7. Having an Affair?

118 6 0
                                    

"Haechan, bisakah kita pergi kelain restaurant? Aku sangat ingin makan galbi." Pinta Renjun secara tiba-tiba, ketika dia sudah tiba di depan restaurant bulgogi.

"Eoh tiba-tiba?" Tanya Haechan.

"Ingin galbi." Seru Renjun antusias, dan langsung menarik Haechan pergi dari restaurant ini.

Haechan yang di tarik tiba-tiba oleh Renjun pun hanya bisa pasrah, dan mengikuti ke mana Renjun akan membawa-nya.

Sampai akhirnya mereka tiba di restaurant galbi. Setelah lama-nya mereka berjalan, karena jarak antara restaurant bulgogi tadi lumayan jauh dengan restaurant galbi. Mereka pun segera mengambil tempat duduk yang telah di sediakan pelayan. Memesan makanan-nya lalu menunggu, dan selang beberapa menit kemudian, makanan dan minuman yang mereka pesan datang.

"Kenapa tiba-tiba ingin mengganti? Bukan-kah tadi kau sangat ingin makan bulgogi?" Tanya Haechan. Memincing curiga kepada Renjun.

Haechan sangat tau Renjun. Renjun itu kalau sedang ingin makan sesuatu? Harus di kabulkan hari itu juga. Ia bahkan sampai rela mencari makanan itu sampai dapat. Sampai ia bisa mencicipi makanan itu.

Namun apa yang dia lihat saat ini? Dengan mudah-nya Renjun memgganti pilihan-nya dalam sekejap? Padahal Haechan masih ingat kalau Renjun sangat antusias tadi.

"Aku tidak apa-apa. Hanya saja aku ingin memakan galbi." Ucap Renjun penuh keyakinan, agar Haechan tidak curiga.

Namun, Haechan tetap-lah Haechan. Dia itu tipikal orang yang susah di tipu dan sangat cerdik. Sampai-sampai membuat orang kesal karena kecerdikan-nya.

"Sungguh." Ucap Renjun frustasi. Ia bingung harus berkata apalagi untuk meyakinkan Haechan.

Haechan menghela nafas-nya kasar. Ia tau kalau sahabat-nya, yang saat ini sedang berada di hadapan-nya tengah berbohong. Namun ia tidak bisa memaksa Renjun untuk bercerita apa yang telah terjadi. Toh, kalau Renjun sudah tidak kuat menahan-nya? Renjun akan bercerita juga kepada diri-nya.

"Terserah diri-mu. Kau hanya perlu tau kalau aku selalu ada di sisi-mu, apabila kau membutuhkan tempat untuk berbagi cerita." Ucap Haechan. Lalu melanjutkan acara makan-nya yang sempat tertunda.

Renjun menghela nafas-nya kasar. Ia bersyukur mempunyai Haechan yang tidak pernah memaksa diri-nya untuk bercerita.

Yup, tadi Renjun berbohong mengenai ingin makan galbi secara tiba-tiba, padahal mereka sudah ada di depan restaurant bulgogi, tinggal sebentar lagi sampai di depan pintu restaurant, dengan terpaksa Renjun harus mengganti pilihan-nya.

Ia tidak mungkin mengajak Haechan untuk masuk ke dalam. Sedangkan netra-nya sudah lebih dulu menangkap keberadaan Jeno yang tengah makan bersama dengan seorang wanita, yang Renjun yakini bahwa wanita iu adalah klien dari Jeno.

Renjun takut kalau Haechan menuduh Jeno itu selingkuh. Padahal-kan keadaan-nya tidak seperti itu. Belum tentu makan bersama dengan wanita itu kan selingkuh. Iya kan? Entah-lah Renjun menganggap-nya seperti itu. Walaupun ia tau kalau wanita itu, wanita yang di foto Haechan kala itu. Bukan hanya itu, wanita itu juga sempat Renjun lihat tengah berada di dalam mobil Jeno.

Walaupun Renjun hanya melihat diri-nya dari belakang. Tapi Renjun yakin kalau itu dia.

Renjun tidak ada niatan bertanya kepada Jeno mengenai perempuan itu. Sungguh! Tidak ada sedikit pun niatan untuk bertanya.

Kenapa? Karena Renjun sangat takut. Ia takut kalau jawaban yang Jeno berikan tidak sesuai dengan yang ia harapkan.

