•
•
•
Cukup banyak yang membantu mempersiapkan acara sekolah termasuk seluruh anggota Osis.
Para anak lelaki hanya ditugaskan untuk membantu mendirikan panggung bersama dewan guru lainnya, sedangkan anak perempuannya sibuk mempersiapkan dekorasi untuk memperindah tampilan panggung.
Tapi, ditengah aktifitas itu Bagas merasakan ada yang hilang.
Seorang wakil ketua itu tidak menunjukkan intensitasnya sejak pagi tadi sangat membuat Bagas khawatir.
Sampai pada akhirnya, ia memilih untuk meninggalkan pekerjaannya dan menghampiri siswa kelas 10 yang sedari tadi sibuk membantu memasang tiang panggung.
"De, liat Alena ga?" tanya Bagas.
"Maaf kalau sekarang kurang tau. Tapi, tadi pagi ku liat dia ada di gudang sekolah." jawabnya.
Setelah Bagas mendengar jawaban darinya, tanpa pikir panjang lagi ia langsung beranjak dari lapangan upacara ke gudang sekolah untuk menemui Alena. Namun, saat dipertengahan jalan, Bagas tidak sengaja menabrak seorang siswa dengan kotak besar yang dibawanya.
"Ah maaf, aku buru-buru." ujar Bagas sembari membantu mengambilkan beberapa kotak yang berjatuhan.
Tapi, disaat Bagas masih mengumpulkan barang yang tercecer, tiba-tiba seseorang didepannya saat ini memanggil namanya.
"Woi Bagas, bantuin aku buruan!" mohonnya yang tak lain adalah diriku sendiri.
Aku nekat membawa empat kotak besar yang lumayan berat menuju lapangan sendiri.
Beruntungnya Bagas datang di waktu yang tepat untuk membantu ku membawakan sebagian kotak itu.
Kami pun kembali beranjak ke lapangan utama dengan membawa beberapa kotak tadi. Namun, ditengah perjalanannya Bagas membuka percakapan dengan menanyakan isi dari kotak-kotak besar yang kami bawa.
"Isi kotaknya apaan anjir. Berat!" tanya Bagas yang mulai keberatan mengangkat tiga kotak besar di tangannya.
"Cuma benner sekolah doang sih sama beberapa dekorasi, ya kali aja berguna," jawabku dengan nada santai.
"Dekor kan udah dibawa kelapangan semua. Terus ini punya siapa?" ucap Bagas bingung.
"Punya ku lah. Tadi pulang bentar buat ambil ini," sambung ku.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALEGAS
Teen FictionSepasang insan yang memiliki jabatan sebagai ketua dan wakil osis ini awalnya menganggap satu sama lainnya adalah rival. Tapi, sesuatu mengubah perasaan salah satunya untuk mulai menaruh rasa terhadap rivalnya itu.