[18] Memar

24 0 0
                                    

Aku tunggu vote dan komen dari kamu!!! ^^

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku tunggu vote dan komen dari kamu!!! ^^

Happy Reading

●••◈••◈••◈••●

Semerbak aroma sabun mandi memenuhi ruang kamar seorang gadis yang baru saja selesai dengan kegiatan mandinya. Bathrobe berwarna putih menyelimuti tubuh gadis itu. Langkah kakinya berjalan menuju kearah kaca yang ada dikamarnya. Ia memandangi wajahnya yang semakin hari terlihat makin pucat, lantas ia menyunggingkan senyumannya. Kini dirinya terlihat seperti mayat hidup yang dipaksa tersenyum.

Kemudian gadis itu membalikkan tubuhnya, membelakangi kaca tersebut. Tangannya bergerak untuk membuka bathrobe yang dipakai. Dari pantulan kaca terlihat punggung gadis itu. Punggung yang kini dipenuhi dengan memar yang kian banyak muncul.

"Lama-lama habis badan gue," Gumamnya sambil tersenyum miris. Ia segera melanjutkan kegiatannya untuk bersiap-siap sebelum pergi ke sekolah.

Membutuhkan waktu hampir 5 menit untuk Aera sampai ia benar-benar memakai seragam sekolahnya. Setelah menyisir rambutnya, ia berkaca sebentar kemudian turun ke lantai bawah untuk sarapan bersama sang kakak. Di ruang makan, sudah ada Doyoung yang duduk menunggunya. Diatas meja itu, ada beberapa menu sarapan yang di masak oleh Doyoung. Namun Aera tak nafsu makan.

"Aku makan roti pake selai kacang aja ya?" Ucap Aera meminta persetujuan namun sang kakak menolak. "Buat apa kakak capek-capek masak kalau kamu ga makan?"

Gadis itu terdiam menatap Doyoung yang menyendokan nasi keatas piring untuk dirinya. "Makan yang banyak, abis itu minum obat."

Dengan sangat malas, Aera mulai memegang sendoknya. Namun ia benar-benar tidak ingin sarapan dengan nasi. Perutnya terasa mual. "Kak-"

"Makan, Ra."

Karena malas berdebat, akhirnya gadis itu mulai menyuapkan nasi kedalam mulutnya. Dengan terpaksa ia kunyah dan ditelan. Walaupun hanya memakan setengah porsi, namun Doyoung sudah sangat bersyukur. Karena adiknya itu akhir-akhir ini sering melewatkan makan.

"Minum obatnya." Ucap Doyoung begitu sang adik sudah berjalan menuju tangga. Aera hanya mengangguk sebagai jawaban.

Tanpa Doyoung ketahui, Aera hanya membuka bungkus obatnya kemudian isinya ia buang di tempat sampah. Beberapa hari ini ia melakukan hal itu. Merasa sudah muak untuk mengonsumsi obat-obat itu selama beberapa tahun yang katanya akan menyembuhkan penyakitnya.

"Dokter pembohong, obat ga berguna." Gumamnya kemudian menutup tempat sampah. Lantas gadis itu segera meraih ranselnya dan kembali turun kelantai bawah.

Hari ini ia berangkat diantar oleh sang kakak dengan menaiki mobil. Sesampai disekolah, seperti biasa Aera langsung berjalan menuju ruang kelasnya. Ada beberapa orang yang mengenalinya dan menyapa. Dengan senang hati dan senyum tulus diwajahnya, gadis itu selalu membalas sapaan tersebut.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 25, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kisah Singkat | Lee JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang