8. To Be Mine

303 15 0
                                    

"Jeno, kenapa kita ke sini? Bukan-kah seharus-nya kita kembali ke rumah?" Tanya Renjun, menatap heran ruangan yang ada di sekitarnya yang sangat asing untuk dirinya.

Jeno melepaskan jaket-nya. "Kita tidak bisa kembali sayang. Terlalu beresiko. Jadi, kita akan tinggal di sini." Seru Jeno.

"Sebenarnya, kau ini siapa? Kenapa kau mempunyai musuh yang ingin sekali mendapatkan kematian untuk diri-mu?" Tanya Renjun penuh selidik.

Renjun menatap gerak-gerik Jeno. Kali aja dia menemukan sesuatu dari gerak-gerik Jeno. Atau membaca sesuatu dari gerak gerik Jeno. Namun sayang-nya Jeno tidak menunjukkan gerak-gerik apapun.

"Apakah Eomma dan Appa-mu tau mengenai pekerjaan-mu yang sebenarnya? Apakah mereka tau kalau nyawa-mu tengah terancam?" Sambung Renjun, yang terus memancing Jeno. Agar dirinya bisa melihat suatu yang mencurigakan dari Jeno.

Jeno yang baru saja selesai memakai baju ganti-nya pun langsung bergegas menghampiri Renjun. Jeno langsung memegang pipi kanan Renjun dengan salah satu tangan-nya.

"Kau tidak perlu tau apa pekerjaan-ku yang sebenarnya sayang. Yang perlu kau tau hanyalah aku seorang pekerja kantoran biasa, yang mempunyai banyak musuh, yang ingin menghancurkan diri-ku." Seru Jeno.

"Dan mengenai orang tua-ku? Dia tidak tau mengenai pekerjaan asli-ku. Dan aku sangat berterima kasih kalau kau tidak mengatakan hal ini kepada orang tua-ku." Sambung Jeno.

"Bagaimana kalau misalkan aku mengatakan hal ini kepada orang tua-mu? Apa yang akan kau lakukan terhadap diri-ku?" Tanya Renjun. Ia sangat ingin tau apa jawaban ya g akan Jeno berikan.

Jeno berfikir sejenak mengenai pertanyaan Renjun. Seolah mencari jawaban akan pertanyaan Renjun.

"Entah-lah. Mungkin aku akan menyetubuhi diri-mu. Sampai kau mengandung anak-ku." Sahut Jeno, seraya mengedihkan bahu-nya acuh.

"Hanya itu?" Tanya Renjun yang sukses membuat Jeno mengerutkan dahi-nya heran.

"Lalu, apa yang kau harapkan? Kau mengharapkan hal lebih dari itu?" Tanya balik Jeno.

Renjun menggelengkan kepala-nya. "Tidak. Aku kira kau akan membunuh diri-ku, kalau hal itu sampai terjadi." Jawab Renjun acuh.

Berbeda dengan Jeno yang saat ini sudah terkekeh. "Kau lucu. Mana mungkin aku membunuh istri-ku sendiri. Lagipula aku percaya kepada diri-mu, kalau kau tidak akan memberitahukan hal itu kepada orang tua-ku." Seru Jeno.

"Kenapa kau percaya kepada diri-ku?" Tanya Renjun.

"Karena kau istri-ku. Bukan-kah hal itu wajar dalam hubungan suami-istri? Kita harus saling percaya satu sama lain bukan?" Seru Jeno, yang saat ini sudah menampilkan eye smile miliknya.

"Jangan." Seru Renjun yang sukses membuat senyuman itu pudar, berganti dengan tatapan bingung.

Seakan tau mengenai tatapan Jeno. Renjun-pun langsung berkata. "Jangan terlalu percaya kepada diri-ku. Kau akan merasakan sakit kalau kau terlalu percaya dengan diriku." Ucap Renjun.

"Kalau kesakitan itu berasal dari dirimu. Aku akan menerima-nya." Sahut Jeno. Mengecup bibir Renjun sekilas. Lalu bergegas pergi dari hadapan Renjun.

"Kau mau ke mana?" Tanya Renjun kepada Jeno yang hendak pergi dari hadapan-nya.

"Ada hal lain yang harus aku urus. Kau jangan pergi ke mana-mana, sampai aku kembali." Ucap Jeno mutlak. Seakan perintah-nya tidak ingin membantah.

Belum sempat Renjun bertanya lagi, Jeno sudah lebih dulu pergi dari hadapan-nya. Sukses membuat dirinya merengut kesal.

Mau tak mau Renjun duduk di tepi ranjang-nya. Memeriksa apakah ada luka di tubuh-nya, dan ternyata tidak ada.

Setelah memeriksa luka, Renjun memutuskan untuk mandi, guna merilekskan tubuh-nya.

---

Beberapa jam kemudian, Renjun sudah ada di pusat perbelanjaan. Tentubsaja bersama bodyguard yang Jeno perintahkan untuk menjaga dirinya.

Padahal-kan Renjun bukan anak kecil. Kenapa juga harus di jaga. Kalau kayak gini-kan Renjun menjadi pusat perhatian.

Setelah selesai menghabiskan waktu di mall, Renjun memutuskan untuk makan di salah satu restaurant hotpot terenak.

"Duduk-lah. Kita makan bersama." Titah Renjun kepada dua bodyguard milik Jeno.

Dikit ya? Oh tidak! Tadi Jeno ingin mengerahkan 10 bodyguard untuk menemani Renjun. Namun Renjun tolak, ia hanya cukup untuk 2 bodyguard saja.

"Nyonya Lee. Kami tidak usah makan. Kau saja--"

"Kau membantah-ku? Aku tidak suka makan sendiri. Jadi, makan-lah bersama diri-ku." Titah Renjun.

Mau tidak mau bodyguard itu makan bersama Renjun. Mereka tidak mau di marahi Jeno, karena telah membiarkan Renjun tidak makan.

Mereka bertiga pun makan dengan hikmat, sampai seluruh makanan habis.

--

Beberapa menit kemudian, Renjun langsung saja bergegas pergi dari mall ini, setelah berhasil membuat dua bpdyguard itu tertidur lelap.

Menyetopkan taksi begitu sampai di depan lobby mall lalu pergi dari mall, menuju tempat yang ingin ia kunjungi.

Sampai di salah satu restaurant sederhana, Renjun langsung masuk menuju dapur,yang menghubungkan ke area luar. Namun sebelum pergi, Renjun meminjam ponsel seseorang untuk menghubungi kenalan-nya.

Merubah tampilan serta wajah-nya, agar dirinya tidak di kenali seseorang. Kecuali orang yang ingin menjemputnya.

---

Sampai di tempat tujuan, Renjun langsung masuk. Melewati beberapa keamanan yang ada di sini, sampai akhirnya ia tiba di salah satu ruangan besar.

"Luke! Kau gila?!" Teriak Renjun marah, kepada orang yang ada di hadapan-nya.

"Kenapa kau mendatangkan anak buah-mu untuk menembaki mobil-ku! Apakah kau gila?! Bagaimana kalau aku sampai ketahuan?! Kau membuat misi-ku gagal!" Teriak Renjun marah.

"Wow, eassy babe. Aku hanya menge-test saja. Aku kira kau melupakan misi-mu." Seru Luke dengan santai-nya.

"Kau gila? Bagaimana bisa aku lupa, ketika diriku sudah menikah dengan seseorang yang kau ingin selidiki?!" Seru Renjun, memutarkan kedua bola mata-nya kasar.

"Jangan pernah melibati orang lain lagi dalam misi-ku. Biarkan aku melakukan apa yang aku inginkan. Kau bisa mengacaukan semua rencana-ku!" Seru Renjun.

"Oke-oke. Aku tidak akan melakukan hal itu lagi." Pasrah Luke. Soal-nya percuma kalau berdebat dengan Renjun, yang ada di hadapan-nya ini.

"Jadi, bagaimana? Kau sudah mendapatkan informasi mengenai Lee Jeno, Harley Marshall? Apakah dia salah satu Mikaelson atau tidak?" Tanya Luke, menatap Renjun.

"Panggil aku Renjun saja. Di sini hanya ada kita berdua." Ujar Renjun.

"Tidak ada sesuatu yang mencurigakan dari Lee Jeno. Aku belum menemukan hal itu." Dusta Renjun kepada Luke.

Luke memicingkan netra-nya. "Kau tau-kan konsekuensi kalau kau berbohong atau mengkhianati-ku? Kematian yang akan menjadi akhir dari hidup-mu."

"Dan kau tau bukan kalau kau memberikan aku misi tidak jelas ini. Dan aku tidak menemukan hal yang mencurigakan mengenai Jeno Lee? Perusahaan-mu akan menjadi milik-ku Luke."

WHO ARE U? - NORENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang