8. Merajut

562 198 17
                                    




Beberapa hari berlalu, namun terasa seperti berabad-abad bagi Soren Adam.

            Hidupnya seperti ditunggangbalikkan. Baginya semua telah berubah dan seolah-olah kehilangan makna. Sekarang tidak masalah jam berapa dia bangun, jam berapa dia keluar rumah, dan jam berapa dia pulang. Tidak masalah kalau dia tepat waktu, terlambat, atau tidak melakukan apa-apa sama sekali—dia tak punya jadwal. Waktu menjadi konsep yang sulit dipahami. Selama bertahun-tahun Soren telah mengatur hidupnya dengan amat presisi; melakukan ini dan itu tepat waktu, dan tiba-tiba semuanya diubah begitu saja dalam sekejap. Satu-satunya hal baik dari perubahan ini adalah dia tidak perlu terlalu memikirkan uang.

            Meski begitu, bukan berarti Soren berleha-leha. Tenaganya habis meladeni Eva, si gadis asing yang kini tinggal seatap dengannya. Gadis itu adalah antitesis seorang Soren Adam: Soren suka tinggal di rumah selama mungkin sedangkan Eva selalu pergi keluar setiap kali ada kesempatan, Soren suka merencanakan semuanya lebih dulu sampai detail terkecil, sebaliknya, Eva amat spontan. Soren suka membaca dalam keheningan, tetapi Eva membawa musik dalam setiap kesempatan; gadis itu bernyanyi saat mandi, memasak, beres-beres, bahkan tertangkap basah sedang menyenandungkan sebaris melodi saat tidur. Soren tidak suka beramah-tamah, sementara Eva menegur siapa pun yang berpapasan dengannya.

            Soren mencoba beradaptasi dengan perubahan ini dengan tidak terlalu banyak berubah. Tapi sulit. Eva mengobrak-abrik hidupnya, dan dia terpaksa harus menghadapi gadis itu sampai akhir masa uji coba. Aku sudah memakai sepuluh ribu pound itu, pikir Soren setiap kali dia tergoda untuk hengkang di tengah-tengah masa uji coba ini karena tidak tahan harus meladeni Eva. Aku orang yang bertanggung jawab. Apa pun maksud dari uji coba ini, aku akan melakukannya dengan sungguh-sungguh.

            "Kenapa dia memberi makan burung-burung?" tanya Eva saat berpapasan dengan si wanita bertopi rajut. Soren sedang menemaninya jalan-jalan pagi di taman (rutinitas baru hasil paksaan Eva).

"Karena dia menyukai hewan, kurasa," sahut Soren.

            "Tapi bukankah wanita itu seharusnya berhemat makanan? Burung-burung itu liar, mereka masih bisa mencari makan sendiri."

            "Burung-burung itu menyukainya. Lihat..." Soren menunjuk sekumpulan burung dara putih dan abu-abu yang berkumpul di sekitar si wanita bertopi rajut. "Mereka selalu menghabiskan remah-remah roti pemberian wanita itu."

            Eva memiringkan kepalanya. "Dari mana kau tahu, Soren?"

            "Aku mengamatinya setiap hari, waktu berangkat kerja."

            "Apa kau tahu nama wanita itu?"

            "Tidak."

            "Tapi kau bertemu dengannya setiap hari selama bertahun-tahun."

            "Well, bukan bertemu." Nada bicara Eva memberi kesan seolah Soren dan si wanita bertopi rajut adalah sahabat karib. "Cuma sekedar berpapasan."

            "Kenapa kau tidak berkenalan dengannya dan mengajaknya mengobrol, Soren? Apa kau tidak penasaran kenapa dia selalu duduk sendirian, ditemani burung-burung itu?"

            "Karena aku tidak punya waktu." Dan aku tidak suka mencampuri urusan orang lain. "Aku bakal terlambat ke stasiun."

            "Itu dulu," kata Eva. "Sekarang kau sudah tidak bekerja."

            "Aku akan mencari pekerjaan lain." Entah kenapa Soren merasa terusik, meskipun kata-kata itu benar. "Tidak boleh membiasakan diri berleha-leha."

Saving Soren Adam [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang