Sekawanan Lalat

2 0 0
                                    

Kau membayangkan seekor lalat yang buas hinggap di kepala kerumunan orang. Tubuhnya adalah sebagian tubuh-tubuh kita. Sebagian mereka rubuh dan kebingungan—di samping trotoar dan tempat warung makan di depan bangunan milik negara.

Kau membayangkan seekor lalat yang nakal hinggap di kepala kerumunan orang. Mereka yang tak sempat memakan kata merdeka hingga jadi tak selera. Dan sisa makan masih tertinggal di piring antik dapur istana.

Kau membayangkan seekor lalat yang bekerja hinggap di kepala kerumunan orang. Di desa, mereka menyalakan lilin di tengah keheningan mereka. Membakar setiap kecemasan yang siap menjemput mereka. Anak-anak memasang kelambu di tiap mimpi mereka yang panjang dan seram.

Kau membayangkan seekor lalat yang bengis hinggap di kepalaku. Lalu ia terbang ke dalam mulutku yang kritis, meninggalkan racun di dalam tubuhku yang demokrasi. Kau cantumkan namaku di dalam daftar pencarian orang yang tak pernah datang kembali.

: aku tak pernah mengerti, siapa yang waras sampai detik ini.

—mesinketik
Jakarta, 2020.

Mengeja GejalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang