Ini cerita gajelas plus garing karena gtau knp dri kmren gw selalu iseng pen nyoba2 bikin ff harbara dan akhirnya seperti ini;)
PS; Mon maap klo msh ada typo yg bertebaran🙃
-Sekian terimakasihhhh.
***
"Baiklah, kurasa kelas sampai disini saja. Sampai jumpa Minggu depan dan jangan lupa untuk mengerjakan tugas yang sudah kuberikan." ujar seorang pria paruh baya berkacamata yang berada di depan, Mr. George. Pria itu lantas beranjak pergi meninggalkan kelas sambil menenteng tasnya.
Aku menghela napas panjang setelah kepergian Mr. George, merasa bahwa aku selalu mengantuk jika pria berkacamata itu yang mengajar. Aku merapihkan beberapa buku dan bolpoin kemudian memasukkannya ke dalam tas.
"Kau mau langsung pulang?" aku menoleh menatap gadis pirang di sebelahku, dia Jane--sahabatku. Aku bahkan tidak yakin untuk mengakuinya sebagai sahabat.
Mengangguk pelan, aku berdiri dari kursi. "Ya. Aku harus menjemput Millie setelah ini."
"Oke. Aku baru saja ingin mengajakmu ke cafe yang baru saja di buka di dekat taman kota, mereka memberikan sajian secara gratis untuk siapa saja yang datang." ujar Jane, gadis itu mengerucutkan bibirnya sambil berkacak pinggang.
Aku menghedikkan bahu lalu menyangkil tasku. "Lain kali saja. Aku tidak ingin terkena amukan ibuku jika aku terlambat menjemput Millie."
Jane mengangguk pasrah kemudian kami berjalan beriringan keluar dari kelas. "Oke, mungkin besok saja."
Setelah berada di parkiran, aku dan Jane berpisah arah. Aku berjalan menuju dimana letak mobilku, tanpa berbasa-basi lagi aku lantas masuk ke dalam dan langsung melajukan mobilku meninggalkan area gedung universitasku.
Berbicara tentang Jane, dia hanyalah satu-satunya teman yang kumiliki saat ini. Aku tahu pasti kalian berpikir tidak ada orang yang mau berteman denganku, bukan? Tidak, kalian salah. Aku hanya terlalu malas untuk mencari teman, maksudku--aku tidak membutuhkan banyak teman, cukup Jane saja yang menjadi temanku selama hampir setahun ini walaupun sifat menyebalkannya itu tidak pernah hilang yang mana selalu membuat kepalaku mendidih.
Mobilku berhenti tepat di depan gedung sekolah Millie tidak lama kemudian. Aku merangkak keluar, mataku melirik ke sana kemari untuk memastikan apakah gadis kecil itu sudah keluar dari kelasnya--karena pasalnya sudah banyak anak-anak yang mulai berhamburan keluar dari gedung tersebut. Sampai pada akhirnya, aku menangkap sosok Millie yang tengah berjalan dengan wajah malasnya seorang diri sambil menyeret tasnya-- tipikal Millie di hari Senin.
Gadis itu menjatuhkan tasnya begitu saja setelah berada di depanku. Dia menatapku sambil berkacak pinggang. "Aku tidak mau langsung pulang, aku ingin menyusul mom. Tapi sebelum itu, kau harus membelikanku es krim di kedai paman Lucas."
Memutar bola mata, aku mengangguk. "Oke, oke. Kita ke kedai paman Lucas sekarang."
"Kau memang yang terbaik, Marianna!" Bocah itu berteriak kegirangan sambil melompat-lompat kecil sebelum masuk ke dalam mobil.
Aku hanya mendengus pelan, mengambil tas Millie yang dia jatuhkan tadi ke tanah lalu mengitari mobil dan merangkak masuk. Aku kembali melajukan mobilku dengan kecepatan sedang membelah kota besar ini sambil menyalahkan radio dan memutar lagu dari Jamie Miller yang berjudul--Here's Your Perfect, sesekali aku bersenandung kecil mengikuti alunan lagu tersebut.
"Marianna, boleh aku bertanya padamu?" aku menoleh sekilas menatap Millie, gadis itu tengah menyandarkan tubuhnya dengan kedua tangan terlebih di dada.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Want You in My Life
FantasiOlivia, gadis remaja berusia delapan belas tahun yang begitu beruntung setelah menjadi kekasih dari seorang pengusaha sukses yang cukup terkenal di kota New York yang mana berhasil membuat beberapa gadis lainnya merasa iri terhadap dirinya. Perbeda...