"Aelah, si Naura kemana sih?" gerutu Dea.
"Sabar oneng, dia lagi ambil bola!" sewot Luna.
"Hampir sepuluh menit lho, mana di sini panas lagi!" ocehnya.
"Iya juga ya, eh gimana kaー"
"Lama sekali Naura ambil bola. Coba satu orang ke gudang samperin Naura, Bapak yakin pasti ada apa-apa," ucap guru olahraga memotong perkataan Luna.
"Kami berdua aja, Pak yang akan ke sana!" usul Luna.
"Gue juga?" tanya Dea sembari menunjuk dirinya sendiri.
"Iye! Ayo cepet kita ke gudang!" Tanpa aba-aba, Luna langsung menarik tangan Dea dan berlari menuju gudang.
Sampai di depan pintu gudang, tangan Luna meraih gagang pintu yang tertutup rapat. "Kok di kunci? Apa iya Naura udah keluar?" tanya Luna pada Dea.
Dea menggidikkan bahunya 'tak tahu. "Entah, mungkin iya."
"Gak! Gak mungkin! Naura?! Naura, lo di dalem?!" teriak Luna sambil menggebrak-gebrak pintu gudang yang tertutup rapat.
"NAURA OIT!" pekiknya Dea.
"Kayaknya dia nggak di dalem deh Lun," kata Dea.
"Gak mungkin! Gue yakin Naura ada di dalem," bantah Luna membuat Dea berdecak.
"Kalo dia di dalem, kenapa ni pintu bisa ke kunci? Sedangkan orang yang lewat sini aja jarang!"
"Ya lo mikir dong! Kali aja ada orang jahat yang mau ngelukai Naura!"
"Ada apa?" Kini suara Galeen membuat kedua gadis itu menoleh.
"Kak! Tolong dobrak pintu ini please! Naura ada di dalem!" Mendengar penuturan dari Luna, raut wajah Galeen langsung berubah panik. Dengan cekatan, ia menggedor-gedor pintu gudang dengan sesekali memanggil nama Naura.
"Na? Lo di dalem? Jawab gue please!"
Brak!
Gagal. Pintu gudang sepertinya terkunci dari luar, apakah Naura yang mengunci pimtu gudang tersebut?
"Eh! Ini kan kuncinya." Luna langsung mengambil kunci gudang yang tergeletak di bawah kaki Galeen.
Panik. Galeen merebut kunci itu dan segera membuka ruangan tersebut.
Dan benar saja, di bawah pintu gudang, terdapat gadis yang tergeletak dengan sisa tangis di pelupuk matanya.
Galeen, Luna, serta Dea langsung memekik terkejut. Naura pingsan akibat debu yang masuk melalui celah masker yang ia pakai.
"Angkat kak! Bawa dia ke UKS!" Luna panik bukan main, tangis air mata tak dapat ia bendung melihat kondisi sahabatnya yang memilukan.
Beda dengan Dea, gadis itu seperti orang cemas, dengan alis berkerut panik.
Dengan tanggap, Galeen menggendong tubuh lemas Naura ala bridal style, dan membawanya ke UKS untuk diperiksa.
***
Selang infus telah terpasang di tangan kiri Naura, gadis itu masih setia memejamkan matanya.
Si ruang UKS masih ada Galeen yang setia menunggu Naura membuka mata sambil mengelus pelan tangan Naura yang tampak dingin.
Luna dan Dea sudah berada di lapangan atas perintah Galeen, meski keduanya masih menampakkan raut wajah khawatir. Mungkin(?)
"Ayo bangun," lirih Galeen. Sudah hampir satu jam dirinya duduk di samping brankar yang ditempati Naura untuk tidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
About Naura
Novela JuvenilIni tentang Naura, si gadis bulan yang hidupnya dipenuhi oleh sayat dan goresan. Tentang gadis yang menelusuri jalan kegelapan untuk mencari secercah harapan dan kasih sayang. Dan ini juga tentang gadis perempuan yang hidupnya berkali-kali dijatuhk...