Jadi, daripada ia menyakiti hati-nya sendiri akan sebuah jawaban dari Jeno? Lebih baik dia tidak menanyakan apapun kepada Jeno.

Renjun hanya akan mengikuti alur-nya saja. Toh, suatu saat juga akan ketahuan apa yang sebenarnya akan terjadi. Jadi, Renjun hanya tunggu waktu-nya saja. Tapi, ia tetap berharap agar tidak terjadi suatu hal yang Renjun tidak inginkan, terjadi dalam rumah tangga antara Renjun dan Jeno.

"Apakah dengan mengaduk makanan-mu, kau akan mendapatkan kekenyangan?" Ucap Haechan yang sukses membuat Renjun tersentak kaget.

"Aish! Kau mengangetkan-ku!" Rutuk Renjun kesal.

"Aku tau kau sedang memikirkan sesuatu. Tapi, jangan sampai pikiran itu membuat-mu jatuh sakit." Peringat Haechan.

"Ya ya ya! Bagaimana keadaan Shu Yu dan Xiao Bao?" Tanya Renjun kepada Haechan mengenai dua anak Haechan dan Mark, yang hanya berbeda selang 3 tahun.

"Kalau Shu Yu sangat terkendali. Berbeda dengan Xiao Bao. Ada saja barang yang pecah setiap hari-nya karena tingkah dia yang sangat aktif." Ucap Haechan, di iringi helaan nafas kasar.

Renjun terkekeh mendengar-nya. Yup, Renjun tau bagaimana aktif-nya Xiao Bao. Sifat Xiao Bao yang aktif, sama sekali dengan Haechan. Bukan hanya sifat, tingkah dan perlikaku-nya saja! Namun wajah Xiao Bao juga mengambil Haechan. Sedangkan Shu Yu? Mulai dari sifat, tingkah, kelakuan serta wajah-nya sangat mirip dengan Mark.

Renjun merasa kasihan dengan Shu Yu nanti. Dia akan mempunyai adik yang sangat mengesalkan nanti-nya.

"Xiao bao itu sama seperti diri-mu! Jadi, jangan salahkan Xiao Bao!" Peringat Renjun yang hanya bisa di balas anggukkan kepala pasrah oleh Haechan.

"Oh iya Njun! Kau sungguh yakin kalau wanita yang waktu itu foto-nya aku kirim ke kamu, itu benar klien-nya Jeno?" Tanya Haechan memastikan.

Pasal-nya, ia tidak mau sahabat-nya tersakiti karena masalah perselingkuhan.

Renjun yang mendengarkan itu hanya bisa memutarkan kedua bola mata-nya jengah. "Iya Haechanie. Harus berapa kali aku jawab pertanyaan-mu?!" Tanya Renjun frustasi.

Haechan yang melihat serta mendengar racauan frustasi yang keluar dari mulut Renjun pun terkekeh.

"Hehehe. Maafkan aku. Aku hanya ingin memastikan saja. Kau tau aku bukan? Aku tidak mau kau tersakiti. Aku tidak akan segan-segan meninju wajah tampan-nya kalau sampai ia berselingkuh di belakang-mu!" Titah Haechan.

"Yak! Kau menuduh Jeno-ku berselingkuh?!" Tanya Renjun kesal.

"Semua tidak ada yang tau Njun. Kau pernah dengar kalimat ini tidak?" Tanya Haechan.

Pertanyaan Haechan langsung mendapatkan hadiah berupa pukulan dari Renjun.

"Yak!" Desis Haechan, menatap Renjun nyalang.

"Bagaimana bisa aku pernah dengar atau tidak, kalau kau saja belum memberitahu kalimat itu!" Ucap Renjun. Mengabaikan tatapan nyalang Haechan.

Melihat tatapan nyalang Haechan. Bukan-nya malah menakutkan atau seakan terancam, Haechan malah terlihat seperti orang bodoh yang sedang menahan kesakitan serta makian-nya.

"Maka-nya dengan dulu samlai habis! Aku belum menyelesaikan ucapan-ku, kau malah dengan enak-nya main pukul kepala-ku!"

"Cepat katakan." Titah Renjun. Tak perduli protesan Haechan.

"Kau tau bukan kalimat yang menyatakan kalau laki-laki di dunia ini hanya ada dua. Kalau gak bajingan ya homo. Tinggal kau pilih deh tuh yang mana."

ALWAYS BELIEVE YOU - NORENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang