Malam setelah berlatih di Moonlight Orchestra, Nik mengajak Melissa dan Audrey untuk makan malam. Tetapi kali ini Audrey tidak bisa ikut, jadi hanya Nik dan Melissa saja.
"Let's go," Nik mengajak Melissa ke mobilnya. Sesampainya di mobil, Nik membukakan pintu untuk Melissa.
"This is how I treat a girl," jelas Nik saat Melissa menatapnya dengan heran bercampur kagum.
"Thanks," balas Melissa sambil memasang sabuk pengaman. Tak lama kemudian, mereka pun tiba di salah satu restoran terkenal di Jl. Sudirman.
"Yuk," Nik kembali membukakan pintu untuk Melissa. Yang dibukakan pun kembali tersipu malu.
"Selamat malam,"sambut pelayan restoran tersebut dengan ramah. Nik dan Melissa memilih tempat duduk yang berada di dekat jendela. Pelayan itu pun memberikan buku menu kepada mereka.
"Satu aglio olio spaghetti dan satu vanilla milkshake," pesan Nik. "Kamu pesan apa, Mel?"
"Hmm..." Melissa tengah membolak-balik buku menu itu. "Satu fettucini carbonara dan satu greentea latte," pesannya.
Pelayan itu segera mencatat pesanannya dan mengulangi pesanan mereka, lalu mengambil kedua buku menu di meja mereka.
"Mel," suara Nik membuyarkan lamunan Melissa.
"Eh, ya?"
"Kamu populer banget ya! Rame, banyak teman, dan... kayaknya banyak yang naksir juga," ucap Nik santai.
Hah? Melissa tertegun setelah mendengar 'pujian' Nik itu. Kok tiba-tiba dia ngomong gitu, ya?
"Nggak juga, Nik. Bisa aja kamu," balas Melissa santai. "Jangan-jangan kamu yang naksir aku yaa..." godanya sambil terkekeh licik.
What did she just say? Aku naksir dia? Nik terkejut seraya wajahnya memerah perlahan. Kok tahu, ya?
"Nggak kok, hehe... Nik cuma suka sama Mel!" timpalnya balik.
Astaga Nik! kini giliran wajah Melissa yang memerah.Mungkin Nik lagi ngelantur, ia berusaha menenangkan diri sendiri.
"Nik bohong, sejak kapan suka sama Mel hayooo..." sahutnya.
Sejak dulu, Mel! Kamu nggak peka, ya? Nik merasa sedih mendengar kata "bohong" yang barusan diucapkan Melissa. Kenyataannya, ia benar-benar serius!
Pesanan mereka yang datang pun mengakhiri percakapan mereka yang awkward itu. Mereka pun berdoa masing-masing dan memakan makanannya dengan perlahan. Di tengah-tengah makan pun Nik masih sempat-sempatnya menatap Melissa dengan waktu yang cukup lama, sampai Melissa sendiri yang memergokinya.
"Kenapa?" tanya Melissa.
"Ah, nggak papa," jawab Nik dengan agak salah tingkah. Sial, kenapa harus ketahuan, sih! rutuknya dalam hati.
"Oh," Melissa menatapnya dengan agak aneh, lalu melanjutkan makannya.
Sementara itu mereka tidak merasa bahwa ada sahabat mereka yang baru saja datang di ruangan yang sama.
"Melissa sama Nik?" gumamnya pelan. Seketika itu juga ia tak dapat menahan hatinya dari rasa sakit yang begitu dalam.
Tapi aku bisa apa? lirihnya dalam hati. Siapa lagi yang merasa tidak bisa apa-apa lagi setelah melihat laki-laki idamannya bersama dengan sahabatnya sendiri, selain seorang Kaylie Callista Suhardy.
"Kay, elo pesen apa? Ngelamun aja," kakak perempuannya yang duduk di depannya pun membuyarkan pikirannya.
"Ehm... samain kayak punya Cici aja, aku mau ke toilet dulu," Kaylie beralasan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Love Strings
Teen FictionMelissa Madeleine Vasilieva benci musik klasik! Setiap hari ia harus berlatih di studio orkestra milik ayahnya, tetapi selalu ada saja alasannya untuk menghindari latihan itu. Hingga pada suatu hari, Melissa menjadi rajin berlatih biola di studio da...