"Itu loh, Mel..." Kaylie menunjuk Nik yang duduk di bangku kantin yang paling belakang itu. "Ayo ke sana!"
Melissa hanya mendengus pasrah mengikuti temannya itu.
"Mel, elo dulu ya yang nyapa," katanya lagi. "Elo kan ngerti bahasanya dia–"
"Iya, iyaaa... terserah deh!" Melissa kembali kesal. Kaylie hanya terkikik melihat kelakuannya.
Seperti janji sebelumnya, Melissa akan membantu mengenalkan Nik pada Kaylie saat jam istirahat. Melissa dengan akrabnya menyapa Nik yang hampir selesai makan.
"Vyet!" sapanya. Nik sempat kaget ketika mendengar Melissa menyapanya dalam Bahasa Rusia.
"Eh... hi, Mel! Hi, Kay!" ia menyapa balik. "Ayo, duduk."
Melissa sempat melirik sinis ke arah Kaylie yang tersenyum-senyum sendiri sebelum memulai pembicaraan mereka.
"So... how was the canteen's food?" tanya Melissa. "Enak, nggak?"
"Hm, delicious enough," Nik tersenyum seraya menjawabnya; membuat Kaylie melting tak karuan.
"Kamu nggak bawa handphone ya, Nik?" tanya Kaylie akhirnya. "Gimana kalo sekarang aja aku add pin-mu, is that okay?"
"Sure!" Nik menyebutkan pin BBM-nya dan Kaylie langsung mengetiknya dengan cepat sambil menahan senyum. Melissa pun juga ikut mengeluarkan iPhone-nya dan mengetiknya dengan cepat – tanpa ekspresi yang aneh, tentunya.
"Thanks, Nik!" mereka berdua tersenyum simpul.
"Oh iya, Nik. Kalo kamu mau tahu tentang sekolah dan pelajaran di sini, kamu bisa tanya aku, Mel, atau teman-teman di kelas. Feel free to ask!" Kaylie mengedipkan sebelah matanya - membuat Melissa kembali mendelik ke arahnya.
Saved by the bell, batinnya. Bel masuk pelajaran selanjutnya pun berbunyi.
***
Sepulangnya dari sekolah, Melissa mengecek BBM-nya dan mendapati bahwa Nik sudah menerima invite-nya. Betapa terkejutnya Melissa ketika ia melihat display picture Nik.
"Nik di Moonlight? Sama papa?!" tanpa sadar ia berbicara sendiri. Pada layar iPhone-nya sekarang terlihat foto dua orang pria yang tingginya tidak berbeda jauh berdiri di atas panggung studio Moonlight Orchestra. Nik yang sedang memegang biolanya berdiri di sebelah ayah Melissa sendiri.
Kayaknya aku harus pergi ke sana, ia segera mandi, berganti pakaian, lalu menyahut biolanya dan berlari.
"Ciciiii!!! Tungguin Mel!!!" ia berteriak kepada kakanya, Mariana yang hendak menjalankan mobilnya. Sementara itu Mariana sendiri bingung, mengapa adiknya mendadak ingin berlatih di studio.
"Tumben latihan?" balasnya santai.
"Ya... nggak papa sih, cuma kepengen," jawab Melissa yang membuat Mariana langsung terbelalak kaget.
"Kepengen? Kamu makan apa semalem?" Mariana tertawa keras. "Oke, deh. Latihan yang bener lho, ya?"
"Iya iya!" Melissa tersenyum masam.
Semoga hari ini Audrey latihan, batin Melissa. Ia segera menelepon Audrey untuk mengetahuinya.
"Halo, Drey? Elo latihan nggak hari ini? Elo udah sampe ya kayaknya?" cerocos Melissa saat terdengar Audrey menjawab panggilannya.
"Woles, Mel," Audrey yang sabar mencoba menenangkan Melissa. "Gue udah sampe, cuma belum mulai sih. Cepetan kesini!"
"Iya deh, tungguin gue!" Melissa segera mengakhiri panggilannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Love Strings
Teen FictionMelissa Madeleine Vasilieva benci musik klasik! Setiap hari ia harus berlatih di studio orkestra milik ayahnya, tetapi selalu ada saja alasannya untuk menghindari latihan itu. Hingga pada suatu hari, Melissa menjadi rajin berlatih biola di studio da...