Mencari jawaban

564 60 5
                                    

🦋🦋🦋

Happy reading ...

×

Sebelumnya ...

Wang Yibo tentu tidak tinggal diam, ia berusaha mengejar kekasihnya. Tapi, kehadiran tiga pria yang menahan tubuhnya membuat Wang Yibo kembali kehilangan Xiao Zhan. "Lepaskan!!!" seru Yibo saat berhasil meloloskan diri dari tahanan mereka. Lalu berlari mengejar mobil Luhan dengan sisa tenaganya, walaupun sebenarnya Yibo sadar kalau semuanya sia-sia. "Tidak lagi," lirih Yibo ketika tubuhnya di hantam keras oleh motor, dan terjatuh di aspal jalan raya dengan luka di sekujur tubuhnya.

-----------

Seperti Dejavu, hari ini Wang Yibo kembali tersadar dalam ruangan petak, berwarna putih dengan tangan kiri yang dipasang infus. Dan, saat Yibo sudah sepenuhnya membuka matanya, ia berusaha untuk menggerakkan kakinya, agar bisa berdiri. Namun rasa sakit teramat besar mulai terasa menjalar di sekujur tubuhnya. "Aww," ringis Yibo tertahan.

"Kau menyukai kematian?!" Exca yang memang sudah menunggu sedari tadi. Langsung berkata kasar,  namun tangannya tetap bergerak  untuk mengecek keadaan Wang Yibo yang terlihat sedikit menyedihkan. Karena, beberapa bagian tubuh pria ini harus dipakaikan perban. Dan, kaki kirinya juga harus dipasangkan gif untuk menjaga tulangnya yang patah berada di posisinya.

"Tidak," jawab Yibo dengan suara parau, lalu tak lupa. Ia sengaja memasang wajah memelas ketika melihat reaksi Exca yang tidak bersahabat.

Exca tidak merespon lagi perkataan Wang Yibo, karena ia harus segera melaksanakan tugasnya sebagai seorang dokter. Namun, sebelum kakinya meninggalkan ruangan itu. Ia sengaja memutar badannya sebelum meninggalkan tempat itu. "Kau harus beristirahat! Jika, tidak! Aku mungkin bisa membantumu meresepkan obat untuk kematianmu-- secepat mungkin." Exca berkata dengan nada sedikit lembut, namun wajahnya memperlihatkan sikap tegas. Sehingga membuat nyali Wang Yibo sedikit menciut.

"Kau tidak seharusnya mengancam seorang pasien," kata Yibo, lalu setelah menyampaikan hal itu. Tangan kiri Wang Yibo pun mulai bergerak untuk menarik sedikit selimutnya keatas agar bisa menutupi wajahnya yang mulai terlihat kesal karena perkataan Exca.

"Istirahatlah! Dan, jangan coba-coba bergerak. Kalau kau masih ingin sembuh," ujar Exca sekali lagi. Namun kali ini Wang Yibo tidak merespon perkataan sahabatnya. Karena ia tak mau untuk mengatakan, iya. Karena ... Kenyataannya hati Wang Yibo ingin berkata tidak. Ia bahkan memiliki pemikiran untuk segera berlari menjauh dari kasur berukuran petak ini. Hanya demi mengejar kekasihnya bernama Xiao Zhan. Namun ... Realita telah berbicara! Jadi, mau tidak mau-- dia harus sedikit menunggu.

"Good boy," kata Exca sambil berjalan keluar, dan menutup ruang rawat Wang Yibo dengan sangat hati-hati.

.
.

Xiao Zhan menatap langit-langit kamarnya dengan wajah sendu dan pemikirannya yang terus mempertanyakan siapa Wang Yibo sebenarnya. Ini juga pertama kalinya bagi Xiao Zhan berada dalam situasi seperti sekarang. Ingatan tentang kejadian beberapa jam terakhir juga sudah cukup membuat pria bergigi kelinci ini. Menjambak rambutnya frustasi. Jika tidak ada Luhan di sampingnya ... Pasti saat ini Xiao Zhan masih menyiksa seluruh dirinya. Hanya demi mendapatkan kembali ingatan tentang kejadian di masa lalu---termasuk Wang Yibo. "Minumlah," suara lembut dari sosok di samping Xiao Zhan berhasil membuat pria ini tersadar dari seluruh kegilaannya.

"Tidak," jawab Xiao Zhan lalu kembali menaruh gelas berukuran sedang itu ke samping meja yang tersedia di sebelah tempat tidurnya.

"Kenapa?" Tanya Luhan sambil mengelus pucuk kepalaku dengan kelembutan. Dan, kalau boleh jujur? Xiao Zhan menyukainya, seluruh moments, kebersamaan, tangisan. Bahkan perdebatan yang sudah terjadi selama ia tinggal bersama Luhan. Dia sangat menyukainya. Walaupun ... bibir Xiao Zhan tak mampu mengatakan kalimat ini, ia berharap Luhan mampu memahaminya hanya dengan tatapan tulus yang sengaja Xiao Zhan berikan ke arah mata Luhan.

Luhan tentu tak mampu menyembunyikan senyuman manis yang mulai terukir dari sudut bibirnya ketika merasakan tatapan penuh kasih sayang yang Xiao Zhan berikan untuknya. "Aku juga bahagia, Xiao Zhan." Kata Luhan penuh pengertian, ia bahkan tidak memperdulikan tatapan penuh pertanyaan dari sosok dua orang yang sedari tadi sudah menunggu kesadaran Xiao Zhan sejak mereka memasuki rumah ini.

"Sekarang, jelaskan!" Huanlin membuat langkah lebar menuju ke arah Xiao Zhan dan Luhan dengan wajah menuntut penjelasan dari kedua orang itu. Karena ia sudah lelah melihat drama mini yang tersaji di hadapannya.

"Tidak ada yang perlu kami katakan," jawab Luhan tanpa menatap wajah Huanlin. Ia bahkan sengaja mengabaikan tatapan menuntut dari pria di sampingnya. Karena bagi Luhan pertemuan Xiao Zhan dan Yibo hari ini tidak ada urusannya dengan Huanlin.

Huanlin terlihat sangat marah dengan jawaban yang Luhan lontarkan tanpa beban. Tetapi, ia berusaha menyembunyikan kemarahannya hanya untuk menghargai keadaan Xiao Zhan yang terlihat sangat pucat. Dan wajahnya juga masih dipenuhi keringat dingin, seolah-olah ada beban yang sedang ia sembunyikan. "Baiklah, istirahatlah. Aku akan memanggil dokter ke sini," kata Huanlin penuh pengertian.

"Terima kasih," jawab Xiao Zhan sambil menarik sedikit selimutnya sampai menutupi dada. Lalu kembali menatap kearah Luhan yang sudah bersiap untuk keluar dari kamar.

"Tidurlah," ucap Luhan sebelum meninggalkan kamar Xiao Zhan bersama Acheng dan Huanlin.

.
.

Setelah pintu itu tertutup Xiao Zhan kembali membuka matanya. Ia langsung mendongak menatap langit-langit kamar dengan wajah yang dipenuhi oleh pertanyaan, dan ingatan tentang wajah pria kejam yang sudah berani kembali ke dalam kehidupannya. Bahkan sudah hampir tiga jam berlalu begitu saja, namun mata Xiao Zhan masih enggan untuk tertutup rapat. "Kenapa?" gumanan lembut itu akhirnya lolos saat hatinya tiba-tiba merasakan sesuatu yang tak mampu ia jelaskan hanya dengan kata-kata.

"Kenapa ... hatiku menginginkannya?? Namun, pikiranku tidak!" Kata Xiao Zhan. Bahkan ada perasaan familiar yang tak mampu ia pungkiri mulai menggerogoti seluruh hatinya. Dan semua ini terjadi karena sosok pria yang ia temui di taman.

Xiao Zhan langsung meraih ponsel di samping tempat tidurnya lalu jarinya mulai mengetik pesan yang akan ia kirimkan ke Acheng secara diam-diam.

"Kau pasti tahu no Wang Yibo. Berikan kepadaku sekarang, namun rahasiakan hal ini dari Luhan dan Huanlin." Ketik Xiao Zhan

Tak selang beberapa menit sebuah suara pesan masuk terdengar dari ponselnya. Dan saat ia mengeceknya nomor yang ia minta sudah tertera di layar ponselnya. Xiao Zhan pun langsung menekan tombol hubungi. Lalu menunggu beberapa detik sebelum sebuah suara terdengar dari seberang sana.

"Hallo ..., "

Hening ... Bibir Xiao Zhan tak mampu menjawab, karena sebenarnya ia masih berusaha memahami hati dan pikirannya saat ini.

"Hallo, Siapa ini?"

Xiao Zhan tetap bungkam, namun jantungnya berpacu dengan kecepatan tinggi. Seolah-olah ia akan meledak sekarang.

"Apa ini panggilan iseng?" Yibo berkata.

Namun sebelum panggilan ini terputus Xiao Zhan pun akhirnya berani mengambil keputusan untuk membuka pembicaraan. "YIBO ...,"

Wang Yibo langsung mengecek ponselnya untuk melihat nomor asing yang tertera di layar ponselnya. Dan, saat ia berniat untuk mematikan panggil itu. Suara pria yang selama ini ia rindukan terdengar menyapa indra pendengarannya. "Xiao Zhan?" Kata Yibo tak percaya.

"Bisakah kau menemuiku? Di cafe Black Z depan Bar Indi, tiga puluh menit lagi," pinta Xiao Zhan agak ragu.

"Baiklah," jawab Wang Yibo dengan wajah bahagia, dan penuh semangat. Ia bahkan melupakan satu kenyataan kalau keadaannya saat ini tak memungkinkan baginya untuk pergi.

Strange Love || YizhanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang