Part 3

1.3K 192 17
                                    

Misteri permen lolipop di loker Yoon Jaehyuk akhirnya terpecahkan. Pagi itu tanpa disengaja Jaehyuk melihat Yoshi tengah menempelkan permen lolipop di pintu lokernya. Permen lolipop yang sangat Jaehyuk hapal karena setiap hari diterimanya.

‘Jadi selama ini Yoshi yang menaruhnya disana? Apa mungkin maksud ucapan Junkyu tempo hari adalah Yoshi menyukaiku?’ batin Jaehyuk bertanya.
“Eiii… Jangan besar kepala Yoon Jaehyuk.” ucap Jaehyuk menyangkal. Seolah ada dua raga berbeda, pikiran Jaehyuk saling menyahut.
Setelah dipastikan Yoshi sudah menjauh dari lokernya, akhirnya Jaehyuk berjalan keluar persembunyiannya. Diambilnya permen yang Yoshi tempelkan seperti biasanya.
‘Aku harus memastikannya.’ batinnya bertekad.
Setelah itu Jaehyuk tampak mengeluarkan kertas post it dari dalam tasnya. Ditempelkannya kertas tersebut pada sebuah bungkusan kecil yang memang sudah disiapkannya untuk diberikan pada Yoshi saat jam istirahat nanti. Lalu disimpannya bungkusan itu di loker Yoshi seperti yang Yoshi lakukan di lokernya. Berharap kalimatnya di post it itu akan Yoshi baca sebelum jam istirahat nanti.
.
Disinilah Jaehyuk berada istirahat kali ini. Di sudut perpustakaan. Sendiri. Menunggu Yoshi yang diharapkannya sudah membaca tulisan di post it yang ia simpan pagi tadi.
Dengan perasaan gugup Jaehyuk mencoba bersabar. Digigitnya ujung jari tangan kanannya. Sedang tangan kirinya tampak mengetuk-ketuk meja di hadapannya.
Sementara itu Yoshi yang akhirnya melihat post it yang Jaehyuk simpan hanya bisa mematung di tempat. Ia tidak percaya kalau Jaehyuk tahu dirinyalah yang selalu menyimpan permen lolipop di lokernya.

‘Kau bilang seseorang yang kusukai sepertinya membalas perasaanku. Bisakah kudengar jawabannya langsung dari bibirmu? Jawaban seperti yang kartu tarotmu katakan.
Kutunggu di sudut perpustakaan jam makan siang ini.
_Yoon Jaehyuk_

Ps : Terima kasih permen lolipopnya. Aku suka!’

Jantung Yoshi bergemuruh. Darahnya berdesir. Ribuan kupu-kupu seolah ingin terbang keluar dari perutnya. Detik selanjutnya dirinya berlari kencang menuju perpustakaan.
Jam sudah menunjukkan lima menit lagi menuju bell berakhirnya istirahat. Yoon Jaehyuk hampir dibuat kecewa lantaran Yoshi yang masih belum menampakkan batang hidungnya. ‘Apa aku salah perkiraan?’ batin Jaehyuk nyaris menyerah.

Tiba-tiba saja telinga Jaehyuk mendengar langkah kaki tergesa yang menuju ke arahnya. Langkah kaki yang tidak lain adalah langkah tergesa seorang Yoshinori. “Sampai.” ucapnya. Napasnya tersengal.
“Kau berlari?” tanya Jaehyuk tidak percaya. Diusapnya keringat di kening putih Yoshi.
“Aku tidak terlambat kan?” tanya Yoshi masih dengan napas tersengal.
Jaehyuk menggeleng. Ada perasaan bersalah pada dirinya karena membuat Yoshi harus berlari seperti ini.

“Maaf aku…”
“Kartu tarotmu…” potong Yoshi.
“Kau mau tahu jawabannya kan?” tanyanya.
Jaehyuk mengangguk pelan, jantungnya berdegup kencang. Tanpa diduga Yoshi menyerahkan dua lembar kartu tarot padanya. Kartu dengan gambar yang sama.
“I-ini…”
“Kartumu dan kartuku.” ucap Yoshi.
Jaehyuk tampak masih menatap kartu tarot yang Yoshi serahkan.
“Jadi… Perasaanku berbalas?” tanyanya kemudian.
Semburat merah kini tampak jelas di pipi Yoshi. “Ya.” jawabnya singkat.
Dan Yoon Jaehyuk tanpa sadar langsung menarik Yoshi ke dalam pelukannya. Mendekap erat tubuh seseorang yang disukainya itu.

“Aku menyukaimu Yoshi-ya.”
“Aku juga.” ucap Yoshi seraya membalas pelukannya.
.
.
.
END
.
.
.

MA CUTIE PIE BABYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang