Hiruk pikuk terdengar dari luar asrama yang menandakan bahwa hari ini cerah sehingga setiap orang dapat dengan bebas beraktivitas. Meskipun sudah beberapa bulan berlalu, luka itu masih hinggap dan sepertinya enggan untuk pergi. Tentu saja, hal itu mempengaruhi setiap kegiatan yang aku lakukan, termasuk juga memengaruhi hubunganku dengan teman-teman sekamarku. Tak pernah sekalipun terlintas dibenakku untuk membuat mereka khawatir, tapi, aku hanyalah manusia biasa yang tidak bisa seenaknya membuat kisahku dan itu berjalan dengan baik.
"mau kemana?," tanya Deva yang sepertinya sedari tadi memerhatikan gerak-gerikku.
"ngerjain tugas, dikafe." Jawabku sebelum dia bisa menambah list pertanyaannya.
" wih, akhirnya, kak Fika udah bisa move on nih." Timpal Hani yang seketika membuat kenangan itu terputar kembali diingatanku.
" Hani!" ucap Reina ketus dan mengalihkan fokusnya sebentar pada sepupunya itu.
Sepertinya Reina dapat membaca ekspresiku yang berubah tiba-tiba. Sudah kuduga, Reina memang sepeka itu. Hal itu jugalah yang membuatku tak bisa membohonginya ketika sesuatu terjadi padaku.
"nggak apa-apa kok, Rei. Yang dibilang Hani bener kok. Seharusnya aku udah move on sekarang, tapi-", ucapku terpotong oleh Melly.
"itu bukan hal yang aneh jika kanu belum bisa move on dari dia Fi, itu hal biasa. Karena, melupakan sebuah kenangan bersamanya apalagi jika banyak kenangan indah itu hal yang sulit. Tapi, jangan terlalu lama memeluk kenangan itu, jika waktunya tepat,siap tidak siap kita harus melepaskannya. Daripada menjadi seseorang yang bodoh yang tenggelam kedalam masa lalu." Jelas Melly sembari menepuk pundakku.
Entah kenapa setelah mendengar perkataan Melly, hatiku terasa hangat. Melupakan memang bukanlah hak yang mudah, apalagi jika ingatan yang ingin kita lupakan adalah kenangan yang indah. Apa aku harus menabur sedikit kebencian didalam kenangan itu? Agar aku dapat dengan mudah melupakkannya? Air mataku tanpa sadar mengalir dan membuat suasana yang tadinya hangat seketika menjadi canggung.
" Aku- aku-," ucapku tersendat.
"kak, Hani minta maaf," ucap Hani.
Mungkin dia merasa bersalah karena telah membuat suasana menjadi seperti ini. Tapi, sungguh ini bukan salahnya, aku saja yang masih terbawa suasana yang tidak jelas jika harus membahas masalah move on. Aku merasa tidak enak kepada mereka, tapi aku juga tidak bisa membohongi perasaanku saat ini. Kenyataan bahwa aku masih mencintainya, meskipun aku tau dia bukanlah orang yang baik. Tapi, tetap saja dia pernah menjadi bagian dari kenangan indahku.
Aku mendekati Hani yang tertunduk merasa bersalah dan memeluknya. Reina hanya terdiam begitu juga Melly dan Deva yang sepertinya sangat mengkhawatirkanku, terlihat jelas dimata mereka. Rasa kecewa yang teramat besar. Aku merasa bersalah kepada Reina dan Melly. Seharusnya aku memberikan pengalaman asmara yang indah bersama seorang lelaki kepada mereka bukan menambah rasa kecewa mereka terhadap seorang laki-laki.
"nggak apa-apa kok, Hani nggak salah. Kakak udah nggak apa-apa." Kupastikan senyuman yang kuberikan adalah senyuman terbaikku untuk yang pertama kalinya lagi. Aku tidak ingin mereka mengkhawatirkanku lagi. Lagipula, bukan level untuk seorang Safika Anggraini menjadi gadis yang lemah.
"udahkan sadnya? Nggak jadi ke kafe?" ucap Reina menghentikan suasana yang sedih ini.
"oh iya ya," jawabku dan segera mengambil totebagku yang sudah kupersiapkan tadi. Dan tak lupa meghapus jejak air mata dipipiku.
" aku pergi." Ucapku lalu segera menuju lantai 1 dimana sudah ada Tika yang menunggu.
Masih mencintai seseorang yang dulu pernah menyakitimu bukanlah hal yang salah. Karena sejahat apapun seseorang, pasti memiliki sisi baik. Baik buat orang lain. Bukan untukmu. Karena cinta tak harus memiliki untuk menciptakan sebuah ending yang bahagia. Karena ending yang bahagia berakhir dengan semua orang memiliki kebahagiaan mereka masing-masing.
"kamu maukan jadi pacar aku" ucapnya sembari berlutut dengan sebuah bucket Bungan mawar ditangannya.
"Safika Anggraini, sudikah kamu menjadi kekasih seorang lelaki yang biasa saja ini?"
"iya, aku, Safika Anggraini menerima pernyataan cinta dari lelaki yang biasa saja didepanku ini", jawabku sembari mengambil bucket indah itu.To be continued
KAMU SEDANG MEMBACA
C10H16
Short StorySama seperti senyawa kimia Adamantana yang terdiri dari tiga cincin yang saing terhubung. Begitulah juga dengan hubungan kita. Selain kita berdua ada orang ketiga yang membuat hubungan yang kupikir akan indah seperti berlian kini hancur berkeping-ke...