Bersua

80 4 0
                                    

aku mengajak ibu pergi ke rumah sakit untuk mengecek apakah aku hamil apa tidak

"dinda harus kuat ya, ini semua udah takdir" ucap ibu tersenyum dengan bersimbah air mata dan memelukku
"bu dinda pengen bicara"
"apa din" ucap ibu sambil memegang tanganku
"dinda bukan pemilik nilai terbaik saat UN, maafin dinda yang ngecewain ibu"
"itu ga masalah din, ibu akan kerja lebih keras lagi agar kamu bisa kuliah"
"jangan bu, ibu sudah mengabdikan hidup ibu untuk dinda, kini ibu harus mencintai diri ibu, dinda tidak usah kuliah, dinda kerja saja"
"kamu harus kuliah din, impianmu dari dulu ingin kuliah, ibu tidak mau menjadi ibu yang gagal untuk anaknya"

aku bergegas menemui arcelio dan menjelaskan kepadanya

"cel, diperutku ada seseorang" ucapku dengan menatap gemerlap cahaya"hukum aku din!" menatapku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"cel, diperutku ada seseorang" ucapku dengan menatap gemerlap cahaya
"hukum aku din!" menatapku

aku dan arcelio saling beradu tatap

"aku tau ini semua takdir ilahi, aku juga sudah berdamai dengan diriku, dan aku sudah memikirkan untuk menghukummu"
"aku siap melakukan apapun, dipenjara pun aku tidak masalah"
"aku ingin menghukummu sebagai teman hidupku, dan aku ingin memastikan bohongmu tak berbohong lagi"
"din, aku memang tidak pantas untukmu, tapi izinkan aku menjagamu dan menjaga si kecil segenap hatiku sampai akhir hayatku, sampai jadi debu, diliang yang satu"
"cel, kalau kamu ngerasa tidak pantas, sampai kapanpun kamu tidak pernah pantas, jadi yakinkanlah raguku"

kini arcelio mengucap janji kepadaku, dan kita berdua saling menumpahkan air mata

setelah perdebatan pijar resah yang mulai redup, kita berdua kembali pulang

Manusia NadirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang