Seorang gadis dengan baju tidur bewarna ungu masih saja memejamkan mata. Padahal, saat ini jam menunjukkan pukul tujuh kelewat lima pagi. Dengan keadaan ranjang yang jauh dari kata rapi. Netra cantik itu enggan sekali untuk dibuka.
Memang, perempuan yang diketahui bernama lengkap Fanessa Ayrazella itu sedang kedatangan tamunya. Sehingga, dirinya bisa bermalas malasan tanpa adanya dosa yang ia tanggung.
tok tok tok
Ketukan pintu terdengar.
"Fafa, keluar! kamu sudah bangun belum? daritadi mama panggil panggil juga enggak nyaut nyaut. Kamu enggak mati kan?" teriak Wulan, mama gadis itu.
Suara Wulan yang kencang tidak membuat gadis kelahiran Jakarta itu terbangun. Ia bahkan menaikkan kembali selimut yang terbengkalai hingga menutupi seluruh bagian badannya.
"Fafa! mama hitung sampai tiga ya, kalau sampai hitungan tiga kamu enggak bangun bangun, mama bakal tinggal!"
"Satu..." ucapan Wulan menggantung.
"Dua..." lanjutnya kembali sambil menaikkan intonasi.
Akibat teriakan mamanya yang sudah seperti toa, mau tak mau tidur Fanessa menjadi terganggu. Ia menggaruk telinganya yang sama sekali tidak gatal tanda dirinya mulai kesal. "Apaan sih mah! Fafa baru tidur tau," teriak Fanessa tak kalah kencang.
"Udah, buruan bangun habis itu mandi. Papah sama adek kamu udah siap tinggal sarapan aja. Lima belas menit mama tunggu, lebih dari itu kamu mama tinggal,"
"Mama tunggu dibawah," lanjutnya sambil berlalu meninggalkan pintu yang masih terkunci.
Dengan kesal, Fanessa turun dari ranjang king size nya sambil menghentak hentakkan kaki menuju kamar mandi.
"Kalau aja kemarin papa enggak maksa, males banget gue ngikut, mending juga dirumah rebahan," gerutu Fanessa sebelum pintu kamar mandi ditutup sangat kencang.
Bertepatan hari ini hari Minggu, Keluarga Setiaji merencanakan liburan ke suatu tempat. Dimana hanya kepala keluarga itulah yang mengetahui.
***
30 menit kemudian.
Fanessa menuruni tangga dengan berhati hati.
"Pagi," ucapnya dengan bibir bawah sedikit maju.
Hari ini Fanessa menggunakan sweater putih serta celana kulot bewarna hitam. Diatas kepala ia gunakan jilbab senada untuk menutupi rambutnya.
"Pagi juga," jawab mereka serempak.
Wulan menatap jam dipergelangan tangannya, "telat lima belas menit. Kamu mandi atau semedi sih,"
Fanessa membelalakkan matanya, "Idih mama, cuma lima belas menit doang juga telatnya. Fafa kan juga harus dandan," ucap Fanessa tak terima.
"Emang mama, mandi cepet banget. enggak bersih. Gitu gitu papah kok bisa tahan ya," Lanjut Fanessa sambil mendaratkan pantat di kursi.
Mata Wulan melotot, "ngawur, mulut kok kalau ngomong suka bener," jcap Wulan cengengesan.
Fanessa mencebik, menirukan kalimat terakhir yang Wulan ucapkan dengan nada mengejek. Ia kembali memanyunkan bibirnya.
Setiaji terkekeh, "nggak semangat betul itu mukanya, manyun gitu. Jelek tau,"
"Emang udah jelek kali pah dari sananya," jawab Wulan ikut menimpali.
Mendengar jawaban Wulan, mood Fanessa yang sudah berantakan menjadi bertambah. "Mama ihh, nyebelin," kata Fanessa menatap Wulan dengan mata tajamnya.
Semuanya tertawa, tak terkecuali sikecil Ilona. "Kakak bibirnya kayak bebek. Lucu," ucap si adek bungsu.
Fanessa membelalakkan matanya, "Adek ih, masa kakak dibilang kaya bebek. jahat banget," kata Fanessa pura pura merajuk dengan tangan didepan dada. Fanessa melengos.
Ilona kembali terkekeh, "Iya habisnya kakak lucu, kaya gini nih," katanya lagi sambil menirukan bibir Fanessa.
Setiaji dan Wulan tertawa.
"Udah udah, ayo kita sarapan. Habis itu kerumah nenek kamu,"
Mata Fanessa berbinar setelah mendengar ucapan sang papah, "Beneran pah? yes!" ucap Fanessa bersemangat.
Wulan menatap anaknya malas, "tadi aja dibangunin susah bener. Mana turun posisi muka kaya enggak bersemangat hidup lagi. Giliran ketemu neneknya senengnya minta ampun,"
Fanessa terkekeh pelan, "beda tau mah, kan udah lama enggak ketemu nenek,"
Fanessa memang sudah sangat lama tidak berkunjung kerumah neneknya. Mungkin, semenjak paman dari ayahnya menikah. Terhitung kurang lebih sudah tiga bulan.
"Udah udah, nanti keburu siang. Kamu juga Fafa, jangan lupa bawa baju buat ganti disana. kemungkinan kita bakal nginap satu hari dirumah nenek kamu,"
Fanessa mengangguk, "Oke pah," kata Fanessa sambil mengangkat jempolnya semangat.
"Dek, nanti kita disana jalan jalan ya sama kakak. Jangan lupa buat beli jajan banyak banyak. Kita ngabisin duit papah. Oke?"
Ilona mengangguk setuju dengan mulut yang penuh nasi.
Setiaji yang sedang minum pun tersedak, "Eh mana bisa gitu,"
Fanessa tertawa, "bisa aja, papah kan kaya. Apa gunanya papah bekerja kalau enggak buat foya foya,"
Setiaji yang mendengar itu hanya bisa menggelengkan kepala. "Semerdekamu aja deh Fa," lanjutnya lagi sambil menyuapkan nasi goreng ke mulutnya.
***
TBC

KAMU SEDANG MEMBACA
FALASKAR
RomanceFanessa sang biang kerok yang anti cowo, tiba tiba dipertemukan dengan lelaki sinting bin ngeselin. Ia bahkan tidak boleh mengelak jika orang tersebut adalah calon suaminya. Ya, Fanessa dijodohkan dengan kedua orang tuanya dengan perjanjian konyol d...