"Maafkan Taehyung, Bi. Bolehkah aku membawa puteramu pergi meninggalkan tempat ini? Ke tempat yang jauh dimana paman tidak akan menemukannya dan tidak akan memukulinya lagi," tanya Taehyung pelan dan hati-hati, tak ingin baginya menyinggung sosok wanita yang ia panggil bibi."Pergilah, Nak. Tapi...bibi tidak bisa ikut, bisakah kau menjaga putera bibi hingga saat kita kembali bertemu?"
"Ibu..." sahut sang putera. "Jaga diri ibu baik-baik. Suatu saat aku akan menjemput ibu...dan kembali tinggal bersama. Doakan aku ibu..." Sang putera menghampiri ibunya yang kini tampak terisak, lalu ia pun memeluk sang ibu erat.
"Huks! Maafkan ibu, Nak... Maafkan ibu yang selalu membuatmu terluka... Jaga diri baik-baik dan dengarkan apa yang hyung katakan, ya? Ia saudaramu sekarang. Pergilah sebentar lagi. Ibu menyayangimu, sayang. Ibu menyayangimu, Jungie kecil ibu..." Sang ibu memeluk erat sang putera.
Puteranya baru berusia tujuh tahun, dan harus berpisah dengannya. Setidaknya itu lebih baik daripada jika harus setiap malam menjadi sasaran sang suami saat mabuk. Sedih, sudah pasti. Disaat anak-anak lain seusianya tengah berbahagia, bermanjaan, bercanda dengan kedua orang tua yang menyayanginya, ia harus selalu berlari, menghindar, melindungi tubuhnya yang kurus kecil dari amukan sang ayah.
Sosok yang lebih tua menghampiri sosok yang sang ibu panggil Jungie. Ia pun tampak sedikit menunduk, memberi hormat kepada sang ibu karena akan membawa sang putera pergi. Lebih tepatnya berpisah. Ia pun meraih tangan Jungie, tangan dengan jari-jari yang masih kecil dan tampak dingin, masih bisa ia rasakan tangan itu sedikit bergetar pasca kehadiran sang ayah.
"Bunny kecil, jangan menangis, ya? Kita akan pergi, namun hyungie berjanji suatu saat kita sendiri yang akan menjemput bibi, hm? Tidak perlu kembali ke rumah untuk mengambil bajumu, paman pasti tidak akan membiarkanmu pergi. Hyungie akan membawa pakaian lebih banyak, agar bunny kecil bisa memakainya juga. Maafkan hyungie yang belum bisa membelikan baju baru untuk bunny, ya?" Sosok yang memanggil namanya itu mengusap lembut kepala Jungie sayang.
Setelah hampir satu jam akhirnya mereka telah siap. Sang ibu memang meminta mereka pergi saat terang, pasalnya di saat seperti itu sang ayah pasti tengah tidur. Setelah berpamitan, mereka akhirnya meninggalkan tempat itu. Sebuah rumah kecil di ujung jalan dengan pintu bercat biru, bukanlah rumah yang besar dan mewah. Namun, disanalah seseorang itu tinggal selama ini. Seorang anak berusia sebelas tahun dan telah menjadi yatim piatu sejak ia berusia sembilan tahun.
Berbekal sebuah tas ransel yang sedikit lusuh, ia pergi dari kota itu. Tangan kirinya tak pernah melepas tangan Jungie. Untuk sampai ke halte bus, tidak dekat mereka harus berjalan, hingga tak jarang sosok yang lebih muda memintanya untuk beristirahat sejenak.
"Hyungieh..hah! Hah! Aku lelah...istirahat sebentar ya?" Tangan kecil itu menahan lengan yang lebih tua.
"Maaf, bunny... kita akan ketinggalan bus jika tidak lekas menuju halte. Hyung gendong saja, ya? Lagipula di sini tidak aman. Ayahmu... hyung sering melihatnya di daerah ini. Hyung gendong saja kalau Jungie lelah, hm?"
KAMU SEDANG MEMBACA
BABY'S BREATH
Fanfic[END] "Aku tahu kau mencintainya, tapi bolehkah aku tetap mencintaimu?" Tag: Romance, angst, love triangle ⚠️‼️ #boyslove #bxb #toptae #bottomkook Udah ditulis jelas disini yah...yang gak suka, silakan skip (•̀ᴗ•́)و ‼️Ini adalah cerita fiksi, karang...