22• Ibarat Kaca ☪︎

344 52 2
                                    

ılı.lıllıl 1:04 ━━━●────── 3:42
          ⇄  ◁  II  ▷  ↺

ᴋɪᴀᴍᴀᴛ ᴋᴇᴄɪʟ ʜᴀᴛɪᴋᴜ─ᴀʟᴅʏ ᴍᴀʟᴅɪɴɪ

Happy reading💙

Tatapan Naura mengarah ke motor sport putih yang cukup familiar memasuki kawasan Sekolah. Motor yang dikendarai cowok almamater khas sekolahnya sedang membonceng seorang gadis yang tampak memeluk erat pinggang cowok itu.

Naura mem-fokuskan pandangannya dan benar, cowok itu adalah Gibran.

Menyadari hal itu, Naura ingin melabraknya, namun terhenti saat Gibran dan gadis itu turun dari motor lalu dengan entengnya, Gibran membantu gadis itu melepaskan helmnya.

Pemandangan menyakitkan itu terjadi di depan kepala matanya sendiri. Sesak di dada kian bertambah ketika tangan Gibran mengacak-acak rambut gadis itu.

Sial! Naura terbakar api cemburu. Gibran jarang sekali menjemput dirinya, bahkan bisa terhitung oleh jari tiap bulannya. Lalu ini!? Saat Gibran mengacak-acak rambut gadis asing itu, Gibran bahkan tak pernah melakukan hal itu pada Naura.

"Waktu itu sama Luna, sekarang sama ... anak baru. Kak Gibran Play Boy!?" pekik Naura dengan mata membola. Untung saja pekikan itu tak terdengar sampai kedua sejoli yang tampak seperti sepasang kekasih.

Bisik-bisik mulai terdengar panas di telinga Naura. Ada yang berbisik bahwa Gibran cocok dengan anak baru itu, ada yang mendukung Gibran dengan Naura. Dan ada yang bilang bahwa Naura dan Gibran sudah tak ada hubungan lagi.

"What!? Ngelunjak bener tu opini," gerutu Naura menatap sebal gerombolan yang sedang menggosipkan dirinya dan Gibran.

Langkah kaki Naura menyamai langkah kaki Gibran. Ia berada di tengah-tengah Gibran serta anak baru itu dan melepaskan tautan mereka. "Pagi pacar," sapa Naura mengulas senyum pada Gibran.

Gadis di sebelah Naura lantas mengeriyitkan alisnya. Belum sempat ia membuka suara, suara berat Gibran memotongnya. "Dia emang suka gitu. Suka ngigo," katanya dan menarik tangan Citra menjauhi Naura yang terpaku.

Naura kembali berjalan cepat ke arah Gibran. Sungguh, ia tidak terima jika Gibran yang notabenenya adalah 'pacarnya,' malah bergandengan secara terang-terangan di depan umum.

"Kamu ngomong apa sih? Aku nggak ngigo ya, kan kita emangー"

"Lo langsung ke ruang guru yang ada di sebelah koperasi." Gibran menunjukkan arah ke ruang guru dan diangguki oleh Citra. "Lo, ikut gue." Gibran langsung menarik tangan Naura dan membawanya ke belakang Sekolah yang cukup sepi.

Pohon besar nan rindang itu bergerak mengikuti angin berhembus. Daun-daun saling bergesekan hingga menimbulkan suara yang menambah kesan sejuk pada dua sejoli yang sedang beradu tatap.

"Tolong jelasin dia siapa dan kenapa Kak Gibran gandengan tangan sama cewek itu," pinta Naura to the point.

Gibran memijat pangkal hidungnya sambil meraung frustasi. "Untuk saat ini, gue sama lo pura-pura gak kenalー"

"Tapi kenapa? Apa karena cewek baru yang lebih cantik dari aku?" potong Naura. Mati-matian ia menahan sesak di dadanya dan berusaha untuk tidak mengeluarkan caira putih dari pelupuk matanya.

"Dengerin gue dulu, Naura!" bentak Gibran hingga Naura terlonjak kaget mendengarkan.

Seketika pertahanan Naura runtuh seketika. Sesak di dadanya makin membuatnya tak bisa bernafas barang sedikit pun. Air matanya yang ia tahan perlahan turun membasahi pipinya.

About NauraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang