10. Come On!

441 16 0
                                    

"Kau mau ke mana?" Tanya Renjun, begitu ia membuka mata, netra-nya menangkap Jeno yang tengah memakai jam, serta sudah rapih dengan pakaian formal-nya.

Oh katakan kalau Renjun bodoh. Bisa-bisanya Renjun bertanya kepada Jeno yang sudah memakai pakaian formal. Yang pasti-nya lelaki tampan itu sedang bersiap menuju kantor.

"Tentu saja ke kantor. Bukan-kah pagi ini kau ada kelas juga?" Jawab Jeno, seraya memperingatkan Renjun.

"Benarkah?" Tanya Renjun lagi. Pasal-nya ia sangat lupa mengenai pelajaran hari ini.

Bukan hanya pelajaran hari ini. Renjun juga lupa kalau pernikahan-nya dan kecelakaan yang di alami-nya sudah berlalu selama satu minggu.

"Iya sayang. Mr. Siwon sudah menunggu-mu di kampus. Kau tidak ingin bergegas? Atau perlu aku menggendong-mu sampai kamar mandi?" Usul Jeno yang langsung di tolak Renjun. Renjun juga menghadiahi Jeno sebuah lemparan bantal.

"Mesum." Ucap Renjun, sebelum melenggangkan kaki-nya menuju kamar mandi.

Jeno terkekeh mendengar-nya. Ia langsung berinisiatif untuk merapihkan tempat tidur-nya.

"Sayang. Aku tunggu di meja makan! Jangan lama!" Peringat Jeno, sebelum keluar dari kamar mereka.
--

"Sehabis kelas, aku ingin pergi bersama Haechan." Seru Renjun, sebelum keluar dari mobil Jeno.

"Aku izinkan. Tapi jangan pulang terlarut malam. Aku akan menjemput--"

"Tidak usah! Kalau kau menjemput-ku? Haechan akan pulang dengan siapa?!" Ucap Renjun di iringi dengusan kesal.

"Oke. Tapi kau sudah pastikan kalau tidak pergi bersama laki-laki? Kau tau, aku tidak akan mengizinkan diri-mu kalau kau pergi bersama laki-laki, atau ada laki-laki di dekat-mu." Peringat Jeno.

Renjun hanya memutarkan kedua bola mata-nya jengah. Padahal pernikahan mereka itu hanya sebuah taruhan. Kenapa Jeno melarang dia?

"Kenapa? Kau cemburu aku dekat dengan lelaki lain?" Tanya Renjun yang langsung di balas anggukkan kepala oleh Jeno.

"Tentu saja. Kau istri-ku. Mana ada suami yang tidak cemburu ketika istri-nya berdekatan dengan pria lain." Jawab Jeno tanpa ragu.

"Ya ya ya. Terserah-mu. Kau membuat-ku terlambat karena ocehan tidak berguna-mu." Seru Renjun. Lalu pergi keluar dari mobil Jeno, tanpa menunggu balasan dari Jeno.

Jeno hanya bisa menggelengkan kepala-nya, ketika melihat tingkah istri kecil-nya itu.

Tanpa menunggu lama, Jeno langsung menyetirkan mobil-nya, meninggalkan area kampus Renjun.

Jeno tidak kuliah juga? Bukan-kah dia juga berkuliah di kampus Renjun? Tidak! Jeno langsung keluar dari kuliah-nya, setelah dirinya menikahi Renjun. Toh untuk apa kuliah kalau jarang sekali masuk kelas.

---

"Jadi, apa yang kau dapat-kan Elijah?" Tanya Jeno, yang saat ini sudah duduk di bangku kebanggan milik-nya. Menatap Elijah, yang merupakan tangan kanan handalan-nya.

"Kita tidak menemukan apapun Nick. Orang itu lebih memilih untuk mati daripada memberikan informasi untuk kita." Seru Elijah.

"Dan bagaimana mengenai istri cantik-mu? Apakah kau sudah menemukan sesuatu antara istri-mu dengan Gerard Family?" Tanya Elijah.

Hembusan nafas keluar memenuhi ruangan, begitu Jeno mendengar pertanyaan dari Elijah. "Aku tidak menemukan--"

"Belum! Kau belum menemukan-nya karena pergerakan-mu sangat lambat Nick!" Seru seorang wanita yang dengan lancang-nya masuk ke dalam ruangan Jeno, tanpa mengetuk pintu-nya terlebih dahulu.

"Rebekah Mikaelson, biasakan mengetuk pintu ke ruangan-ku!" Geram Jeno.

"Perduli setan. Oh Nick! Apakah kau gila dengan menempatkan aku dengan Luke Gerard? Kau ingin membunuh-ku?!" Desisan terdengar keluar dari mulut Rebekah.

"Ck! Kau ini perempuan dan Luke itu lelaki. Luke itu pria normal yang masih menyukai wanita! Masa iya aku mendatangkan pria untuk dirinya!" Balas Jeno.

Rebekah hanya memutarkan bola mata-nya jengah, dan mengedihkan bahu-nya acuh. "Kau ragu mengenai istri cantik-mu? Kau ragu-kan apakah istri cantik-mu itu manusia murni yang tidak tau apa-apa, atau hanya bersandiwara? Kau ragu apakah istri-mu itu hanya memiliki satu nama, atau ada nama lain yang sudah kau targetkan dari awal? Harley Marshall misal-nya." Tanya Rebekah. Menatap Jeno dengan seringaian yang terpantri di wajah-nya.

"Come on Nick! Kau bisa menyuruh-ku untuk menyelidiki identitas istri-mu. Aku yakin akan mendapatkan seluruh informasi mengenai istri cantik-mu dalam sekejap." Seru Rebekah, seraya menaik turun-kan alis-nya.

"Dan aku tidak membutuhkan hal itu Bekah. Aku akan mengurus istri-ku sendiri, dan kau hanya perlu fokus kepada misi yang aku berikan." Tolak Jeno yang langsung di balas dengusan kasar oleh Jeno.

"Ck! Padahal aku sangat menyukai kau memberikan-ku misi untuk menyelidiki istri-mu, daripada berurusan dengan Luke Gerard! Kau tak asik!" Cibir Rebekah, lalu pergi meninggalkan ruangan Jeno.

Baik Jeno maupun Elijah hanya bisa menggelengkan kepala-nya, melihat tingkah random Rebekah. Apakah Jeno salah memberikan misi kepada Rebekah dengan sikap random-nya itu?

"Nick. Apa yang akan kau lakukan, jika ternyata istri-mu itu adalah Harley Marshall?" Tanya Elijah, yang mewanti-wanti akan pertanyaan yang ia berikan.

Jeno terdiam sejenak. "Membunuh-nya, tentu saja. Kita akan tetap pada tugad kita bukan? Memghabiskan seluruh Mafia yang ada di muka bumi ini." Sahut Jeno.

"Tapi Nick, dia-kan hanya tangan kanan Gerard." Peringat Elijah.

"Elijah, apakah kau lupa mengenai tugas kita? Kita akan melenyapkan seluruh, tanpa tersisa sedikit pun. Mau itu Ketua Mafia, tangan kanan-nya, ataupun anggota-nya." Seru Jeno.

Elijah meringis begitu mendengar jawaban Jeno. Jeno itu orang yang paling konsisten mengenai tugas yang ia emban tanpa pengecualian apapun.

"Lalu apa yang akan kau lakukan kalau ternyata Renjun itu hanya orang biasa?" Tanya Elijah lagi. Sungguh, ia sangat penasaran akan hal ini.

"Entah-lah. Aku juga tidak tau mengenai itu. Aku juga masih memikirkan-nya. Apakah aku akan melanjutkan pernikahan ini atau malah berakhir di perceraian." Seru Jeno.

Karena sungguh, Jeno belum pernah memikirkan hal itu.

Alasan Jeno menikahi Renjun secara tiba-tiba ya karena itu. Karena Jeno ingin mencari tau siapa Renjun sebenar-nya. Apakah Renjun orang yang ia cari selama ini, atau bukan.

Jadi, Jeno tidak tau mengenai ke depan-nya. Apakah ia akan meneruskan pernikahan-nya. Atau malah berakhir di perceraian.

"Nick. Bagaimana jadi-nya bila kau mengetahui Renjun itu Harley Marshall, di saat kau sudah jatuh cinta kepada diri-nya? Apa yang akan kau lakukan? Apakah kau akan tetap dalam tugas dan misi-mu, atau kau akan menyelamatkan-nya?" Tanya Elijah lagi, yang langsung di serang kekehan oleh Jeno.

"Ayolah Elijah, kau tau bagaimana sifat-ku bukan? Aku tidak akan pernah memakai hati-ku jika sedang menjalani tugas dan misi."

WHO ARE U? - NORENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang