MPA-7

93.6K 10.5K 340
                                    

"Jika kamu memang suka dan memiliki perasaan lebih sama perempuan itu, kamu harus segera nyatakan sama dia Ray, jangan kamu mengulur waktu. Kita memang gak ada yang tau takdir seseorang, tapi apa kamu tau, kalau semisalnya dia juga menaruh perasaan lebih sama kamu? Kan kesannya jadi kaya kamu gantungin hati, gantungin perasaan anak orang. Soal entah itu di terima atau ngga nya, itu urusan belakang."

"Tapi ingat pesan Mbak, hati-hati perasaan yang berlebihan itu tanpa kamu sadari bisa menimbulkan zina. Zina apa?"

"Qalbi dan pikiran."

"Bagus. Itu saja pesan Mbak, jangan sampai rasa kamu itu jadi zina hati dan pikiran."

وَلَا تَقْرَبُوا۟ ٱلزِّنَىٰٓ ۖ إِنَّهُۥ كَانَ فَٰحِشَةً وَسَآءَ سَبِيلً

"Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk. Qur'an Surah Al-Isra ayat tiga puluh dua,"

Senyumnya mengembang, perkataan Kakak iparnya memang benar dan tentu masih terngiang di benaknya. Rayhan banyak mengucap istigfar dan mencoba mengontrol perasaannya, takutnya nanti jadi menimbulkan dosa zina.

Tadi lelaki itu mengantarkan kakak iparnya karena suaminya kebetulan sedang masuk sif siang. Sebelum abangnya meminta tolong, Rayhan pasti dengan senang hati mengantarkan Kakak iparnya. Karena sosok Shalma baginya sudah seperti kakak kandungnya sendiri. Rayhan sangat terbuka pada abangnya dan kakak iparnya itu. Mereka lah tempat sharing pendengar baik tentang hatinya.

Sein mobilnya membelok ke pekarangan rumahnya. Rayhan pun turun dari mobilnya. Langkahnya ia percepat karena melihat kedua orang tua Ameyra. Rayhan pun menyapa dan menyalimi keduanya.

"Baru pulang Han," ucap Arfan.

"Iya Om," jawab Rayhan.

"Berarti Ameyra juga sudah pulang nih," kata umi Mira.

"Iya Mi, Aisha sudah dari tadi sama Vella, soalnya Ray antar Mbak Shalma duluan, sekalian main kesana," ujar Rayhan dengan seulas senyumannya.

"Om sama Umi mau pulang ini?" tanya Rayhan.

"Iya, ini mau pulang Ray," kata umi Mira.

"Ya sudah sana masuk, pasti kamu capek," ujar umi Mira seraya mengelus lengan Rayhan. Lelaki itu mengangguk dengan senyumannya.

Jangan heran, jika Ameyra menganggap Rayhan sudah seperti saudara tapi masih dengan menyimpan perasaan lebih, tapi Ameyra cukup memintanya dalam doa. Sedangkan bagi umi Mira, Rayhan sudah di anggap seperti anak lelakinya karena terlampau dekat dari kecil dengan putrinya. Tapi semenjak beranjak dewasa keduanya sudah mengerti dan tampak menjaga batas diantara mereka. Hanya saja tidak ada yang berubah mereka tetap berteman seperti dulu kala.

"Masya Allah," gumam Rayhan dan detik berikutnya, "Astagfirullah," gumam Rayhan lalu beranjak dari tempatnya menuju ke rumah.

"Assalamualaikum," ucap Rayhan memasuki ambang pintu ruang utama.

"Wa'alaikumussalam," jawab bunda Lina menghentikan langkahnya lalu menoleh. Rayhan pun mendekati bundanya dan menyalimi wanita tiada nomor untuknya. Karena mau bagaimana pun tetap bundanya yang utama di hatinya.

"Hawa-hawanya ada sesuatu nih Bun? Apa itu?" tanya Rayhan. Entah mengapa rasanya seperti ada sesuatu yang tidak dia ketahui. Tapi untuk kedatangan kedua orang tua Ameyra tadi, bagi Rayhan sudah biasa karena orang tua Ameyra memang suka main jadi tidak ada hal yang mengganjal. Tapi melihat dari pakaian keduanya tadi terlihat rapi?

MENANTU PILIHAN ABI [NEW VERSION]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang