17. Parents' Day

408 150 20
                                    


Hari Senin berikutnya, aku pergi bersama Soren untuk mengunjungi Eleanor di Anchor Knight. Keponakan Deidre masuk rumah sakit, sehingga Paw Friends ditutup dulu. Jadi pagi-pagi sekali aku dan Soren naik bus dari London dan turun di stasiun super sepi di kota tempat Anchor Knight berada.

Hujan ini turun dengan deras disertai petir. Di stasiun, kami menunggu taksi selama setengah jam, tetapi tidak ada yang muncul. Kota ini memang menyerupai kota mati. Jadi Soren memutuskan untuk berjalan kaki.

Karena tahu cuaca hari ini bakal tidak bersahabat, aku sudah membawa payung dari rumah. Dan payung yang ini spesial.

Soren ternganga ketika aku membuka payung itu. "Ini payung baru, ya?"

"Mm-hmm. Han meminjamiku. Besar, ya?"

"Kau kan sudah punya payung sendiri, Eva. Kenapa harus merepotkan orang lain begitu?"

"Aku tahu payungmu patah dan cuaca hari ini pasti akan merusak payungku juga. Setiap pagi aku melihat Han memakai payung seperti ini saat mengantar anak-anaknya ke sekolah. Dia dan tiga orang anaknya bisa muat di payung ini dan tidak pernah rusak. Karena tadi malam kau bilang kita akan ke Anchor Knight, jadi aku bertanya pada Han di mana dia membeli payung ini. Ternyata Han membuatnya sendiri. Keluarga Tsui terampil sekali membuat berbagai macam barang, termasuk payung ini. Han memberiku satu."

"Kau tidak membayarnya?"

"Tidak. Han menolak ketika kuberi uang. Dia bilang payung ini sebagai ungkapan terima kasih karena selalu kubuatkan kue dan kuundang di pesta ulang tahun Meg akhir pekan lalu."

Wajah Soren berubah seolah Han Tsui baru saja memberikan salah satu putrinya untukku, alih-alih sebuah payung. Dia tidak mengatakan apa-apa, tetapi turut berteduh di bawah payung raksasa itu bersamaku. Lalu kami mulai berjalan menembus terpaan hujan dan angin yang begitu liar.

"Ini..." Soren tiba-tiba melepas jaketnya. "Kau saja yang pakai."

Wah, ada apa ini? Biasanya Soren kesal kalau aku memakai barang-barang pribadinya tanpa izin. "Itu kan jaketmu."

"Pokoknya pakai saja."

"Kenapa? Dingin, lho."

Soren membuang muka. "Aku tidak kedinginan."

Aku menurut saja karena Soren tidak suka berdebat. Dia mengulurkan tangan meminta pegangan payung selagi aku menyampirkan jaketnya itu. Jaket itu pas dengan tubuhku (Soren kurus), tetapi kepanjangan sehingga menjuntai sampai ke betisku. Soren melirik jaket itu sekilas, lalu membuang muka lagi. Dia tidak mengembalikan pegangan payung padaku.

Kami meneruskan perjalanan. Soren beberapa kali mengusap rambutnya yang basah karena tempias hujan.

"Aku butuh potong rambut," keluhnya.

"Bukankah Meg yang selalu memotong rambutmu?"

"Iya. Seharusnya Meg sudah memotong rambutku. Aku potong rambut dua minggu sekali, setiap Rabu. Tapi Meg tidak datang."

"Mungkin Meg sibuk menggambar dan kelupaan."

"Tidak. Meg tidak pernah lupa. Dia ingat jadwalku. Saat kutelepon, Meg malah bilang tidak apa-apa sesekali melewatkan potong rambut."

Aku setuju dengan Meg. "Kau tetap keren kok dengan gaya rambut seperti ini. Sesekali mengganti model rambut tidak masalah, kan?"

"Aku merasa... berantakan."

Saving Soren Adam [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang