Prolog

58 4 13
                                    

Perempuan dengan rambut dikepang satu kini tengah berjalan dengan kesal sambil menghentakkan kakiknya ke lantai, menuju kamar kakak laki-lakinya yang berada persis di samping kamarnya.

Tok tok tok

"Kak, buka pintunya!" Pinta gadis itu sambil terus mengetuk pintu yang ada di depannya.

Gadis cantik itu berkacak pinggang sambil mendengkus kesal menunggu kakaknya membuka pintu yang terasa sangat lama baginya.

Baru saja tangannya terangkat ingin mengetuk lagi, pintu terbuka menampilkan seorang pria dengan rambut berantakan serta wajah yang sembab.

"Kakak ngelamar Dokter Fira?!" Tanya Arunika menuntut.

Giral yang mendengar pertanyaan itu, terkejut. Dari mana adiknya tau sementara ia sama sekali belum menceritakan apapun.

"Safira bilang sama kamu ya?" Tanya Giral balik.

Arunika menerobos masuk ke dalam kamar Giral dan duduk di tepi kasur. Napasnya sangat mengebu-gebu, ia sangat kesal karena laki-laki itu melamar perempuan tanpa sepetahuannya.

"Kenapa enggak kasih tau aku dulu si?!" Kesalnya menatap jengkel pada Giral.

"Y-ya, Kakak pikir kamu bakal setuju karena kamu sama Safira 'kan udah deket," jelas Giral melangkah dan duduk di kursi kerjanya.

"Tetep aja Kakak harus bilang sama aku kalo mau ngelamar perempuan!" Pinta Arunika.

"Iya maaf, lagian Kakak juga ditolak sama dia," jawab Giral lirih.

"Kakak nangis karena itu?" Tanya Arunika memerhatikan penampilan kakaknya dengan seksama.

Rambut hitam kecoklatan yang sangat berantakkan, mata tajam yang kini sembab, serta hidung yang merah. Itu cukup untuk Arunika menyimpulkan bahwa kakak laki-lakinya ini tengah merasa kecewa karena ditolak oleh perempuan yang pria itu inginkan untuk menjadi pendampingnya.

"Kakak sedih. Padahal kakak tulus sama dia, tapi malah ditolak," lirih Giral mengingat perkataan Safira ketika menolaknya.

"Saya hargain kejujuran kamu, tapi maaf untuk saat ini saya belum ada kepikiran untuk menikah lagi. Saya mau fokus sama Buntara dan kerjaan saya." Kalimat penolakkan secara halus itu terus terputar di kepala Giral.

"Syukur deh. Aku emang enggak setuju," cetus Arunika membuat sang kakak menatapnya heran.

"Kenapa enggak setuju? Kamu 'kan kenal baik sama Safira," tanya Giral heran.

Arunika menggeleng. "Pokoknya enggak! Kalo kakak mau pacaran apalagi ngelamar perempuan, dia harus ketemu aku dulu titik."

"Tap-" ucapan Giral terpotong karena gadis itu sudah melenggang pergi keluar kamarnya.

***

"Tadi Ka Giral ketemu sama Ka Fira?" Tanya Arunika pada seseorang yang sedang berbicara dengannya melalui ponsel.

"Iya, tadi Kakak kamu ngelamar saya," jawab Safira membuat Arunika membulatkan matanya.

"Terus Ka Fira terima enggak?" Tanya Arunika gelisah.

"Enggak, saya tolak," jawab Safira dan mendapat helaan napas lega dari gadis yang tengah berbicara dengannya melalui panggilan suara itu.

"Syukur deh," cetus Arunika lega.

Safira terkekeh di seberang sana. "Kamu enggak setuju ya kalo dia sama saya?"

Sagara; Sekuel ArunikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang