Sudah seminggu berlalu sejak chat mengejutkan dari Arka yang sempat membuatku bingung. Dan kini, kami sudah resmi memasuki semester 2 perkuliahan yang akan dilakukan secara offline. Jika pengumuman ini disambut bahagia oleh teman-temanku yang lain. Dkarenakan, akhirnya mereka bisa bertemu tatap muka setelah sekian lama hanya melakukan perkuliahan secara daring. Berita ini malah membuatku gusar. Dikarenakan, hal ini akan membuatku nantinya akan selalu bertemu dengannya.
Apa yang harus aku lakukan? Memang benar aku sudah mulai bisa move on darinya. Tapi, hal ini juga dikarenakan aku mengisi waktu luangku dengan hal lain. Agar aku tidak terus memikirkannya. Tapi, jika harus bertemu dan melihanya setiap hari untuk saat ini, kurasa hatiku belum siap. Aku takut, ketika aku melihat wajahnya setiap hari. Rasa cinta itu akan kembali tumbuh. Juga harapan untuk bisa kembali bersamanya akan mencuat. Sudah cukup bagiku pengalaman menyakitkan 6 bulan yang lalu itu menyiksaku. Aku hanya ingin memulai kisahku yang baru. Tetapi, entah kenapa rasanya sulit sekali kudapat.
Bagaimana ini? Apa yang harus kulakukan? Meski logika sudah ku atur sedemikian rupa agar tidak kembali menjatuhkan hati padanya. Hatiku tidak sanggup untuk berbohong. Hasrat ingin memilikinya masih tersisa. Masih ada jejak bahagia yang ia tinggalkan sehingga membuatku masih menaruh harap. Aku terdiam melihat pengumuman yang baru saja diedarkan oleh kajur kepada kami. Hal ini membuatku lebih stress daripada saat aku akan melakukan ujian akhir semester. Bagaimana aku harus mengatur ekspresiku nanti ketika aku melihat Aldi bersama Aza. Aku gelisah.
Jam diponselku sudah menunjukkan pukul 01.30 malam. Walaupun ragaku sudah memberi kode bahwa dia lelah. Akan tetapi, mataku tak ingin tertutup. Sel-sel otakku masih saja berpikir keras. Jantungkku berdetak tak karuan. Memikirkan apa yang harus kulakukan besok.
“ Fika,” suara Reina tiba-tiba membuyarkan diskusi mendadak yang ada diotakku.
“belum tidur?” tanyanya padaku. Aku bangun dari posisi tidurku dan melihat kearahnya yang sepertinya masih berkutik dengan tugasnya. Maklum Reina adalah mahasiswa dari jurusan Arsitektur. Bergadang adalah santapannya setiap hari. Jadi wajar saja jika sekarang pun dia belum tidur.“iya Rei, aku nggak bisa tidur” ia menatap kearahku. Mengalihkan fokusnya sebentar dan mengisyaratkanku untuk turun dari tempat tidur tingkatku untuk duduk disampingnya.
“kenapa? Ada masalah? Cerita aja Fik. Ini ada hubungnya sama Aldi lagi?” tanya Reina yang lagi-lagi tepat sasaran.
“iya, Rei. Jujur aku memang udah mulai move on dari dia. Dan itu pun dikarenakan aku nggak bertemu sama dia. Tapi kalo mulai dari sekarang dan seterusnya aku harus setiap hari bertemu sama dia. Aku nggak yakin aku bisa melupakan dia Rei. Dia cinta pertama aku. Dia laki-laki pertama yang bisa membuatku merasakan apa itu cinta. Gimana kau bisa ngadepin dia Rei. Jujur aku bahagia karena dia. Akan tetapi, dia juga luka terbesar dihidupku. Menerima fakta bahwa dia mendua. Itu menyakitkan.” Tak sadar air mataku mengalir setelah mencurahkan isi hatiku pada Reina.Aku tak mampu menatap Reina. Aku tak mampu menatap matanya yang kini pasti memancarkan rasa kekecewaan. Aku takut jika ia tidak dapat menaruh kepercayaan kepada laki-laki lagi. Sudah cukup kisah kelam ibunya membuat dia membenci dan takut terhadap laki-laki. Meski sekarang kondisi Reina sudah cukup membaik. Akan tetapi, aku takut jika hal ini dapat membuat kebenciannya terhadap laki-laki kembali. Apa yang harus aku lakukan. Tidak seharusnya aku memperlihatkan air mataku didepan Reina dikarena seorang lelaki.
Cukup lama Reina terdiam tanpa sepatah katapun terucap dari bibirnya. Aku masih tertunduk lemas tak sanggup mengangkat kepalaku. Hingga tangan dingin Reina terasa mengusap punggungku.
“ semua akan baik-baik saja,” aku mengangkat kepalaku menatap lekat manik coklat yang kini menahan air mata yang tak pernah kulihat darinya. Memang benar, bagiku Reina adalah sosok yang kuat. Karena, aku tak pernah melihat ia menangis. Bagiku seseorang yang tak pernah menangis adalah sosok yang kuat dan Tangguh. Tapi, aku tak pernah berpikir jika bisa saja seseorang yang tak pernah menangis adalah sosok yang lemah. Bisa saja ia menyimpan masalah yang paling besar dari yang lainnya.“ Semua akan baik-baik saja. Merasakan sakit dikarenakan mencintai seseorang adalah hal yang pasti dialami semua orang.” Suara Reina bergetar. Air mata yang ia tahan kini terjatuh. Kepalanya kini terkulai lemah. Dan usapannya mulai melambat. Aku terdiam melihatnya yang sepertinya merasakan rasa sakit yang kurasakan. Apa ia mengingat ibunya yang kini harus berjuang seorang diri membiayai ia dan kakaknya. Dikarena sang ayah yang selingkuh dan memilih untuk hidup dengan selingkuhannya. Melepaskan tanggung jawab terhadap ia dan kakaknya. Ia selalu menyebutnya dengan “cinta pertama yang telah usai ketika ia bahkan belum mengerti apa itu cinta.”
Luka yang membuatnya sempat membenci laki-laki. Luka yang sempat membuatnya berpikir bahwa semua laki-laki itu sama. Hanya mampu membuat janji lalu melupakannya begitu saja. Seperti halnya “habis manis, sepah dibuang”.
“maaf,” satu kata yang hanya mampu kuucapkan setelah cukup lama membisu. Tulus dari lubuk hatiku yang terdalam aku tidak ingin membuatnya kembali teringat masa lalu yang kelam.
“kamu nggak salah, ini terjadi diluar kehendak kita. Jika seandainya kita bisa memilih. Tidak mungkin kita akan memilih kisah cinta dengan ending seperti ini. Satu hal yang kamu harus ingat Fik, alur hidup kita sudah ditentukan. Kita ada disini dikarenakan kita sudah menyanggupi semua alur hidup kita.” Jelasnya dengan suara lirih.Malam itu, setelah aku mencurahkan isi hatiku kepada Reina. Aku tersadar jika cinta itu hal yang dapat memberikan kebahagian juga hal yang dapat memberikan kisah kelam. Mencintai seseorang itu seperti berjalan diatas jembatan kaca. Jika cinta itu dimiliki dan dijaga kedua belah pihak mestinya cinta itu akan kuat seperti kaca yang dibuat dengan bahan dan proses yang benar maka akan menghasilkan kaca yang kokoh. Sebaliknya jika cinta hanya dimiliki dan dijaga oleh sebelah pihak, gangguan sedikitpun niscaya akan menggoyahkan cinta itu. Seperti kaca yang rapuh.
To be continued
KAMU SEDANG MEMBACA
C10H16
Short StorySama seperti senyawa kimia Adamantana yang terdiri dari tiga cincin yang saing terhubung. Begitulah juga dengan hubungan kita. Selain kita berdua ada orang ketiga yang membuat hubungan yang kupikir akan indah seperti berlian kini hancur berkeping-ke...