Chapter 3

42 12 6
                                    

Author POV

"Jadi, Harry––bagaimana dengan pendapatku kemarin? Apa kau sudah mengerti?" Tanya Anne sambil menyesap teh yang dipegangnya kemudian menempatkan diri di sebelah putra semata wayangnya.

"Pendapatmu yang mana? Aku tidak mengerti." ucap Harry seraya berkutik dengan layar laptop di depannya tanpa menatap Anne.

"Anak dari pemilik toko kue itu. Kau setuju dengan usulanku, bukan?"

Harry mendengus, menatap ibunya sekilas. "Aku belum memikirkan hal itu."

Anne tergelak, meletakkan teh di atas meja lalu menyilangkan kedua tangannya. "Belum memikirkan hal itu? Bahkan umurmu sudah cukup untuk mencari pasangan hidup, Harry. Mau sampai kapan kau terus seperti ini?"

"Jangan membicarakan itu dulu. Aku sedang sibuk, Mom." Harry masih terus fokus dengan layar laptopnya, membuat Anne langsung menutup laptop itu dengan cepat.

"Apa yang kau lakukan, Mom?!" ujar Harry mulai jengkel kepada ibunya.

"Dengarkan aku, Harold. Kau harus mencoba untuk mendekati gadis itu. Walaupun masih terlihat muda tapi entah mengapa aku merasa bahwa dia sangat cocok jika menjadi pendampingmu. " ucap Anne mulai serius yang mana membuat Harry memutar bola matanya.

"Kau tahu, aku masih ingin fokus dengan pekerjaanku. Aku bahkan belum berpikir sampai kesitu."

"Pikirkan masa depan dan usiamu. Kau ingin menua di perusahaan bersama pekerjaanmu itu? Begitu maksudmu?" tatapan garang Anne mulai terlihat.

Harry mengernyit, tidak mengerti dengan ibunya yang ingin sekali melihatnya memiliki kekasih. Padahal sebelumnya dia pernah membawa seorang wanita yang berbeda-beda beberapa kali untuk mengenalkannya kepada Anne namun wanita itu justru berkomentar bahwa dia tidak menyukai wanita-wanita itu. Alasannya karena mereka tidak serius dalam menjalani hubungan dengannya. Bagaimana pun juga Anne dapat membaca pikiran seseorang.

Sudah dua tahun Harry tidak pernah membawa atau mendekati wanita manapun. Bukan karena dia malas mendengar komentar ibunya lagi––tapi dia hanya ingin fokus dalam memimpin perusahaan ayahnya yang sudah dipercayakan pada dirinya. Tak jarang pula Anne menganggap dirinya sudah tidak tertarik lagi dengan lawan jenis akibat terlalu lama menyendiri, dan itu membuat Harry benar-benar tidak habis pikir dengan ibunya.

"Bukan begitu maksudku," Harry menghela napasnya seraya menyandarkan punggungnya di sofa. "Aku akan mencari kekasih tapi bukan sekarang."

"Lalu kapan?! Aku tidak ingin melihatmu membawa wanita seperti sebelumnya. Hanya gadis itu yang pantas denganmu!" Anne mulai meninggikan nada suaranya, membuat Harry harus menutup kedua telinganya karena suara melengking milik ibunya.

"Oh, ayolah. Dia hanya seorang gadis kecil yang tidak mengerti apa-apa." dengus Harry.

"Tidak mengerti apa-apa kau bilang? Ayo, katakan sekali lagi," tanpa aba-aba Anne langsung menjewer telinga putranya dengan gemas hingga membuat Harry mengaduh kesakitan. "Lihat saja, aku akan menjodohkanmu dengan anak temanku jika kau tidak mau mendekati gadis itu."

"Astaga––sakit, Mom. Baiklah-baiklah, aku akan mencoba mendekati gadis itu." ujar Harry dengan pasrah menyetujui permintaan ibunya karena bagaimana pun caranya dia harus tetap patuh kepada Anne dan dia mengerti jika ibunya hanya menginginkan yang terbaik untuknya.

Anne tersenyum lebar. "Kau serius?"

"Ya, ya. Sekarang lepaskan tanganmu. Kau ingin membuat telinga anakmu putus?"

Detik itu juga Anne langsung melepaskan tangannya dari telinga Harry lalu memeluknya sambil menggoyang-goyangkan tubuhnya seperti Teletubbies.

"Kau memang yang terbaik, Harold. Aku benar-benar bangga memiliki anak penurut sepertimu." ujar Anne, dia mencium kening putranya sebelum melepaskan pelukannya.

I Want You in My LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang