Selama perjalanan menuju rumah Ica, Dinda sama sekali tidak berhenti untuk tersenyum. Rasanya seperti sangat mustahil tapi ini beneran nyata.
"Terimakasih", ucap Dinda tanpa menatap Bariq sedikitpun.
"Sama-sama, kalau begitu saya pamit dulu. Assalamualaikum"
Ketika suara motor Bariq sudah tidak terdengar lagi, Dinda baru berani mengangkat kepalanya.
"Ya Allah jantung gua, nikmat Tuhan mana lagi yang kau dustakan". Dinda tidak hentinya berteriak.
"Berisik lu. Btw seneng banget tuh muka"
"Dih diem deh. Kuy gua mau pulang"
Dinda segera berlari ke dalam untuk mengambil barang-barangnya yang masih tertinggal di dalam rumah Ica. Setelah selesai Dinda keluar, hujan pun turun kembali.
"Yahh hujan lagi, gimana nih nasib gua"
Ica yang sudah berada di atas motor, memilih turun dan memasukkan motornya ke teras rumah.
"Udah tidur sini aja lu"
"Bisa mati gua dibunuh emak gua woy"
"Tenang, ntar gua bilangin mama gua. Mama gua yang permisikan. Dasar anak mama lu". Ica pun kembali masuk dan mencari mamanya.
Setelah proses yang cukup menegangkan akhirnya Dinda diperbolehkan untuk menginap di rumah Ica.
"Yaudah ganti baju lu sana, lu gak mungkin tidur pakai gamis gitu kan?". Ica menyerahkan baju tidur kepada Dinda, memang karena badan Dinda lebih kecil dari pada Ica sudah pasti baju yang akan dia kenakan ini sedikit kebesaran.
Melihat jam sudah menunjukkan pukul 1 lewat. Untung saja besok hari Minggu jadi tidak akan ada masalah dengan sekolahnya.
"Tidur lu jangan lupa baca doa"
____
"Bangun Ca, sholat subuh ayok". Sepagi ini Dinda sudah bangun karena dia merasa tidak nyaman karena dia tidak tidur di kamarnya, jadi dia harus jaga sikap.
"Ah lu mah susah bener dibanguni". Dinda pun melangkahkan kaki keluar kamar, dilihatnya mama Ica sedang berada di teras rumah.
"Pagi Bu, lagi ngapain Bu?"
"Eh udah bangun Din? Ini ibu lagi nunggui papanya si Dinda, mau sholat subuh ke mesjid. Ntar kalau udah pergi ibu masuk ke dalam lagi kok", jelas mama Ica.
"Ohh gitu Bu, yaudah deh saya izin masuk ke dalam lagi ya Bu".
Saat hendak menutup pintu tiba-tiba saja dia melihat Bariq sedang lewat di depan rumah Ica. Dikarenakan posisi Dinda yang sedang tidak menggunakan hijab, buru-buru Dinda bersembunyi dibalik pintu.
"MashaAllah calon imam"
"Ayo!!! Ngintip siapa lu?"
Tiba-tiba saja Ica keluar dari kamar dan mengagetkan Dinda.
"Anjir akhlakless lu emang, sialan"
"Eh umi Dinda gak boleh ngomong gitu, hahahaha"
___
Sekitar pukul 7, Ica dan Dinda keluar untuk mencari sarapan masih dengan pakaian tidur yang sama.
"Lu mau sarapan apa? Batu mau?", Tanya Ica.
"Gua sih biasanya sarapan kayu dikasih selai strawberry sih"
"Pantesan lu sableng makannya kayu udah kayak rayap hahaha"
"Sialan lu"
"Eh Din lu lihat mesjid itu, nah itu mesjid yang biasa jadi tempat Bariq sholat dan ngajari anak-anak sekitar sini ngaji"
KAMU SEDANG MEMBACA
Opposite
Romance"Jika seandainya Tuhan mengizinkan kita bersatu, sejauh apapun kita terpisah, kita akan sama-sama mencari jalan untuk kembali" Ucap pria itu terhadap seorang gadis di hadapannya, dia menunduk enggan melihat gadis itu. "Dan mungkin kamu sedikit lupa...