7. That's My Enemy

307 17 0
                                    

Selesai mandi, Renjun langsung keluar dari kamar mandi-nya dengan keadaan yang sudah rapih. Dia sudah memakai pakaian ganti, karena walk in closet mereka terhubung dengan kamar mandi.

"Suara apa itu?" Tanya Renjun, begitu ia mendengar suara yang sangat bising.

Karena rasa penasaran-nya yang tinggi, serta takut akan adanya maling, Renjun segera keluar untuk memastikan. Tentu saja dengan membawa tongkat baseball di tangan-nya.

Sampai di dapur, di mana sumber suara berasal. Renjun dapat melihat Jeno sedang sibuk memasak. Dengan baju santai-nya dan celemek di tubuh-nya.

"Sedang apa kau?" Sinis Renjun.

Jeno yang mendengar suara Renjun pun sempat tertegun.

"Tentu saja masak." Sahut Jeno, melirik Renjun sekilas.

"Ngapain masak? Bukan-kah kau ingin ke kantor? Tadi aku lihat kau sudah rapih. Kenapa sekarang berubah?" Sindir Renjun.

"Bagaimana bisa aku bekerja dengan tenang, sementara kau tengah merajuk tidak jelas. Apakah kau tengah mengandung anak-ku?" Ujar Jeno dengan asal.

"Mana ada! Baru sekali melakukan-nya sudah hamil? Memang benih-mu ini apa sampai semalam langsung jadi." Sahut Renjun asal.

Renjun langsung menghampiri Jeno, lalu duduk di kursi pantry, seraya menaruh tongkt baseball di samping dirinya

"Kalau tidak bisa memasak, jangan memaksa. Aku tidak mau keracunan di pagi hari." Peringat Renjun, menumpu wajah-nya dengan salah satu tangan-nya di atas meja.

"Aku yakin kau bakal ketagihan, memakan masakan-ku." Balas Jeno.

Renjun mencebik kesal. "Percaya diri sekali Tuan Lee."

Jeno tidak membalas ucapan Renjun. Ia segera memberikan sepiring nasi  goreng kimchi dan minum kepada Renjun.

Mereka pun mulai makan bersama di pantry.

"Berganti-lah. Aku ingin mengajak-mu jalan-jalan." Seru Jeno.

Renjun yang baru menyelesaikan makan-nya pun langsung menoleh. "Mau ke mana?" Tanya Renjun penuh selidik.

"Kita jalan-jalan ke everland. Bukan-kah itu yang kau inginkan? Jalan-jalan di acara bulan madu kita." Seru Jeno.

Senyum cerah mulai terbit di wajah Renjun. "Oke. Aku akan mengganti baju-ku. Kau juga jangan lama-lama, segera-lah mengganti baju-mu." Seru Renjun penuh antusias.

Renjun langsung meninggalkan Jeno yang tengah membersihkan bekas makan mereka.

Jeno yang melihat itu hanya menggelengkan kepalanya pasrah. Renjun terlihat seperti anak kecil yang sangat antusias di ajak ke everland.

Setelah membersihkan bekas makan dan mencuci piring serta perabotan yang kotor, Jeno langsung bergegas ke kamarnya dan mengganti bajunya. Sedangkan Renjun sudah rapih dengan celana kodok-nya berbahan jeand, kaos panjang berwarna kuning, dan kupluk berwarna kuning. Menggemaskan seperti minions.

"Kau terlihat menggemaskan. Seperti bocah." Seru Jeno.

Belum sempat Renjun memprotes ucapan Jeno, Jeno sudah lebih dulu mengintrupsi-nya. "Ayo." Seru Jeno, menggenggan tangan Renjun.

Mobil mereka pun mulai jalan, meninggalkan perkarangan rumah mereka, menuju everland.

Di sepanjang jalan, Renjun bernyanyi dengan sangat antusias. Jeno yang mendengar itu hanya bisa menggeleng  akan tingkah Renjun. Bagaimana bisania menikahi perempuan absurd seperti Renjun?

*trang* suara pecahan kaca mobil belakang, di iringi suara tembakan, sukses membuat Renjun menggelinjat kaget.

Renjun langsung menoleh, untuk melihat kaca mobil yang baru saja pecah.

Berbeda dengan Jeno yang saat ini sudah memaki seseorang yang dengan berani-nya, menembak mobil milik-nya.

"Sayang, tolong ambilkan kotak di kursi belakang." Pinta Jeno kepada Renjun, sedangkan tangan yang satunya ia gunakan untuk menelepon seseorang. Serta tangan yang satunya ia gunakan untuk menyetir dan menghindar dari tembakan yang ada di belakang.

Renjun mengerjap. Dengan perlahan, Renjun mengambil kotak yang ada di belakang mobil.

"Ini." Seru Renjun yang terlihat sedikit panik. Namun ia tau, kalau panik akan memperumit keadaan. Jadi, ia berusaha sekuat tenaga untuk tidak panik.

"Buka-lah. Kau bisa menggunakan pistol dan kawanan-nya?" Tanya Jeno.

Renjun membuka kotak yang berisikan berbagai macam senjata tembak. Lalu menggelengkan kepalanya untuk menyahuti ucapan Jeno.

"Oke. Sekarang kau ambil alih kemudi. Injak pedal gas-nya, jangan sampai kau menginjak pedal rem." Intruksi Jeno.

Renjun pun menurut dan mulai mengambil alih kemudi. Jeno langsung bergegas mengambil senjata yang paling panjang. Mengarahkan senjata itu keluar kaca mobil. Membidik dengan penuh keseriusan, dan langsung menarik pelatuk itu. Bukan hanya sekali, namun dua kali pelatuk yang di tarik Jeno, mampu menewaskan dua orang yang ada di belakang mobil-nya.

Namun tidak berakhir sampai situ saja. Jeno sudah memastikan kalau yang mengikuti dirinya tidak hanya sath mobil. Terlihat 5 mobil lainnya mulai menyusul dan menembaki mobil Jeno.

"No, kita harus apa?" Tanya Renjun.

"Kau tenang saja. Aku tidak mungkin mencelakakan kamu. Sekarang kamu hanya perlu merapatkan tubuh-mu dan menunduk." Ucap Jeno yang masih fokus menyetir.

Tak selang beberapa menit, mobil yang Jeno kendarai, ban-nya kempes. Membuat ia kehilangan arah, dan langsung mengerem seketika.

Tangan-nya terulur untuk menahan kepala Renjun, agar tidak menabrak dashboard mobil.

"Kau baik-baik saja?" Tanya Jeno, menatap Renjun penuh khawatir.

Renjun menganggukkan kepalanya. "Aku baik-baik saja. Kau?" Ucap Renjun, bertanya balik ke Jeno.

"Aku baik-baik saja. Sayang, kau tunggu sini dulu ya. Aku akan mengecek keadaan luar." Seru Jeno yang ingin membuka mobilnya, namun di tahan oleh Renjun.

"Kau mau ke mana? Di sini saja sampai polisi datang." Cicit Renjun.

Jeno ya melihat Renjun sedikit ketakutan pun langsung mendekati Renjun. Mengelus kedua pipi Renjun dengan lembut, lalu mengecup kening Renjun.

"Kau tidak usah khawatir. Aku akan kembali. Jangan menelepon polisi ya." Peringat Jeno yang langsung pergi, meninggalkan Renjun.

Renjun hanya bisa menghela nafas pasrah, dan berdoa supaya ia tidak menjadi janda muda.

Setelah beberapa menit menunggu Jeno, Jeno pun akhirnya kembali.

"Ayo." Seru Jeno.

Renjun langsung keluar, dan mendekati Jeno.

"Kau tidak apa-apa?" Tanya Renjun, menatap cemas Jeno.

"Aku tidak apa-apa. Ayo." Seru Jeno, menuntun Renjun untuk masuk ke dalam mobil yamg baru saja datang.

Melihat mobil baru, Renjun langsung mengedarkan pandangan-nya. Netra-nya langsung menangkap beberap orang berpakaian serba hitam, yang sedang mengobservasi 5 mobil tadi.

"Jeno. Dia siapa? Polisi ya?" Tanya Renjun dengan polosnya.

Bukan-nya menjawab, Jeno malah memasukkan Renjun ke dalam mobil. Di ikuti dirinya setelah-nya.

Jeno segera menjalankan mobil-nya, meninggalkan tkp. Ia sudah menyuruh anak buah-nya untuk mengatasi ini.

"Tadi siapa No?" Tanya Renjun, menatap wajah Jeno dari samping.

Kalau di lihat-lihat, Jeno ini sangat tampan. Wajah-nya sangat sempurna.

'Aish!' Ringis Renjun, menyadarkan pikiran-nya.

"Tadi itu musuh aku, mungkin. Aku juga tidak tau."

WHO ARE U? - NORENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang