"Soren?"
Soren membuka mata dan tersentak. Pemandangan yang dilihatnya terasa asing. Di mana ini? Ini bukan kamarku.
Setelah mengerjap beberapa kali, barulah dia sadar bahwa ini kamar ibunya. Aku sedang bersembunyi di Anchor Knight. Pesta nikah Esmé yang kacau balau itu... Meg membawaku dan Eva ke sini, untuk menghindari orang-orang ARC.
Soren menoleh dan melihat ibunya di sebelahnya. Wanita itu sedang berada di kursi roda. Di belakang, televisi menyiarkan serial drama zaman dulu.
"Mum..." Eva tidak kelihatan. "Di mana Eva?"
"Dia bersama Meg."
Soren duduk. Dia baru menyadari bahwa dia sedang berbaring di ranjang ibunya. "Mum, maaf. Aku ketiduran di ranjangmu."
Eleanor tersenyum maklum. Dia menunjuk poci teh yang masih beruap dan satu cangkir kosong, menawarkan teh. Soren menggeleng, dia tidak kehausan.
"Kau bermimpi buruk, ya?" tanya Eleanor. "Aku mengamatimu."
Soren mengangguk malu.
"Mimpi tentang kejadian hari itu, ya?"
"Bagaimana kau masih mengingatnya, Mum?" Soren pindah ke kursi tamu karena merasa bersalah. "Bukankah seharusnya kau sudah... melupakannya?"
"Ada hal yang ditakdirkan untuk tidak dilupakan." Eleanor bertumpu di pinggir kursi rodanya dan pindah ke kursi malas di depan putranya. "Kuharap aku bisa melupakannya, tetapi tidak bisa. Aku bisa tidak ingat kapan ulang tahunmu, ulang tahunku sendiri, atau bahkan tanggal hari ini... tetapi untuk yang satu itu, aku tidak bisa..."
Kuharap aku juga bisa melupakannya, pikir Soren. "Kau mau istirahat, Mum? Udaranya dingin."
Eleanor menggeleng. "Aku minta maaf."
"Tidak perlu." Soren membelai tangan ibunya. "Kita sudah sering membahas ini. Itu sebuah bencana. Kau juga menjadi korban. Bukan salahmu. Bukan salah siapa-siapa."
Eleanor menggeleng-geleng dengan sedih. Dia menggeser kursinya dengan susah payah ke arah Soren dan memeluk pria itu. "Aku pantas disalahkan untuk ini. Suatu hari kau akan mengerti, dan kuharap kau sudi memaafkanku."
"Mum, apa yang kau bicarakan?"
Eleanor tersedu-sedu di bahu putranya. Soren memeluk balik ibunya, dan mengusap-usap punggungnya yang mulai bungkuk. Ibunya jarang membahas tsunami itu, dan Soren mengira Eleanor sudah melupakannya. Mungkin Mum mengingat hal yang berbeda. Pasien demensia bisa terkenang akan peristiwa yang menyedihkan, dan ingatan itu tak bisa lepas dengan mudah.
Ibu dan anak itu berpelukan selama beberapa menit. Soren tidak yakin apakah ibunya sedih, kecewa atau menyesal; tampaknya ketiga perasaan itu telah bercampur menjadi satu dalam tangis Eleanor.
Dengan hati-hati Soren melepaskan pelukan ibunya dan membimbingnya kembali ke tempat tidur. Kalau begini terus, Mum bisa kelelahan.
"Mum, berbaringlah. Aku akan mencari Eva."
Eleanor masih menangis dengan pilu. Soren terpikir untuk mengalihkan pikiran ibunya dari kesedihan apa pun yang sedang dikenangnya. Dia tidak perlu mengingat-ingat apa pun. Di sini, semuanya aman.
"Kau tahu, Mum... Eva itu sebuah android. Dia robot."
Tangis Eleanor semakin keras.
"Mum, kau mendengarku? Eva berbohong padamu. Dia tidak berasal dari Islandia. Hitobot yang mengirimnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Saving Soren Adam [TAMAT]
Science FictionLondon, 2045. Dibantu robot-robot dengan kecerdasan buatan, orang-orang berusaha membangun kembali kehidupan mereka setelah diluluhlantakkan oleh bencana virus mematikan dan perubahan iklim. Sebagai penyintas kedua malapetaka itu, Soren Adam tidak p...