Chapter 4 | Kecanggungan

28 1 0
                                    

"Gar lo yakin bisa dapetin Arunika?" Tanya Rifki pada Sagara yang sibuk dengan ponselnya.

"Meragukan gue lo? Lagian kenapa tiba-tiba lo nanya gitu?" Tanya Sagara balik.

"Ya enggak. Denger-denger dia adeknya Bang Giral ya?" Tanya Rifki lagi. Sagara hanya mengangguk menjawab pertanyaan Rifki kali ini.

"Gue denger dari kakak gue, Bang Giral tuh kating paling disegani pada masanya," ucap Rifki.

"Giral Batara?!" Tanya Reza terkejut.

"Iya, Giral Batara. Kenapa, kenal lo?" Jawab Rifki sekaligus bertanya.

"Siapa yang enggak kenal dia coba. Dia pernah marahin si Rafa sang ketua BEM beberapa tahun lalu, gara-gara adeknya pingsan waktu mos 'kan?" Ujar Reza sambil memutar ingatannya pada beberapa tahun lalu saat dirinya manjadi mahasiswa baru.

Sagara mengernyit mendengar penjelasan Reza. "Arunika pernah pingsan waktu MOS?"

Reza mengangguk pasti. "Dia pingsan di podium."

"Kok bisa?" Tanya Sagara penasaran.

"Kita juga enggak tau pastinya kenapa, tapi waktu itu dia naik ke podium karena dipaksa nyanyi sama kating," sahut Bisma menanggapi.

Mendengar jawaban Bisma, rasa bersalah lagi-lagi menyelimuti Sagara. Bisa dipastikan, saat itu Arunika pingsan karena mengingat kenangan mereka saat di atas panggung.

***

Giral memarkirkan mobil jeepnya di depan gedung Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Pria itu membuka sabuk pemangaman dan memiringkan tubuhnya menghadap Arunika.

"Nanti kamu pulang sama Sagara dulu ya?" Pinta Giral yang membuat Arunika mengerutkan alisnya.

"Kenapa emang? Kaka ada meeting?" Tanya Arunika sambil melepas sabuk pengamannya.

"Oh enggak, nanti Kaka mau main sama temen-temen," jawab Giral jujur.

"Jam berapa?" Tanya Arunika lagi.

Giral berdeham sejenak sebelum menjawab. "Jam tiga sore."

Arunika melirik sekilas pada arloji yang terpasang di pergelangan tangan kirinya. "Jam tiga aku udah selesai kelas, jadi aku bisa ikut Kaka."

"Jangan, nanti kamu bosen kalo ikut. Yaudah nanti Kaka jemput kamu dan anterin kamu pulang dulu," putus Giral.

Arunika mengernyitkan alisnya heran. "Kenapa? Emang temen Kaka yang mana?"

Pria di sampingnya menggaruk tengkuk yang sama sekali tidak terasa gatal. "Naufal, sama yang lain juga."

"Oh yaudah, kalo mereka 'kan aku kenal," sahut Arunika membuat Giral bernapas lega.

"Jadi enggak akan bosen kalo aku ikut," lanjutnya seketika membuat Giral menunjukkan ekspresi kecewa.

"Jangan ya, kamu ga usah ikut. Kaka cuma main sebentar kok. Enggak akan macem-macem," mohon Giral agar adiknya tidak ikut.

"Kenapa si? Kok aku enggak boleh ikut? Aku juga mau ketemu mereka tau. Aku enggak akan ganggu Kaka kok," jawab Arunika heran.

"Enggak, bukan gitu, tapi lebih baik kamu di rumah temenin Mamah," balas Giral terus membujuk adiknya.

"Udah ah, aku tetep ikut," putus Arunika bulat. "Aku turun dulu, bentar lagi ada kelas," pamitnya seraya turun dari mobil melangkah masuk ke dalam gedung Fakultasnya.

Giral menghembuskan napas berat setelah kepergian Arunika. Pria itu menyandarkan kepalanya di kepala jok mobil, sambil memijat keningnya yang terasa pening. Arunika banyak berubah semenjak ketakutan besar menghampirinya akibat kejadian beberapa tahun lalu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 09, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sagara; Sekuel ArunikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang