14 | Suapan.

27 6 51
                                    

Karena Liam dah klarifikasi jadi aku gapunya alesan buat stop ff ini, kata mas heri suruh tamatin liam dulu wkwk

Mon maap cerita ini lama banget ga up, boleh baca part sebelumnya agar ngerti ama ceritanya

Ditunggu vote dan comment🌸🌸🌸

.

.

.

Liam sangat gelisah, ia tidak dapat menahan pikiran buruk pada kemungkinan besar Ela alami. Biasanya ia paling dewasa dan tenang dari seluruh personil, tapi kini jauh berbeda. Zayn yang mengemudi menepuk bahu beberapa kali untuk menenangkan.

"Liam, kenapa kau tidak menjadikan Ela sebagai kekasih? Daripada diam-diam menguntit mending langsung rebut aja!" cetus Louis tak memikirkan apa yang akan terjadi, Liam yang tahu kisah lengkap hanya mendesah.

"Kau membuatku merasa paling menyakitkan, Ela pasti menolak mentah-mentah. Paling pahitnya dia akan meninggalkan diriku," balas Liam.

"Kau tahu darimana? Coba saja baru berkata kepadaku lagi!" tantang Louis, ia melihat Liam memijat pelipis.

"Iya juga sih. Aku setuju dengan Boo. Kau coba saja menyatakan perasaanmu," ujar Harry.

"Tadi malam rencana mau menyampaikan perasaanku, tapi Zaga dengan Ela sudah tidur pulas. Aku tidak ingin mengganggu," sahut Liam.

"Yasudah, lakukan saja! Kita lihat reaksinya apa," ujar Louis.

"Sepertinya mereka mau ke nandos! Yey!" ujar Niall melihat mobil masuk ke area parkir restoran yang menjadi tempat langganan. Lima rekan menoleh ke arahnya seakan bilang 'buang makanan dari pikiranmu, Nayel!'.

Mereka tidak turun, mencari momen pas untuk menghampiri. Liam memanas saat Aldrich merengkuh Ela seperti yang ia lakukan, tangannya mengepal di gagang pintu bersiap keluar dan menerjang.

"Nandos! Aku datang!" teriak Niall, ia sangat bersemangat. Ia turun duluan disusul Harry  dan Louis yang mengejarnya. Liam dan Zayn paling terakhir, mereka menutup pintu yang --tempat keluar Harry-- dibiarkan terbuka.

Mereka membeku di ambang pintu, Liam melemas begitu sadar dua insan saling menyuapi satu sama lain. Tawa mereka begitu natural, tidak ada yang terpaksa atau dipaksakan. Ia menarik tangan Harry dan Niall ke luar tanpa pedulikan celotehan dari penggemar nandos.

Louis menahan langkah, ia sangat murka melihat rekan begitu mudah menyerah. Ia sempat melihat ekspresi Ela tidak seperti yang Liam pikirkan.

"Apa yang kau lakukan?" tanya Liam begitu tangan ditarik dan dibawa ke dalam restoran.

"Liam, jangan jadi pengecut! Kembali dan ajak Ela untuk bicara," ujar Louis di titik puncak emosi. Ia membawa ke tempat Ela dan Aldrich asik makan, tak lupa menggebrak meja untuk memancing keributan.

Selain Louis yang memang nekad, Ela dan the boys lain terkejut dan kehabisan ide untuk menahan Louis. Pria itu menarik kerah Aldrich dan membanturkan ke dinding beberapa kali dengan brutal sebelum Harry dan Liam menahan, Zayn menutupi Ela dari pandangan tidak pantas, sedangkan Niall mencomot sedikit bagian nandos yang terabaikan lalu memasukkan dalam mulut dengan sangat cepat.

"Niall, berenti mengambil makanan Ela!" tegur Liam didekat Niall. Suara begitu kecil jadi hanya pria berambut pirang tahu isi percakapan. Mereka hanya memperhatikan Louis masih mengamuk di tempat, ia sudah banyak mengumpat dan mengutuk Aldrich.

Louis seperti kerasukan setan.

"Hei, Boo! Tenanglah!" redam Harry, ia beberapa kali merengkuh namun gagal. Ia bahkan terdorong dan menginjak kaki Zayn yang tidak berbuat apa-apa.

Daddy's Crush [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang