Part 3 :
"Rewind the clock, rewind now
The forbidden games and this magic hour"🍁
Mata Anara terpaku pada sosok tegap yang berjalan masuk ke dalam kelas. Mata tajam lelaki itu masih sama seperti kemarin juga sama seperti beberapa tahun silam.
"Dava sekelas sama kita?" Anara berbisik kecil pada Naya yang sekarang menjadi teman sebangkunya. Metha sepakat dengan Anara dan Naya untuk duduk bergilir, setiap hari mereka akan bertukar tempat. Dan hari ini Metha yang duduk sendiri.
"Lo kenal Dava?" Naya menautkan alisnya kaget Anara bisa mengenal si anak badung itu. Anara mengangguk kecil. "Dia anggota DPR yang satu kelas sama kita."
Bagai petir di siang bolong Anara kaget bukan main matanya terbuka lebar. Sudah satu kelas, anggota DPR pula. Anara hanya berharap semoga Dava tidak pernah mengingat dirinya.
"Minggir! Bangku gue ini!" Sentak Dava mengusir Metha dari bangkunya bahkan melempar semua barang milik Metha yang ada di meja. Bukan hanya Anara yang tersentak kaget tapi juga seluruh penghuni kelas yang langsung terdiam.
Metha dengan mata dinginnya berdiri dengan tenang membereskan semua barangnya yang berhamburan ke lantai.
"Lo bisa duduk berdua sama gue." Kata Metha dengan tenang, tak sadar teman sekelasnya menahan nafas takut. Bisa-bisanya Metha berani untuk duduk satu bangku dengan Dava.
Dava memincing tajam, biasanya semua orang akan langsung mengikuti perintahnya tapi mendengar Metha yang membalas dirinya membuat Dava tertarik.
Lelaki dengan mata tajam itu menyeringai lebar, sekilas ia melihat Anara di samping yang menatapnya ketakutan.
"Lo balik ke bangku Lo yang dulu!" Ucap Dava tak ingin dibantah.
"Gak ada bangku kosong selain bangku ini Dav." Balas Metha masih dengan wajah tenangnya. Bahkan Metha sama sekali tak terlihat terintimidasi oleh tatapan tajam Dava.
"Udah Met duduk bertiga aja sama kita." Alma berusaha menarik tangan Metha, menghentikan keinginan gila Metha duduk berdua dengan Dava.
Anara merasa bersalah, karena dirinya Metha sekarang harus melawan Dava sekarang. Sepertinya nanti Anara harus memberi hadiah pada Metha.
"Iya Met sini duduk sama kita." Timpal Laura dengan gugup. Dava ikut menoleh pada Alma dan yang lain. Tapi matanya fokus pada Anara.
"Wow, ternyata kita satu kelas." Gumam Dava menyeringai dengan dinginnya. "Lo bisa duduk bareng Naya," ucapnya pada Metha. "Biar dia yang duduk sama gue." Dava mengangkat dagunya ke arah Anara.
Semua mata tertuju pada Anara yang perlahan memberingsut mundur menghindari tatapan Dava. Jelas terlihat raut ketakutan dari wajah Anara sekarang.
Tahu Anara yang ketakutan Metha langsung menutupi Anara di belakangnya. "Gue aja yang duduk sama Lo."
"Gue gak butuh suara Lo!" Sahut Dava, lelaki itu menggeser Metha menyingkir dari hadapannya. "Bukannya kita teman Anara? Kenapa Lo takut gini liat gue?" Dava terkekeh setelah mengucapkan kalimat lembut itu.
Melihat wajah Anara yang polos ketakutan seperti ini selalu menggelitik perut Dava. Saat di depan toilet lelaki tempo hari dan sekarang.
"Lo tenang aja gue gak akan gigit." Dava menarik tangan Anara untuk ikut dengannya duduk bersama. Anara tidak memberontak rasa takutnya berhasil mengalahkan perhatiannya untuk mengikuti keinginan lelaki itu.
Satu kelas yang tadi senyap kini mulai berjalan seperti biasa, hanya keempat temannya yang memandang prihatin Anara yang menjadi korban.
Anara meringis balik menatap teman-temannya berkata dengan matanya bahwa ia baik-baik saja. Metha menghela nafas kecil lalu mulai membereskan barangnya dan duduk di tempat Anara tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
LO$ER = LO♥️ER
Novela Juvenil"Kamu tahu sendiri Dava kalo aku cinta kamu bukan kak Andra." Lirih Anara mengungkap Isi hatinya untuk kesekian kalinya. "Dan Lo juga tau sendiri kalo gue gak cinta sama Lo! Gue disini cuma membalaskan dendam gue." Anara menahan nafasnya, seketika...