak suka.
"Mau kemana? sama siapa?" balas nya.

Segera saja pesan itu terlihat sudah berdentang biru, bertanda bahwa sang empu sudah membacanya. typing....
"Ck, bentar aja mau jalan-jalan. Sama si Nias lho mas Devannn"

"Ini udah sore. Pulang sekarang."

"Ya Allah mas. Bentar aja, kalo izin sama eyang pun pasti juga di izinin🙄"

Devan segera saja mendengus lelah.
"Sekarang kamu minta izin sama siapa? diizinkan enggak?"

"Ish males lah. Yaudah aku minta izin aja sama eyang!"

"Shia.."

"Ya mas ya please"

"Huh. Yaudah boleh, tapi awas aja kalo mas Devan udah sampe rumah dan kamu belum balik. Gak boleh lebih dari pukul 19.00.
Gak boleh macem-macem, apapun itu yang bakal ngerepotin banyak orang dan ngerugiin diri kamu! mas Devan gak mau! dan jangan lupa shalat!" 

Shia yang membaca pesan itu pun mendengus kesal, hei Shia hanya ingin jalan jalan!
"Iya iya mas Devan! aku udah gede, udah bisa jaga diri. Lagian aku juga cuma mau jalan-jalan, bukan open bo!"

"Heh mulutnya!"

"Iya maaf"
"Udah deh. Paipai mas Devan ku yang ganteng, baik hati dan tidak sombong 😻💘 JANGAN LUPA TF JUGA YAAA MUAACH"

Devan langsung saja berdecak, bisa bisanya Shia masih minta Devan mentransfer uang, bukannya uang Shia sudah cukup? jika hanya untuk berjalan jalan? ..

Devan kembali memfokuskan pandangannya pada sekeliling ruangan kerja miliknya, menyenderkan punggungnya di sandaran kursi kerjanya. Menjadi seorang pimpinan ternyata juga semelelah kan ini. Dulu ia pikir menjadi orang kaya adalah hal yang paling enak, padahal nyatanya ya sama saja, kesulitan di bidangnya masing-masing. Mengerti kan?

Devan kembali mengedarkan pandangannya, mengangkat satu tangannya lalu melihat kearah jam yang berada di tangannya. Sudah pukul 17.00 waktunya pulang, namun ia ingat ada janji yang harus dulu ditunaikan. Bertemu dengan Lita. Sudah lama rasanya tidak bertemu dengan wanita itu, Lita... mantan kekasih Devan. Baru tadi, setelah sekian lama Lita tidak menghubungi dirinya, sebenarnya Devan agak kaget saat tau tiba-tiba Lita kembali menghubungi dirinya. Namun ya, sebagai seorang mantan kekasih yang layaknya sudah move on, Devan harus terlihat 'biasa saja'

Segera saja Devan beranjak dari duduknya, lalu bergegas untuk menemui Lita. Berjalan dengan elegan sesuai dengan karakter pria dewasa berusia 27 tahun. Tampan, mapan, berwibawa, dan elegan. Haha ya kadang Devan mendeskripsikan dirinya sendiri seperti itu, yaa narsis lah ya...

Setelah sampai di parkiran Devan berjalan kearah mobil miliknya, lalu memainkan tangannya diatas stir dengan sangat mengesankan. gak deng bercanda, biasa aja. Until we meet Lita....


___________________

hai gimana sama mas Devan? narsis ya? WKWKW
ya abisnya gitu, aku bayangin mas Devan tu galak, cuek, sama narsis.. tapi ganteng juga ueh.

Haha udah deh, segini dulu ya?
alhamdulilah otak author lancar jaya untuk menyelesaikan part ini, sangat alhamdulilah.

jangan lupa vote oke? komen juga buat kritikan dan saran yaa...

paipai readers kesayangan author <3
ILY 3000

-star_lova-
(pacar mark lee)

Why did cousins ​​get married?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang