Mood yang tadi baik-baik saja hancur. Kenapa harus sekarang. Hatiku rasanya belum siap. Kenapa? Seberapa besar kesalahanku sehingga dia harus menghukumku seperti ini. Sekarang aku tau rasanya apa yang dimaksud dengan majas “merasa sepi didalam keramaian”.
“Fika, Fika, kamu denger nggak aku ngomong apa? Pasti mikirin si Arka kan?”. Tebak Tika tepat sasaran.
“apa sih Tik, ngapain juga mikirin cowok kayak dia.” Elakku. “ Ya udah, turunin aku disini aja ya, Tik.” Pintaku ketika melihat taman yang memang terletak cukup dekat dengan kampus dan asramaku.
“kok disini sih, aku antar sampai asrama aja Fik. Nggak apa-apa kok.” Tawar Tika yang masih terlihat khawatir dengan keadaanku.
“nggak usah,Tik. Aku nggak apa-apa, bener. Aku mau jalan-jalan bentar aja di taman. Ya?” pintaku lagi dengan wajah memelas.
“ Ya udah, tapi janji kalo ada apa-apa atau sih Arka penghuni neraka itu nyamperin kamu lagi. Kamu harus bilang sama aku. Supaya ku gaplok sekalian kepalanya. Oke?” ucap Tika cerewet.
“ Iya, janji.” Jawabku.
“ Ya udah, aku pulang dulu ya.” Pamitnya dan menyalakan sepeda motornya lalu pulang.
Aku menatap punggung kecil milik Tika yang perlahan tak terlihat ditelan keramaian jalanan sore itu. Aku melanjutkan langkahku menyusuri taman yang dipenuhi oleh orang-orang yang sibuk dengan aktivitas mereka masing-masing. Ada yang menghabiskan weekendnya bersama anggota keluarganya, pasangan sejoli yang sedang dimabuk asmara juga mereka yang menghabiskan waktunya bersama teman-temannya walau hanya sekedar untuk pergi jogging bersama atau membeli jajanan kaki lima yang berjejer sepanjang jalan.
Pupil mataku melumat seluruh pemandangan taman sore itu. Terasa begitu hangat. Melihat mereka menghabiskan waktu mereka bersama dengan orang yang mereka sayangi. Akan tetapi, juga terasa begitu dingin. Ketika, mengingat realita kisah asmaraku tak seindah cerita-cerita wattpad yang sering kubaca biasanya.
Menyadarkanku bahwa semua cerita bergenre romansa yang sering kubaca seakan hanya bualan dari sang penulis yang juga belum tentu merasakan semua hal itu. Tapi, sayangnya. Hati kecilku masih mempercayai bahwa ada kisah asmara yang berakhir indah walapun sekarang aku tak lagi bisa dengan mudah mempercayai cinta dan lelaki.
Langkah demi langkah hingga membuatku tak menyadari bahwa aku sudah sampai diujung taman. Aku memutuskan untuk pulang setelah menenangkan pikiranku dan melupakan kejadian yang tak menyenangkan tadi.
“ Assalamualikum,” seraya membuka pintu kamar. Sepasang manikku mengamati seisi kamar yang sepi dikarenakan penghuninya yang sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing. Seperti Deva yang sibuk dengan klub drum bandnya. Reina dengan kegiatan klub menggambarnya. Melly yang sibuk dengan klub panahan juga Hani yang sepertinya menghabiskan weekendnya bersama teman-temannya.
Aku memilih untuk membersihkan diriku dan segera mandi lalu berniat melanjutkan tugasku yang tadi tak selesai. Setelah selesai mandi dan bersih-bersih aku segera mengeluarkan laptop dan binder dari dalam totebagku. Melanjutkan tugas laporan kami tentang pengolahan pengetahuan bahan. Dengan cepat jari jemariku menari diatas keyboard laptop yang telah lama menjadi temanku mengerjekan tugas ini. Hingga suatu notifikasi kembali membuat mood ku berantakan.
“ Hai. Lagi ngapain?”
Aku terkejut mendapati pesan yang dikirim oleh Aldi. Aku memang tak memblokir nomornya setelah kami putus. Karena, pikirku dia tak akan pernah menghubungiku lagi setelah memilih untuk mengakhiri hubungan kami. Juga pikirku tidak ada alasan baginya lagi untuk menghubungiku. Tapi, kenapa sekarang dia secara tiba-tiba menghubungiku lagi. Aku sungguh tidak mengerti.
Kenapa disaat aku sudah hampir melupakannya dia bertingkah seperti ini. Apa lagi yang dia inginkan. Apa membuatku menangis dan menghancurkan rasa kepercayaanku masih tidak cukup baginya. Aku tak memerdulikan pesan itu dan mengabaikannya. Mematikan data selulerku dan kembali fokus pada laporan yang sudah seminggu ini membuat mumet isi kepalaku.
Luka yang ia gores begitu besar. Bahkan perlu waktu yang cukup lama bagiku untuk menyembuhkannya. Aku sangat percaya padanya. Bahkan aku tak pernah menaruh curiga kepadanya. Dan hal itu mmbuatku tersadar bahwa seseorang yang bucin saja belum tentu setia. Seseorang yang berjanji tidak akan pernah meninggalkanmu dan akan selalu menggenggam tanganmu dikala suka maupun duka belum tentu tak akan mendua. Akan tetapi, aku percaya luka ini akan sembuh. Dan biarkan saja waktu yang menghapus sedihku. Walapun mungkin nanti luka itu akan kembali terbuka setidaknya waktu akan menutupnya kembali. Karena, semuanya perlu waktu. Bahkan benih yang kecil juga memerlukan waktu untuk teman tumbuh menjadi bunga yang indah.
KAMU SEDANG MEMBACA
C10H16
Historia CortaSama seperti senyawa kimia Adamantana yang terdiri dari tiga cincin yang saing terhubung. Begitulah juga dengan hubungan kita. Selain kita berdua ada orang ketiga yang membuat hubungan yang kupikir akan indah seperti berlian kini hancur berkeping-ke...