"Titik merah itu... kau melihatnya?"
Bayangan Ren di cermin mengangguk. "Apa sensor itu bisa dimatikan?"
Ichiro memijat dahinya supaya sensor itu lebih terlihat, tetapi benda itu malah tertanam semakin dalam di kulitnya. "Aku sudah mencoba segala cara. Tidak bisa."
Ren mengusap wajahnya. "Apa ini artinya... kau sebuah android, Ichiro?"
"Kemungkinan besar seperti itu. Hitobot yang mengirimku."
"Tapi kau tidak mungkin robot..." Ren menatap pria yang sudah dianggapnya sebagai ayahnya itu dengan nanar. "Kau... begitu baik padaku. Robot tidak punya perasaan. Mereka hanya mematuhi instruksi manusia."
"Sejujurnya, aku sendiri tidak tahu." Ichiro meletakkan tangannya di bahu Ren supaya anak itu tenang. "Di berita, Tracy tidak disebut sebagai robot. Tapi saat ARC menembak perutnya, aku melihat kabel dan logam terserak keluar. Begitu juga saat Arthur dipenggal. Tidak ada darah. Polisi bisa saja menutup-nutupi kejadian yang sebenarnya dari wartawan."
"Menutup-nutupi? Untuk apa?"
"Pembunuhan Arthur dan Tracy membuat orang-orang cemas. Ditambah perang ini, kurasa polisi tidak ingin menambah kegaduhan."
Leher Ren menegang. Dia menatap bayangan Ichiro di cermin, matanya mulai berkaca-kaca. "Kalau begitu... kau siapa?"
"Aku Ichiro." Laki-laki itu mendorong pisau di atas meja ke arah Ren. "Kau harus menusukkan pisau itu ke perutku. Ini satu-satunya cara untuk mengetahui siapa aku sebenarnya. Kalau ternyata aku berdarah—"
"Tidak!" Ren melempar pisau itu jauh-jauh. "Aku tidak mau!"
"Orang-orang ARC itu akan mengincarku juga." Ichiro menekan bahu Ren supaya pemuda itu sadar betapa genting situasinya saat ini. "Dan mereka pasti akan mendapatkanku. Kau akan terluka jika terus bersamaku, atau bahkan lebih parah lagi... dibunuh. Aku tidak mau itu terjadi."
"Apa tidak ada cara lain?" Ren memegang pergelangan tangan Ichiro. "Bagaimana kalau kita melapor ke polisi? John Dallas sedang diburu, kalau orang-orang ARC itu muncul, kita bisa—"
"Kita tidak akan bisa kabur dari ARC, Ren!" Ichiro melepaskan tangan Ren dan menyelipkan pisau itu sebagai gantinya. "Tusuk perutku sekarang juga. Kalau ternyata aku robot, kau harus mematikanku sebelum orang-orang ARC itu datang. Lalu kau harus kabur. Pergilah yang jauh, kalau bisa ke luar negeri!"
"Menusukmu?" pekik Ren histeris. "Mana mungkin aku melakukan itu!"
"Tapi Ren—"
"Memangnya kenapa kalau kau robot?" Ren berteriak lantang, suaranya yang belum pecah sempurna menjadi parau, bibirnya bergetar menahan tangis, dan matanya berkaca-kaca. "Kau bilang akan mengajakku pindah ke Jepang setelah perang ini berakhir. Melihat tanah leluhur kita, begitu katamu. Kau akan jadi ayahku, aku akan masuk SMA, dan kita akan jadi sebuah keluarga. Kau sudah berjanji!"
"Ren, kalau ternyata aku sebuah android, kita tidak bisa jadi keluarga." Ichiro merasa hatinya tertusuk-tusuk melihat ekspresi terluka di wajah Ren. "Android tidak diperbolehkan mengasuh manusia, kecuali robot perawat. Itu bertentangan dengan Tiga Hukum Dasar. Kau tahu itu."
"Jadi selama ini kau berpura-pura?" tukas Ren tajam. "Kau mendatangiku semata-mata hanya karena uji coba itu, begitu? Kupikir kau peduli padaku!"
"Ren..." Aku tidak rela menjadi salah satu orang yang melukai hatimu. "Kau tahu aku sungguh-sungguh menyayangimu."
"Aku juga sayang padamu!"
Tangis Ren pecah. Pemuda lima belas tahun itu meninju westafel berkali-kali sambil sesengukan. Kesakitan di dada Ichiro amat menyesakkan sehingga rasanya dia kepingin mati saja. Ren juga menyayangiku. Dia baru saja mengakuinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Saving Soren Adam [TAMAT]
Science FictionLondon, 2045. Dibantu robot-robot dengan kecerdasan buatan, orang-orang berusaha membangun kembali kehidupan mereka setelah diluluhlantakkan oleh bencana virus mematikan dan perubahan iklim. Sebagai penyintas kedua malapetaka itu, Soren Adam tidak p...