Glasses

81 11 7
                                    

AU!School-life







Tangan kecil milik gadis itu terangkat, mengucek sebelah matanya dikarenakan penglihatan yang buram. Kelopak matanya digerakkan untuk merasakan hal yang lebih baik dalam melihat. Namun nihil, minus 2,75 itu tidak bisa dicegah hanya dengan mengedip-ngedipkan mata.

Tidak, Kyouka tidak lupa memakai kacamata yang telah dimilikinya selama 1 tahun itu. Ia hanya melepasnya hari ini karena suatu alasan.

Walaupun penglihatannya yang buram mengganggu kegiatan belajarnya, perempuan bermarga Izumi itu masih berusaha menangkap pelajaran yang tengah diajarkan guru matematikanya.



*



Bel istirahat sudah berbunyi, para murid berbondong-bondong keluar kelas untuk sekedar jalan-jalan, atau makan di kantin. Sedangkan Kyouka masih duduk di bangkunya, menatap buku dengan tulisan tangan tanpa kepastian yang menghiasi buku tersebut.

'Kalau begini, peringkatku bisa turun.'

Ah sudahlah, daripada memikirkan hal tersebut, lebih baik dia juga pergi ke kantin. Siapa tahu bisa bertemu dengannya dan mengembalikan mood baiknya.



Kyouka berjalan menuju pintu keluar kelas, berniat menuju tempat yang dimaksud. Di tengah perjalan, tak jarang Ia menyipitkan matanya untuk melihat sekitar. Terutama kelas yang ditempati seniornya.

Terlalu sibuk mencari-cari keberadaannya, gadis itu tidak menyadari sebuah tangan tengah menariknya dengan pelan.

"Kyouka-chan, apa kau mau pergi ke kantin?" tanya sang penarik tangan.

Kyouka berbalik, sedikit menyidik walaupun Ia sudah sangat tahu siapa si pemilik suara, "Atsushi-kun?"

Ya, sosok yang tadi dicari-cari olehnya adalah Nakajima Atsushi. Teman baiknya sejak SMP dan pacarnya sejak kelas 1 SMA. Pemuda manis dan rajin idaman para guru di sekolahnya, namun tidak terlalu populer di kalangan para gadis. Yah, siapa sangka jika laki-laki seperti Atsushi bisa menyukai gadis pendiam seperti Kyouka.

Mendengar pertanyaan retorik itu, Atsushi mengedip-ngedipkan kedua matanya, merasa ada yang aneh. Meskipun Kyouka itu orangnya lempeng, tapi Atsushi tidak ingat kapan terakhir kali gadis itu tidak melihatnya di suatu tempat.

Namun, menyadari ada suatu hal yang salah, Atsushi tersenyum, "Kita ke kantin bersama, ya?"

Kyouka mengangguk, sebagai jawaban.

Kedua insan itu berjalan melewati koridor sampai akhirnya tiba di tempat tersebut. Lagi, mereka kembali berjalan setelah mengantri untuk memesan makanan kemasan.

Langkah kaki samar mengisi koridor yang ramai. Diisi dengan topik pembicaraan pemuda bersurai abu-abu yang tentunya selalu dijawab oleh gadis bermanik ocean.

Walaupun tampak kaku, mereka sebenarnya menikmati waktu mereka bersama.

Setelah sampai di tempat yang cukup sepi, Atsushi berhenti. Ia menghela nafasnya. Pasti ada suatu hal yang membuat Kyouka membuka kacamatanya. Gadis itu bukan sosok yang pelupa, kacamata minus itu selalu bertengger di wajahnya selama satu tahun ini.

Kyouka membalikkan tubuhnya, "Ada apa?"

Pemuda yang berusia 17 tahun itu tersenyum, "Tidak ada, kok. Ngomong-ngomong, Kyouka-chan ... mengapa kau tidak memakai kacamata hari ini?"

Gadis yang ada di hadapannya tertegun sejenak, lalu memalingkan wajahnya, "Aku ... lupa, mungkin."

"Jawabanmu kurang pasti," ucap Atsushi sambil menghampiri Kyouka dan mendudukkannya di tempat duduk koridor yang sudah disediakan, membuat Kyouka membuang nafasnya.

Setelah hening beberapa saat, pemuda itu kembali membuka pembicaraan, "Kau tahu kan Kyouka-chan, jika kau tidak memakai kacamatamu, minusmu akan bertambah."

Kyouka mengangguk, membiarkan Atsushi untuk bicara.

"Kalau kau tahu, kenapa kau tidak memakainya?" Sebisa mungkin, remaja pria tersebut menetral nada bicaranya agar tak terdengar menghakimi.

"Aku..." Gadis itu tampak ragu dalam berbicara.

"Jawablah dengan jujur, Kyouka-chan."

Setelah mengumpulkan niat, perempuan bersurai hitam kebiruan akhirnya membuka mulutnya, "Aku dengar, Atsushi-kun tidak suka wanita berkacamata. Jadi aku ... melepas kacamataku. Aku tidak mau kau pergi hanya karena aku memakai kacamata, jadi...-"

Penjelasan Kyouka barusan terpotong akibat telunjuk tangan kekasihnya yang telah menutup bibirnya.

"Siapa bilang?"

"Hm?" Kyouka memiringkan kepalanya.

"Siapa bilang aku tidak suka wanita berkacamata? Apalagi itu dirimu." Atsushi melepaskan telunjuknya, dan beralih dengan mengusap kepalanya. "Kyouka-chan, aku tidak akan meninggalkanmu hanya karena kau berkacamata. Mau kau pakai kacamata atau tidak, itu bukan masalah bagiku. Seperti apapun dirimu, aku tetap menyukaimu. Karena kau, adalah Kyouka," lanjutnya sambil melepaskan usapannya.

Mendengar perkataan tersebut, perempuan Izumi membulatkan mata yang berisi bola berwarna biru. Gadis itu tersenyum dalam hati, merasa aneh dengan dirinya sendiri. Mengapa Ia tak menyadari bahwa sosok pacarnya ini adalah sosok yang loyal? Atsushi tidak akan meninggalkannya, begitupun dengan dirinya. Perlahan, semburat merah tipis menghiasi pipinya. Kyouka bahagia, karena laki-laki yang Ia cintai tidak akan meninggalkannya seperti kata teman sekelasnya.

Kecupan kecil di pucuk kepalanya menyadarkan lamunan Kyouka. Si pemberi kecupan hanya tersenyum manis tanpa dosa, padahal sudah membuat wajahnya lebih merah dari sebelumnya.

"A-apa yang kau lakukan?" Kyouka memalingkan wajahnya yang sudah tampak seperti tomat rebus.

"Hanya ingin melakukannya saja, kok!" jawab Atsushi. "Mulai besok, pakai kacamatamu lagi, ya!"

Gadis yang ada disamping Atsushi mengangguk, sambil tetap menyembunyikan wajahnya dan berusaha menetralkan degupan jantungnya. Pasalnya, baru pertama kali pemuda itu melakukan hal ini pada dirinya.

"Dunia hanya milik berdua, yang jomblo disini cuman ngontrak," sindir seseorang yang lewat didepan mereka. Disisi manis kedua insan tersebut, rupanya ada juga sisi ngenes dari para kaum jomblo yang tidak tahan dengan perilaku Izumi dan Nakajima.







End.

Word: 804

Serendipity [N. Atsushi x I. Kyouka]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang