Part 6

759 102 98
                                    

Tiga jam berlalu sejak kejadian dimana Ken yang mengambil mahkota berharga milik Zahra dengan paksa serta membuat Zahra merasa bahwa dirinya sangat-sangat kotor dan hina.

"Hiks maafin Zahra ibu, ayah.... maafin Zahra.... pasti di sana kalian kecewa banget kan sama Zahra....hiks.. Zahra udah kotor ibu, hiks Zahra udah nggak suci lagi...hiks Zahra udah buat dosa. Zahra udah...." Ucap Zahra sambil menangis histeris sampai tak bisa melanjutkan ucapannya diakhir kalimat.

Setelah puas menangis, Zahra memutuskan untuk keluar dari tempat menjijikkan itu dengan jalan yang aneh. Saat telah sampai didepan kelas, Zahra langsung masuk dan mengambil tasnya lalu berjalan keluar dengan cepat sambil menahan rasa sakitnya. Zahra juga menghiraukan tatapan dan ucapan para teman sekelasnya.

"Eh, si Zahra kenapa tuh?"

"Mungkin habis di bully orang. Dia tadi nangis."

"Haha sukurin, siapa suruh tadi keluar, di bully kan jadinya."

"Iya bener. Huahahaha"

•••

Pov Zahra

Zahra sampai dirumahnya, lebih tepatnya sebuah kontrakan berpetak yang disampingnya terdapat kontrakan lain.

"Bodoh kamu Zahra, bodoh! Kenapa tadi nggak langsung lari sih! Kenapa malah diem! Sekarang apa yang terjadi? Kamu udah nggak suci lagi Zahra hiks... kenapa... hiks." Maki Zahra pada dirinya sendiri sambil menangis dibawah selang air yang sengaja dihidupkan.

"Zahra udah kotor! Zahra jijik sama tubuh ini! ZAHRA JIJIK!!!"

"Ya Allah maafin Zahra, ibu ayah maafin Zahra hiks...." Tangisan Zahra semakin deras, entah hanya kebetulan atau tidak hujan tiba-tiba turun dengan deras seakan-akan hujan tau akan kesedihan Zahra.

Pov Zahra end

•••

Pov Sarah

Sedangkan ditempat lain, Sarah sudah kelimpungan mencari Zahra kesana-kemari.

"Si Zahra kemana sih, tadi kata Sera dia pulang, tapi dimana?, Dari tadi gue nyari nggak ketemu ketemu, ini lagi pakek hujan segala, kan jadi susah." Ucap Sarah kesal karena mencari Zahra yang entah dimana.

"Ini juga hujan, kalau turun tuh ngomong, jangan asal turun aja." Gerutu Sarah sebal.

Hening beberapa saat karena Sarah sedang berfikir dimana Zahra berada sekarang hingga.

"Astagfirullah Sarah, kalau si Zahra pulang kan otomatis dia pulangnya ke kontrakan, astaga nih otak kenapa pinternya sekarang sih, kenapa nggak dari tadi coba, kan capek gue nyarinya...huh dasar otak abal-abal...eh astagfirullah." Ucap Sarah nyeleneh sambil memukul kepalanya pelan dan tertawa.

Sarah langsung menuju ke kontrakan Zahra dengan mobilnya sambil tertawa geli karena teringat akan perkataannya tadi.

Pov Sarah end

•••

Di sini lain, Zahra baru saja keluar dari kamar mandi dengan keadaan yang lebih baik. Dengan baju dan celana panjang serta rambut yang basah sehabis keramas.

Zahra lalu melaksanakan shalat dan memohon ampunan kepada Allah karena kesalahan yang telah ia perbuat tadi bersama Ken.

Air matanya kembali turun dengan deras, Zahra merasa bahwa dirinya sudah gagal menjaga mahkotanya untuk suaminya kelak, dia juga merasa bahwa dirinya sudah sangat hina dan sangatlah kotor.

•••

Pov Kendrick

Ken baru saja bangun dari tidurnya dan kebingungan kenapa ia bisa berada di gudang. Dan kenapa lantai samping tempatnya tidur itu kotor dan kenapa ada darah juga disitu, dan masih banyak lagi pertanyaan dibenaknya.

"Gue kenapa bisa ada disini, bukannya tadi gue lagi minum di rooftop sama anak-anak." Ucap Ken bingung sambil melihat ke arah lantai yang kotor.

"Ini bukannya cairan?... Gue... Nggak mungkin lah.. Eh, itu kotak apaan?" Ucap Ken ragu dan mendadak dia melihat sebuah kotak yang tak jauh dari lantai yang kotor tadi.

"Kotak susu? Jadi cairan ini...gue kira punya gue." Ucap Ken sambil tertawa geli dengan pikiran negatifnya.

Setelah itu Ken pergi menuju rooftop dengan menahan rasa pusing di kepalanya yang masih belum hilang, mungkin efek kebanyakan minum.

Pov Kendrick end

•••


Menyalurkan salah satu hobi adalah cara untuk menghibur diri. Sama halnya dengan Zahra, ia mencoba untuk melupakan kejadian tadi dengan memasak. Tak lama kemudian terdengar ketukan pintu yang sangat keras.

"Siapa ya? Sebentar!" Ucap Zahra sambil mematikan kompor serta memakai jilbab instannya dan berjalan ke depan dengan jalan yang masih sama seperti tadi.

Baru saja membuka pintu Zahra langsung dibuat kaget karena yang datang adalah Sarah.

"Sarah, kamu ngapain ke sini? Oh iya ayo masuk, di luar lagi hujan, dingin." Tanya Zahra sambil menggeser tubuhnya agar Sarah bisa masuk, tak lupa juga tersenyum untuk menutupi kesedihannya

"Zahra...lo tu tau nggak sih, tadi tuh gue nyari lo kemana-mana, dan lo malah dirumah. Gila gue nyari lo sampe keliling-keliling kota naek mobil mahal gue, dan lo malah santai-santai kayak gini. Tadi gue telfon lo, kenapa nggak diangkat? Gue nelfon lo udah lebih dari lima ratus puluh kali asal lo tau, dan nggak lo angkat! Ngabis ngabisin pulsa gue aja lo!" Baru saja masuk, belum duduk pula, si Zahranya aja baru nutup pintu udah di kasih siraman rohani sama Sarah.
Ngomong nggak ada jedanya, nggak nafas kali ya ngomongnya.

"Duduk dulu sar, biar nggak pegel, mau minum apa? aku buatin." Ucap Zahra sambil bertanya apa yang ingin diminum Sarah.

"Hujan hujan begini cocoknya minum yang anget anget nih, teh ajalah ra." Ucap Sarah sambil membayangkan betapa nikmatnya meminum teh hangat saat hujan.

"Yaudah bentar aku buatin." Ucap Zahra sambil berjalan menuju dapur.

Tanpa Zahra sadari Sarah memperhatikan cara jalannya sambil mengedip ngedipkan matanya berharap apa yang ia lihat salah. Dan berharap bahwa matanya baik-baik saja, tidak jerawatan misalnya.

"Eh, gue nggak salah liat kan, cara jalannya si Zahra kok kayak kakak ipar gue yang habis nikah yak, gue nggak salah liat kan ya?" Ucap Sarah dalam hati sambil membuka lebar-lebar kedua matanya berharap apa yang ia lihat barusan itu salah.

Melamun, ya itu yang dilakukan Sarah saat ini pikirannya berjalan jalan kesana-kemari. Hingga tepukan di bahunya membuat Sarah tersadar dan menengok ke samping kanan, ternyata yang menepuk bahunya adalah Zahra sahabatnya, mungkin.

"Kenapa? Kok ngelamun?" Tanya Zahra heran biasanya Sarah itu cerewet.

"Hah oh anu gue, gue heran aja kenapa lo jalannya kayak pincang gitu, aneh nggak kayak biasanya." Ucap Sarah sambil meminum teh hangat miliknya.

Sementara Zahra dia sudah panik ingin menjawab apa, jika jujur dia pasti akan dihina oleh Sarah, mau tak mau ia harus berbohong kepada Sarah.

"Eh anu aku...aku...itu tadi aku...eeee kepleset, iya kepleset, dikamar mandi tadi." Ucap Zahra gugup dan berdoa didalam hati supaya Sarah percaya dengan apa yang ia katakan.

"Oh, masih sakit kakinya ra?" Tanya Sarah agak curiga dan berusaha untuk percaya dengan apa yang dikatakan Zahra tadi.

"Oh enggak-enggak, udah mendingan." Jawab Zahra lega karena Sarah telah percaya dengan alasannya tadi.

"Terus tadi kenapa kamu pulang duluan?" Tanya Sarah setelah beberapa menit mereka terdiam.

"Oh tadi itu aku eeee sakit, iya sakit."  Jawab Zahra dengan sedikit ragu.

"Sakit? Nggak parah kan? Mau ke dokter?" Tanya Sarah dengan nada sedikit khawatir.

"Enggak kok, nggak usah, udah mendingan juga." Jawab Zahra sambil tersenyum manis yang membuat Sarah mau tak mau harus percaya.

"Ada makanan nggak ni, laper gue?" Tanya Sarah sambil berjalan menuju ke dapur.

"Ada kok, baru aja selesai masak tadi, yuk makan." ajak Zahra lalu duduk di kursi meja makan.

----------

25 November 2021

NOT MARRIEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang