Ada sebuah rasa yang dibawa dari lantunan nada-nada sebuah lagu. Bagi seorang Naraja, lagu-lagu ini bukan hanya sebuah karya dari sang penyanyi, namun sebuah pesan dan memori yang terkenang sekaligus bahasa rindunya bagi seseorang.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Udara malam ini begitu dingin, hujan turun lebat. Beberapa orang mungkin memilih memanfaatkan hawa dingin yang ada untuk merebahkan diri, tidur, atau mungkin menghangatkan diri bersama kekasihnya. Tidak ada cahaya terang di kamar itu, hanya samar-samar cahaya kuning dari lampu tidur yang dipasang jauh di pojok kamar.
Naraja duduk di pojok kasurnya, bersandar pada tembok yang dingin, membalut tubuhnya dengan selimut tipis namun cukup membuat tubuhnya hangat. Meskipun udara dingin, Naraja tetap memutuskan untuk menghidupkan kipas angin di kamarnya. Untuk lebih menyamarkan tangis yang dia keluarkan malam ini.
Sekali, dua kali atau sudah entah berapa kali Naraja menangis, sambil mendengarkan sejumlah lagu yang mengingatkannya pada seseorang yang sempat datang mengisi kehidupannya. Namun, tidak lagi.
Hanya menyisakan sebuah kerinduan yang dalam, hampir satu tahun, namun perasaan itu masih belum berubah. Maksudnya, tidak akan terganti. Naraja, pria kecil itu merasa begitu kosong setiap malamnya, seolah dia hanyalah raganya yang jiwanya sudah pergi antah berantah semenjak seseorang pergi dalam hidupnya. Meskipun itu adalah kepergian dan perpisahan yang mereka sepakati bersama, nyatanya Naraja telah berbohong.
Bagaimana cara menyampaikan rindu? Ingin kembali bertemu walaupun tidak lagi jadi satu? Naraja mengambil gawainya, mengetikkan sebuah kata di dalam notes.
Halo, Aku rindu (lagi). Sempat aku mengirim beberapa pesan di akunmu yang sudah tidak aktif. Padahal, beberapa bulan yang lalu, aku sudah menyatakan aku mampu tanpamu. Maaf, sering menjadikanmu alasan untuk menangis, padahal aku hanya lelah.
Mari bertemu lagi (jika ada kesempatan).
—Naraja Abimanyu.
Namun, itu hanya akan menjadi pesan yang Naraja tulis, tanpa pernah Naraja bisa sampaikan. Maka, biarlah lagu-lagu itu kembali mengingatkan Naraja tentang beberapa waktu dimana dia begitu bahagia, seolah dia memiliki dunia.
Naraja ingin berbagi kisah, tentang seorang lelaki yang tidak sempurna namun sangat cukup bagi Naraja. Seorang yang penuh kasih, selain ayahnya.
Juno Vulgaris.
Manusia memang datang dan pergi, namun yang ini hanya raganya saja yang pergi. Segala kenangan yang meskipun sudah tak ada perasaan yang tertinggal, namun akan tetap meninggalkan sejuta kerinduan. Karena, Naraja pernah merasa seberuntung itu.
***
Naraja Abimanyu
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Juno Vulgaris
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.