8. Are U Oke?

118 6 0
                                    

"Kamu mau ikut masuk ke dalam? Atau mau tunggu di sini?" Tanya Jaemin kepada Renjun.

"Di sini aja Na." Jawab Renjun tanpa berfikir panjang.

"Ya sudah kalau begitu kau tunggu sini ya! Jangan ke mana-mana! Nanti aku susah mencari diri-mu!" Peringat Jaemin yang langsung mengusak surai Renjun gemas, karena saat ini Renjun sudah mempout-kan bibir-nya gemas.

"Na! Aku bukan anak kecil!" Protes Renjun.

"Tapi kau memang kecil!" Seru Jaemin yang langsung pergi meninggalkan Renjun, karena takut terkena amukan Renjun.

Renjun mencebik kesal. Enak saja Jaemin langsung meninggalkan diri-nya setelah mengatai diri-nya kecil! Dia itu sebenar-nya tidak kecil, kalau tinggi-nya tidak mentok di umur 17 tahun.

Ingin sekali diri-nya mengejar Jaemin. Tapi ia urungkan. Tidak mungkin diri-nya yang notaben-nya seorang wanita yang sudah memiliki suami, masuk ke dalam kamar hotel seorang pria. Ya walaupun Jaemin dan Renjun bersahabatan? Tapi tetap saja tidak pantas.

"Jaemin sebenar-nya ngambil apa sih di sana? Ngambil rahasia negara? Kenapa lama sekali?" Gumam Renjun yang bosan karena menunggu Jaemin.

Netra-nya menatap sekitar guna mencari keberadaan Jaemin. Apakah pria yang mempunyai senyum manis itu sudah keluar dari lift, atau belum.

Tadi, rencana mereka itu ingin berangkat ke suatu tempat yang Renjun tidak ketahui, karena Jaemin tidak memberitahu-nya. Tapi, ketika di pertengahan jalan, Jaemin baru memberitahu-nya kalau card untuk masuk ke sana, ketinggalan. Jadi, mau tidak mau mereka harus memutar arah ke hotel Jaemin. Guna mengambil card itu.

"Jeno?" Gumam Renjun, ketika netra-nya menangkap keberadaan Jeno yang baru saja keluar dari lift bersama seorang wanita.

Renjun langsung menyembunyikan diri-nya di belakang tembok lobby. Netra-nya masih menatap pergerakan Jeno yang tengah merangkul pinggang seorang wanita, seraya bergegas keluar dari hotel ini.

"Jeno habisa ngapain ya?" Lirih Renjun, yang masih melihat Jeno masuk ke dalam mobil.

Membukakan mobil untuk wanuta itu, sebelum akhirnya dia juga ikut masuk ke dalam mobil.

Entah kenapa hati Renjun langsung merasakan sakit, ketika melihat pemandangan itu.

"Apa benar Jeno berselingkuh?" Gumam Renjun yang masih memegangi dada-nya yang terus berdetak kencang.

"Aish! Apa yang kau pikirkan?! Jeno tidak mungkin melakukan hal itu! Dia--dia hanya sedang menemani klien-nya untuk mengambil berkas yang ada di hotel ini. Atau dia baru saja makan siang di hotel ini!" Seru Renjun, mengusir pikiran negative-nya akan suami-nya.

"Tapi-kan kalau makan siang biasa-nya di lobby! Kenapa dia malah keluar dari lift? Apakah mereka menyewa kamar?" Gumam Renjun, menatap sendu kepergian Jeno bersama wanita itu.

Iya! Wanita yang ada di foto Haechan. Wanita yang ia pergoki sedang berada di mobil Jeno. Wanita yang ia lihat tengah makan siang dengan Jeno di restaurant bulgogi. Serta wanita yang ia lihat saat ini. Wanita itu sama, tidak berbeda.

"Renjun-ah! Berhenti berpikir yang tidak-tidak! Jangan pernah meragukan cinta Jeno terhadap diri-mu! Jeno tidak mungkin melakukan hal keji macam itu! Ia sangat mencintai-mu! Kau tau itu bukan?! Jadi stop memikirkan hal negative mengenai Jeno!" Maki Renjun terhadap diri-nya sendiri, yang terus berprasangka buruk kepada Jeno.

"Injun-ah, aku sedang apa?" Tanya Jaemin yang sukses membuat lamunan Renjun buyar.

"Eoh Jaeminie, sudah selesai?" Tanya Renjun, mengalihkan pertanyaan Jaemin.

"Sudah. Kau sedang apa? Bukan-kah aku sudah menyuruh-mu untuk tunggu di lobby sana?" Tanya Jaemin.

"Aku bosan karena terus menunggu-mu yang tak kunjung datang. Jadi, aku memutuskan untuk jalan-jalan melihat hotel ini." Alibi Renjun.

"Ayo!" Seru Renjun yang langsung menarik tangan Jaemin, untuk keluar dari hotel ini.

Ia tidak mau Jaemin menanyakan banyak pertanyaan yang akan menjebak diri-nya. Jadi, sebelum Jaemin bertanya? Dia sudah lebih dulu menarik Jaemin keluar, dan memasukkan Jaemin ke dalam mobil. Di ikuti diri-nya yang juga masuk ke dalam.

Mobil Jaemin akhirnya pergi meninggalkan area perkarangan hotel, menuju tempat yang ia janjikan.

Di sepanjang jalan menuju tempat yang Jaemin katakan, Renjun terus diam. Seperti tidak biasa-nya. Biasa-nya Renjun terus beceloteh ria. Bertanya apa saja kepada Jaemin. Atau diri-nya bernyanyi atau berjoget ria, lagu idol kesukaan diri-nya.

Sifat Renjun yang tiba-tiba pendiam seperti ini, sukses membuat Jaemin heran atas perubahan-nya.

"Injunie, kau baik-baik saja?" Tanya Jaemin yang tidak di gubris Renjun. Renjun tetap fokus menatap jalanan, melalui kaca mobil.

Jaemin menatap heran keterdiaman Renjun. Apakah Renjun tidak mendengar perkataan-nya? atau sengaja tidak mendengar?

"Injun, kau sungguh tidak apa-apa?" Tanya Jaemin, seraya memegang pundak Renjun.

Renjun tersentak kaget begitu Jaemin menepuk pundak-nya. "Yak! Kau mengagetkan aku Na Jaemin!" Teriak Renjun yang benar-benar terkejut.

Berbeda dengan Jaemin saat ini yang sedang meringis akibat teriakan Renjun.

"Yak! Jangan berteriak bisa? Ini bukan hutan!" Peringat Jaemin, memegangi telinga-nya dengan salah satu tangan-nya.

"Siapa suruh mengagetkan aku?!" Protes Renjun.

"Aku hanya ingin memastikan-mu! Apakah kau baik-baik saja atau tidak! Kau tau? Sedari tadi kau hanya diam, tidak ada niatan untuk bersuara atau bertindak gila! Maka dari itu aku khawatir! Aku takut kau kerasukan arwah pendiam!" Oceh Jaemin yang terus berbicara, tanpa memberika jeda sedikit pun.

Yoksi! Seperti biasa! Jaemin dengan tingkat kepekaan-nya yang sangat tinggi, sukses membuat Renjun meringis.

Jaemin selalu tau apabila Renjun sedang memikirkan sesuatu, atau tengah ada masalah yang mengganggu pikiran-nya.

Ah, sebenar-nya bukan hanya Jaemin! Haechan juga tau dan peka terhadap perasaan Renjun. Apakah Renjun sedang berbohong, menyembunyikan sesuatu, atau tengah mempunyai masalah.

Apa segitu mudah-nya diri-nya, sehingga orang lain dapat mudah membaca keadaan-nya.

Dan tentu saja Renjun sangat kesal akan hal itu. Membuat diri-nya tidak bisa memendam perasaan-nya sendiri, dan terpaksa harus berkata jujur.

"Renjun, jawab pertanyaan-ku!" Tanya Jaemin yang jengah karena Renjun tidak menjawab pertanyaan-nya.

"Aku tidak apa-apa Na Jaemin!" Jawab Renjun yang sama jengah-nya dengan Jaemin.

Ia lelah terus di tanyakan apakah diri-nya baik-baik saja atau tidak. Karena diri-nya juga tidak tau harus menjawab apa. Dia juga tidak tau mengenai perasaan-nya sendiri.

"Sungguh? Kau terlihat seperti menyembunyikan sesuatu kepada-ku." Ucap Jaemin, melirik Renjun sekilas.

"Sungguh Na Jaemin. mau sampai kapan kau harus bertanya kepada-ku?!"

ALWAYS BELIEVE YOU - NORENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang