Jangan ngaku jatuh cinta kalau tidak mau terdengar bodoh. Karena urusan cinta memang tidak terlepas dari gengsi.
–Arga Schaeckher
🌷
"Setres, itu Damian mukul drum udah berasa kayak mau gebukin orang!"
"Lagi emosi kali, makanya dia cari pelampiasan."
"Pelampiasan sih pelampiasan, tapi ini kan drum kita coy. Lumayan mahal kalo mau beli lagi karena rusak."
"Biarin aja, dia lagi butuh waktu sendiri. Jangan di ganggu kalo nggak mau kena semprotan emosi."
Arga, Dom serta Deffrian saling memandang. Berdiri dengan postur tegak walau tangan di lipat di depan dada. Sejak tadi ketiganya setia menatap pergerakan diri Damian yang terlihat tidak santai saat memukul drum dari balik kaca di luar ruangan rekam studio. Ada guratan emosi di mata lelaki tampan tersebut. Layaknya burung beo yang baru lepas dari kandang, Arga sedikit tidak terima saat Damian memainkan alat tersebut dengan emosi yang meletup-letup. Takut rusak katanya.
Ingatan tentang Sarah yang menangis di dalam ruangan beberapa hari lalu masih terputar jelas di ingatan kepala Damian. Membuat bara emosi kian membuncah di dalam dada tanpa ia sendiri ketahui penyebab alasannya.
Apa Damian merasa kesal karena Sarah menangisi lelaki tidak benar seperti Jacob? Padahal sebenarnya ia sendiri tidak ingin ikut campur serta tak memiliki urusan dengan kedua orang tersebut. Atau, objeknya adalah karena itu Sarah? Seorang wanita yang telah mendeklarasikan diri sebagai juru masak bagi kesehatan Damian?
Pertanyaan bertubi-tubi masih saja terus masuk dan memenuhi isi kepala Damian beberapa malam terakhir. Membuat ia sendiri tak dapat tidur nyenyak. Apakah efek melupakan seseorang yang telah menyakiti perasaan sesulit itu?
Puas bermain dengan drum dan merasa bahwa ia sedikit kelelahan karena mengeluarkan banyak keringat. Damian melepas kaosnya seraya menegak air mineral yang baru saja di bawakan oleh Deffrian. Lelaki tampan berwajah Asia itu tersenyum lebar. "Kenapa lagi sih lo? Perasaan setiap hari bawaannya emosi aja? Lagi ada masalah apa gimana?"
Deffrian memang selalu seperti ini, memiliki sikap perhatian, tak jarang ia selalu di jadikan tempat curhat oleh anak-anak band mereka. Damian menggeleng kepala pelan dan tersenyum miring. "Nggak ada apa-apa," alibinya. Mana mungkin pula Damian memberitahukan isi kepalanya terhadap Deffrian. Karena semua alasan yang membuat Damian menjadi seperti ini adalah karena Sarah.
Apa kata Deffrian nanti jika ia benar-benar bercerita seperti demikian?
"Bohong kok di jadiin hobby, Dam."
"Beneran nggak ada, gue cuman lagi mau me-refresh otak aja."
"Me-refresh otak sampe bikin tangan lo jadi begitu?" tunjuk Deffrian tepat pada tangan besar temannya. Yang memerah sebab terlalu lama memegang stick dengan kekuatan penuh. Damian lagi-lagi tersenyum remeh. Menambah kesan tampan yang selalu melekat di dalam diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rosses Locke
Romance"They're so hit different," adalah kalimat pertama yang Sarah ucapkan ketika ia salah memasuki ruangan studio milik sang saudara kembar. Berisi lima pemuda tampan bagai keturunan surga yang sialnya memiliki kemampuan mematikan, membuat Sarah hampir...