10

13 2 0
                                    

Semalaman Dinda sama sekali tidak bisa tidur nyenyak, dia masih saja terus teringat dengan cerita Ica.
Pagi ini Dinda harus berangkat latihan karate dengan kondisi badan yang tidak fit sama sekali.

"Lesu banget anak bunda, kenapa kamu, sakit kak?," Tanya bunda.

Langkah Dinda yang gontai membuat sang bunda heran, tidak biasanya dia melihat anak perempuan satu-satunya seperti itu.

"Bun ..." Belum sempat Dinda melanjutkan ucapannya, tiba-tiba saja Dinda menangis di meja makan, beruntunglah sepagi ini adik-adiknya masih berada di kamar mereka dan ayahnya sudah berangkat kerja.

"Loh kenapa kok tiba-tiba nangis gini," bunda ikutan panik melihat Dinda yang mendadak menangis seperti ini.

Dinda mengangkat kepalanya dan berusaha menarik nafas dalam-dalam.
Dan mulai menceritakan semuanya.

"Kamu beneran menaruh hati dengan Bariq? Bunda sarani sebaiknya kamu untuk mencari tau apakah tujuan Bariq sebenarnya, karena bunda takut terjadi hal-hal yang tidak diinginkan"

Ucapan bundanya menyadarkan Dinda, bahwa jatuh cinta dialami oleh dua insan bukan hanya salah satu diantara mereka atau mereka akan merasakan sakit yang luar biasa.

"Ingat ya kak jatuh cinta itu terdiri dari dua kata, jatuh dan cinta. Jika kamu mencintai dan dicintai oleh orang yang tepat maka kamu tidak akan merasakan apa itu sakitnya cinta, tapi jika kamu jatuh cinta dengan orang yang salah, maka siap-siap saja untuk merasakan jatuh yang tidak meninggalkan bekas fisik tapi menyakiti psikis," ucap bunda.

Bunda masih saja menenangkan putri kecilnya ini. Bunda tau bahwa gadisnya ini sangat sulit untuk jatuh cinta. Cinta pertama Dinda yaitu teman kecilnya sudah berhasil membuat Dinda terluka hebat.

"Yaudah deh Bun kakak pergi latihan dulu ya." Dinda berpamitan dengan bundanya dan segera mengambil kunci motor dan bergegas ke garasi.

Selama perjalanan menuju tempat latihan, Dinda masih saja terus menerus memikirkan kata-kata bundanya.

"Sebaiknya gua harus nanya ke Bariq sebenarnya maksud dia itu apa," ucap Dinda mantap.

Akhirnya pun Dinda sampai di tempat latihannya.

"Tumben banget kamu lesu begini ada masalah apa?" Ucap simpai -panggilan untuk guru karate  .

"Saya lag-"

Buk

"Aduh." Dinda memegangi perutnya yang baru saja ditonjok oleh simpainya.

"Buset mana belum makan, kasih aba-aba dong kalau mau nyerang"

"Lagian kamu itu pake acara galau segala. Masalah itu dihadapi bukan dipikirin doang," lanjut simpai.

"Iya simpai paham. Ah elahh pingsan dah gua ini ceritanya."

___

Malam pun tiba. Sedari tadi Dinda memikirkan tentang keputusannya untuk menanyakan maksud Bariq kepadanya, dia takut responnya tidak sesuai dengan ekspektasinya.

Dinda mulai mengetik

"Assalamualaikum bang Bariq, sebelumnya saya minta maaf atas kelancangan saya untuk menanyakan hal ini. Hanya saja saya takut salah  menaruh hati. Sebenarnya apa maksud dari semua tindakan dan ucapan kamu kepada saya bang? Kamu pernah bilang bahwa kamu menyukai seseorang perempuan yang berbeda dari yang lain, perempuan yang lebih mementingkan untuk berlatih karate ketimbang merias wajah. Apakah itu saya?? Mungkin kalimat ini terlihat seperti sebuah kepercayaan diri yang berlebihan tapi saya rasa saya berhak untuk menanyakan ini. Dan juga kamu pernah bertanya mengenai apa yang akan saya lakukan setelah tamat sekolah ini. Mudah-mudahan kamu berkenan untuk membalas pesan saya. Terimakasih dan maaf telah mengganggu"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 27, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

OppositeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang