HI, CALL ME SHINTA 🐰
(⚠️DILARANG MENGCOPY CERITA INI DAN SALPAK⚠️)
- CAST DI ATAS -
GIMANA KBR KALIAN? SEMOGA BAIK YAA...
JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN YA
•• HAPPY READING ••
•• 01 - CALLISTER ALDEN ••
•••"EVA!" teriak Callister di koridor kelasnya.
Seperti biasa, dia akan selalu meneriaki nama Eva jika melihat Eva sudah datang di sekolah.
Para murid pun sudah terbiasa dengan hal itu.
"Apasih?" kesal Eva. Dia ingin hidupnya tenang sekali saja di lingkungan sekolahannya.
Callister pun merangkul pundak Eva. Eva sudah terbiasa seperti itu, mau seberapa banyak dia menyingkirkan lengan Callister, dia akan tetap kalah.
"Tumben baru berangkat?" tanya Callister dengan senyumannya.
"Biarin lah!" cetus Eva.
Callister, dia itu humble dan tidak terlalu dingin, selalu bersikap lucu, hanya untuk orang yang dia sayang.
"Lepasin deh!" perintah Eva, sambil berusaha melepaskan tangan Callister dari pundaknya.
"Gini aja, lo pendek, jadi enak dirangkul," goda Callister, tapi tidak membuat Eva baper.
"Gombalan pasaran!" cetus Eva, lalu pergi meninggalkan Callister.
"EVA SAYANG! TUNGGUIN DONG!" seru Callister, sambil berlari menghampiri Eva membuat Eva ingin menghilang seketika.
"Malu-maluin, Callister!" ujar Eva, sambil memukul lengan Callister.
"Woy, Eva! Lo kenapa nggak terima aja sih si Callister? Biar nggak teriak-teriak mulu tiap pagi," seru salah satu murid yang kesal setiap mendengar teriakan Callister tiap pagi.
"Terima itu pakai perasaan!" cetus Eva.
Eva, dia selalu bersikap judes dan dingin jika belum terlalu dekat dengan orang itu.
"Jangan bikin cewek gue marah!" ketus Callister.
"Cewek mata lo!" kesal Eva.
"Nanti juga jadi."
Eva pun kembali membiarkan pundaknya dirangkul kembali oleh Callister. Mereka berjalan menuju kelas mereka. Ya, mereka satu kelas.
"Lepasin deh! Udah mau masuk kelas ini."
"Apa yang aku dapat kalau mau lepasin kamu, hm?" tanya Callister.
"Ribet banget!"
"Buruan, apa?" tanya Callister memaksa.
KAMU SEDANG MEMBACA
EVALINA [HIATUS]
Ficção Adolescente- BEDA DARI YANG LAINNYA - Evalina, gadis cantik yang selalu menjadi perhatian di lingkungan sekolahnya, tetapi tidak di rumahnya. Selalu merasa bahagia jika berada di luar, tetapi tidak di rumahnya. Semuanya palsu. Dia merasa tidak ada artinya di d...