London: Feels Like Cinderella 6

440 109 7
                                    

Ayas membangunkan Cindy untuk salat subuh berjemaah. Dengan badan yang masih terasa remuk redam akibat masih mengantuk dan emosi gegara Mona semalam, Cindy bangun seperti robot. Lalu segera ia gosok gigi dan wudu.

“Sudah?” tanya Ayas yang ternyata menunggu di depan pintu.

Cindy hanya mengangguk dan mengikuti lelaki itu menuju bagian rumah entah yang mana untuk salat jemaah. Mungkin ada musala khusus?

Ternyata mereka akan salat di ruang keluarga di mana sudah ada karpet baru digelar. Barangkali memang khusus untuk salat mengingat sebenarnya di lantai itu sudah ada karpet. Tetapi yang mengejutkan Cindy adalah para perempuan hanya ada dirinya, Mumtaz dan Amina. Mona dan Noora ke mana? Ya, bisa jadi keduanya salat di kamar mereka masing-masing.

Namun, Cindy juga tidak melihat pasangan Serkan dan Maya. Apa keduanya pulang ke rumah mereka sendiri, tapi di mana?

Hello,” sapa Cindy pada semua dengan canggung.

Amina dan Mumtaz tersenyum ramah. “Hello,” balas keduanya.

Tak lama mereka pun salat subuh berjemaah dengan Cindy berdiri di samping Amina. Yang menjadi imam tentu sang kepala keluarga, Moosa.
Usai salat, Cindy diizinkan kembali ke kamar. Ia pun naik bersama Mumtaz.

“Aku tidak melihat Serkan dan Maya,” kata Cindy memecah keheningan.

“Oh, mereka pulang ke rumah sendiri, ada di dekat sini,” jawab Mumtaz.

“Mona dan Noora?”

Mumtaz hanya tersenyum yang membuat Cindy pun hanya ikut tersenyum canggung.

Keduanya berpisah di kamar masing-masing dengan Mumtaz masuk lebih dulu.

Di luar hari masih gelap dan Cindy ingin kembali tidur tapi ia juga berat sebab meski dikamuflase datang ke Inggris adalah liburan, kenyataannya ia juga bekerja pada Ayas. Ia merasa tidak enak jika tidak membantu tetapi membantu pun ia bingung apa yang harus dibantu.

Akhirnya Cindy pun kembali berbaring setelah menyalakan alarm agar berbunyi tepat pukul enam. Dan ketika merebahkan kepala kembali di atas bantal, ia teringat kembali akan percakapannya dengan Mona semalam dan bagaimana perasaannya yang masih terpengaruh akan hal itu.

Betapa tangan Cindy bergetar hebat setelah menutup pintu begitu pun jantungnya yang berdetak cepat. Sudah bisa dipastikan kalau Mona memang menyukai Ayas dan tidak menyukainya. Sedangkan Ayas sendiri jika diperhatikan tidak dingin tapi juga tidak menanggapi keberadaan Mona. Apakah ini semacam cinta tak sampai atau cinta yang usai tapi belum terkubur?

Yang membuat Cindy tenang adalah bau wangi khas Ayas seperti memeluknya dan membuatnya tertidur. Seperti kali ini.

Cindy tak tahu berapa lama ia melamun. Yang ia sadari adalah alarm sudah berteriak membangunkannya tepat pukul enam. Segera ia bangun dan mandi air hangat karena baginya kapan lagi bisa mandi air hangat setiap hari? Di Indonesia, jika ingin mandi air hangat, ia harus merebusnya terlebih dulu dan dituang ke dalam ember yang dimasukkan ke dalam kamar mandi lalu dicampur air dingin.
Setelah rapi, Cindy segera ke dapur untuk membantu dan ternyata di sana sudah sibuk.

Selamat pagi, maaf bangun terlambat. Saya bisa bantu apa?” tanya Cindy canggung dan berdiri di tengah-tengah dapur.

Nanti saja bantu bawakan makanan ini untuk para tamu,” jawab Amina masih dengan senyum yang tak luntur di bibirnya.

Baiklah.” Cindy mengangguk.

Ia memperhatikan sepertinya Amina sendiri yang memasak untuk para tamu dan tampak tidak kerepotan.

Saya tidak melihat Ayas dan Mumtaz,” kata Cindy memecah keheningan.

Mereka di kandang ayam untuk memberi makan dan mengambil telur,” jelas Amina tanpa memandang Cindy.

Tak lama datang Mumtaz bersama Ayas. Mereka membawa dua keranjang penuh telur ayam.

“Ah, sudah bangun,” sapa Ayas.

“Maaf,” ucap Cindy.

Sekitar sepuluh menit kemudian, di lain ruangan terdengar dengungan percakapan orang-orang dewasa diselingi tawa anak-anak kecil.

Lalu bersama Mumtaz, Cindy membantu mengantarkan sarapan para tamu yang ternyata sudah menunggu di ruang makan. Di tengah hiruk-pikuk itu, ia masih belum melihat Mona dan Noora.

Usai mengantar sarapan-sarapan tersebut, datang seorang pegawai sembari membawa sayuran. Seorang lelaki Inggris asli yang usianya sekitar akhir tiga puluhan bernama Phil.

“Phil sudah datang, kita sarapan,” ajak Ayas.

“Tapi ... “Cindy jelas tampak keberatan dan Ayas terus memaksa. Karena kalah tenaga, ia pun menurut.

“Setelah ini kita belum tentu ke sini lagi tiap akhir pekan. Jadi nikmati saja, lagi pula pegawai lainnya sudah datang,” kata Ayas dengan nada final.
Sembari mulai sarapan, Cindy jadi bertanya-tanya apa sesungguhnya pekerjaan Ayas. Kenapa bisa dengan mudahnya meninggalkan pekerjaannya di Indonesia? Benarkah seorang manajer hotel?

Usai sarapan, Cindy membantu membereskan peralatan makan para tamu untuk dicuci oleh Phil. Setelahnya, Ayas mengajak Cindy berkeliling cottage termasuk menunjukkan letak lima bangunan kamar dengan fasilitas self-catering karena ada dapur di dalam yang berjajar dan ada di belakang menghadap halaman yang mereka gunakan untuk barbeque semalam lalu ke kebun buah.

“Masya Allah, luas sekali. Semua dikonsumsi sendiri?” tanya Cindy takjub melihat hamparan tanaman strawberry, blackberry, raspberry dan entah apalagi.

“Kami menjualnya baik bentuk buah segar maupun selai,” jawab Ayas. “Coba ini.” Ia memetik satu butir strawberry dan memberikannya kepada Cindy.

Cindy menerimanya dan memakan segigit. “Manis.”

“Habiskan cepat!” perintah Ayas yang membuat Cindy menatapnya dengan kening berkerut. “Kami melarang para tamu untuk makan di tempat.”

“Yeee!” protes Cindy yang terpaksa memakan dan mengunyah cepat sebutir strawberry di tangannya. “Sudah.”

“Ayo, petik untuk kita bawa pulang ke London juga.” Ayas kembali melangkah dan memetik strawberry-strawberry merah itu.

“Aku tidak melihat Mona dan Noora,” kata Cindy sembari memetik strawberry juga. Lalu ia berhenti mendadak ketika ingat mungkin saja keduanya non muslim sehingga tidak ikut salat berjemaah. Ia spontan mengetuk kepalanya dengan kepalan tangannya sendiri saat mengingat fakta tersebut. “Eh, tapi Noora berhijab,” gumamnya.

“Kamu ngapain sih? Ngelamun jorok ya?” goda Ayas.

Mendengar hal itu membuat Cindy melempar tatapan seperti laser yang dibalas dengan kekehan.

Keduanya pun melanjutkan memetik buah yang lain.

🏰🏰🏰

Assalamu'alaikum,
Selamat siang yang masih mendung. Alhamdulillah rank-nya cerita ini bagus padahal baru posting. Semoga kawan-kawan suka dan terhibur ya 🙏🏽🙏🏽❤️❤️❤️

Sidoarjo 12-25 November 2021
Update publicly, Sidoarjo 29-11-2021

City SeriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang