• Angel Or Devil •

7 2 0
                                    

Part 6 :

"Better than heaven, fine
Better than hell, fire
Can you tell me your mind
Let me know the way to you."

🍁

"Lo pacaran sama Andra?"

"Kak Andra, Dav!" Koreksi Anara sambil mengambil obat tetes untuk mengobati luka di wajah Dava. Dava sendiri duduk di salah satu brankar kosong. Sekolah sepi karena sudah lewat dari jam pulang juga salah satu alasan mengapa UKS kosong. 

"Gak penting! Jawab aja pertanyaan gue!"

Anara berbalik mendekati Dava.

"Iya, kenapa emangnya? Kita berdua cocok kan? Omong-omong kamu orang pertama yang tau kalo aku sama Kak Andra udah pacaran. Bahkan teman-teman aku belum ada yang tau." Cerita Anara dengan antusias. Tak menyadari tatapan Dava yang malas untuk menanggapi ceritanya.

Dava hanya bertanya dan hanya menginginkan jawaban ya atau tidak bukan jawaban panjang yang bisa membuatnya mengantuk.

"Kenapa?"

Anara mengerutkan keningnya,

"Kenapa apanya?"

"Kenapa Lo harus pacaran Ketika gue udah tau cara balas dendam yang paling seru buat Lo?" Jawab Dava gamang. Anara bergeming, menatap lekat mata tajam itu.

"Mak—maksud kamu?"

"Obati gue dulu." Gadis itu menurut langsung mengobati Dava. Dengan telaten tangan lentik Anara mulai mengusap penuh kehati-hatian wajah Dava yang penuh luka. Anara masih tak paham apa yang membuat wajah tampan Dava sampai babak belur macam ini.

Setelah selesai keduanya keluar untuk pulang, Anara bahkan melupakan apa yang akan Dava bilang tentang balas dendam yang lelaki itu siapkan untuk dirinya.

"Lo pulang sendiri?" Anara mengangguk.  Kepalanya celingukan melihat jalanan depan sekolah yang sepi, berharap semoga bis yang ia biasa pakai untuk pulang akan cepat melewati sekolahnya. Jika tadi Dava tak datang untuk meminta mengobati lukanya mungkin sekarang Anara sudah pulang diantar Andra dengan mobilnya. "Mau gue antar?"

Anara mengerjap lucu, dirinya tak percaya Dava sedang menawarkan untuk mengantarkan dirinya pulang. Biar Anara perjelas lagi, lelaki itu menawarkan bukan memaksa atau meminta. Lelaki yang biasanya menganggu dan menyuruhnya sesuka hati kini sedang berbaik hati kepadanya. Apa mungkin karena efek luka membuka kepala Dava konslet?

"Serius?!" Tanya Anara dengan binar lucu di matanya. Dava langsung mengalihkan matanya menghindari tatapan Anara.

"Hmm."

"Yaudah ayo! Kayaknya bis ijo juga gak akan lewat lagi." Anara berbalik. Dirinya berjalan mendekati parkiran motor. "Dava ayo!" Teriak Anara menyadarkan Dava yang malah melamun. "Motor kamu dimana?"

🍁🍁

Dava tak langsung membawa motornya ke rumah Anara melainkan sengaja menghentikannya di salah satu stand makanan di pinggir jalan. Anara yang kebingungan hanya diam dan mengikuti kemana Dava berjalan.

Dava memesan makanan yang ia mau dengan menyebutkannya pada ibu-ibu yang mulai mencatat pesanannya. Setelah pesanan Dava telah selesai dicatat lelaki itu menoleh memandang Anara.

"Lo gak mau makan juga?" Ucap Dava.

"Hah?!"

"Cepetan Lo mau pesen apa?! Kasian tuh ibunya nunggu." Ucap Dava lagi. Anara yang masih mencerna pertanyaan Dava mulai tersadar dan melihat menu apa saja yang ada di sana.

LO$ER = LO♥️ERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang