03 | Pergi ke Rumah Niall.

46 7 50
                                    

Sesampai di rumah, ia langsung berlari ke kamar tanpa mempedulikan teriakan Ayana dan Jarak. Ia mengunci kamar dan mengurung diri di kamar mandi.

Ia memutar keran, membiarkan tubuh terguyur semburan air dari langit --- tepatnya alat shower. Dress emas melekat dengan kulit menimbulkan risih, ia menggantinya dengan tanktop putih - croppant hitam lalu melempar baju ke dalam tong sampah.

Bukan tong sampah beneran yang ada banyak bungkus makanan dan remah, tong yang dimaksud ranjang khusus pakaian yang tidak akan ia kenakan.

Kamarnya sangat mencekam, ia tak berani menyalakan TV karena takut Ayana atau Jarak mendengar dan memberinya hukuman.

Tangannya memasang earphone di telinga lalu menyetel lagu favorit aplikasi joox setelah terhubung via bluetooth. Lagu yang pertama kali terputar adalah Adore You, lagu Harry Styles yang paling ia sukai.

Adore You mempresentasikan dirinya yang mencintai dan tidak mengharap balasan, meski Liam terus menerus memperlihatkan rasa kasih sayangnya.

Liam.

Bagaimana keadaannya?

Apa ayahnya sudah membaca isi chat?

Apakah ayahnya memberondong dengan banyak pertanyaan?

Atau justru membiarkan tak terbaca dan block?

Ia beranjak menuju kamar Zayn dan Raja, Zayn muncul dari arah tangga sebelum ia ketuk pintu.

"Ela? Are you okay?"

"Kewarasanku sudah hilang total."

"Oh oke -- Apa?"

"Seorang cowok asing mendadak sok dekat dan nantangin gue! Lo pikir gue masih bisa berpikir waras?"

"Kenapa, Ela?"

"Hish! Logika lo kemana? Mana ada cewek yang mau dipaksa jadi pacar? Lagian hp gue disita! Gue gak tahu apapun balasan Liam dan keadaan hp gue."

"Lo khawatir hubungan lo sama Liam hancur karena Aldrich?"

Ela mengangguk, ia memelas wajah dan Zayn menampakkan ekspresi jijik. Ia menoyor kepala kakak gemas, tangan menarik masuk dalam kamar dan mengunci cepat. Ia mengambil gawai di atas nakas lalu memberi pada Ela, tangannya cukup lama terabaikan sebelum disambut ragu-ragu.

"Nih! Pakai sepuasnya buat hubungi Liam!"

"Serius? Kau adik terbaikku!" pekik Ela. Ia seketika gembira, tangannya refleks memeluk erat sekilas. Ia mengetik nama Liam dan mencoba menghubunginya.

Rasa kesal menguap seketika setelah mendengar suara berat Liam, lelaki itu sempat menguap panjang sebelum mengucapkan kata 'halo'.

"Liam! Hai! Ini aku, Ela!"

Suara gaduh muncul, banyak barang yang terdengar berbenturan. Bibirnya mengulas senyum senang.

"Ela? Kau belum tidur? Apa tidurmu tidak nyenyak?"

"Aku baru sampai rumah, hp-ku disita daddy jadi pakai Zayn. Kalau ada chat aneh atau tidak menyenangkan, itu bukan berasal dariku."

"Syukurlah! Aku kira kau marah besar padaku. Aku sudah mendapat pesan dan kau -- Maksudku nomormu sudah block aku."

"Pesan? Pesan seperti apa?"

"Kau tidak perlu memikirkannya. Jadi, besok sepertinya rencananya gagal? Aku berharap besar kita bisa bertemu sebelum aku memulai tour who we are."

"Aku rasa kita harus ketemu, Liam. Aku benar-benar harus meyakinkan hatiku."

Zayn mendengus, ia mati-matian tahan tawa melihat wajah konyol Ela. Ia heran kakaknya bisa se-childish itu jika berkomunikasi dengan Liam.

Daddy's Crush [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang