part 7

0 0 0
                                    

Reply Email

subyek : “i will always love you”


“skan terima kasih atas segalanya ingin rasanya aku mengungkapkan segalanya untukmu. Mengatakan keharuanku untuk mengenalmu diantara lautan manusia. Esok kepergianku ke Kanada. Aku percaya 2,5 tahun lagi kita akan dipertemukan. Aku akan menjaga hatiku selama itu. Jika Tuhan mengizinkan lagi, maka kita akan bertemu di dalam suasana yang lebih indah dan mudah dari pada ini. Kuharap yang sama untukmu Aku sangat berkesan dengan hadiah 12 halaman ini. (haira nairani) ”


Aku melangkahkan kakiku ditempat bersejarah ini di boarding school kami. Di asrama ini terlalu banyak kenangan yang kita miliki bersama. Yah ini adalah hari terakhir tiga tahun itu. Masa SMA yang takkan pernah ku lupakan, kawan sekawan, cinta orang seorang guru yang menemani kami 24 jam. Aku akan mengingat itu.


Iya semuanya berjalan seperti ini, Skandar tak datang. Perjalananku masih terus berlanjut sampai ke kanada dan kuliah di McGill University, tentu banyak penyesuaian diri yang harus ku imbangi untuk belajar hidup disini. Namun tiada seharipun aku lupa memikirkan Skandar meski tanpa kabar dan kata-kata sekalipun. Iya hubungan kita memang dimulai sejak lama tanpa diketahui kami berdua namun setelah rasa bahagia itu terungkapkan, itu malah menyakitkan kedua hati.


Tapi aku bersyukur atas segala yang telah terjadi, setidaknya aku menemukan penghargaan yang sangat berharga disini. Bersama Skandar dan juga harry. Mereka adalah orang yang berarti dihatiku namun dilain tempat dalam sisi ruang hatiku.

Hari ini seperti biasa, aku akan memasak makanan sarapan. Iya cuaca di Kanada hari ini tengah turun salju, suasana hangat dengan secangkir coklat panas dan selimut tebal dengan televisi yang tak pernah lelah memutarkan reka kehidupan. Mungkin kesibukan disini melupakanku akan ketidak hadiran Skandar. Apa yang ia lakukan? Ratusan hari sudah ku lalui di Kanada, bagaimana dengannya? Apa yang ia lakukan? Bagaimana keadaannya? Semua itu masih melayang di fikiranku setiap hari. Email yah hanya email harapanku namun disana tiada harapan kehidupan, sunyi. Ia menghilang begitu saja. Ayah dan ibuku hanya memberikan kabar bahwa skandar ada di Australia sekarang. Pertama kali mendengarnya, anganku terbang di puncak kesedihan. Akankah ia menuruti keinginan ayahnya untuk mendapatkan kuliah di Australia dengan Racquel? Entahlah. Berjalannya waktu aku bisa menerima segalanya. Namun besar kepercayaan hatiku bahwa skandar tak mungkin seperti itu.

Sejuknya malam ini membuatku tergerak untuk membeli makanan hangat di ‘haslem’ cafe yah sekedar cafe kecil dengan banyak pengunjung. Aku dan connie biasa mengunjunginya untuk sekedar menghilangkan kepenatan kuliah. Niatku, tak untuk meminum coffe dan menghangatkan tubuh, namun untuk sekedar melupakan skandar. Karena jika aku sendiri maka bayangannya akan membuatku menangis. Connie, ya dia mengetahui segala kebiasaanku ketika coffe datang, aku hanya akan memutarnya atau mengaduknya dan setelah dingin aku akan meminumnya. Karena apa? Skandar biasa melakukannya. Pandanganku kosong, hanya menatap kerlap-kerlip lampu di lautan gerimis salju. Tiba-tiba aku tersentak, “laki-laki itu yang berjas biru muda” teriakku dengan lantang menggunakan bahasa indonesia. Connie hanya terperangah ”what your mean? Is he skandar”. Itu skandar yah aku mengenalinya lebih dari segalanya. Caranya berjalan, caranya menatap lalu-lalang kendaraan, caranya mengepal tangan ketika kedinginan. Apa aku salah? Tapi skandar tak mungkin berada disini, mungkin hanya khayalku.


Keesokkan harinya, semua terlihat sama. Entah kenapa aku akan melihat seseorang seperti skan yang akan berjalan kesana-kesini mengelilingi jalan yang aku tempuh. Hal ini embuatku mencukupkan masa kuliah di Kanada dengan sedikit lebih cepat karena aku ingin kembali ke Indonesia.

Indonesia... aku merindukan cuaca disini, hangat. Ini bandara soekarno-hatta. Bandara yang 3 tahun lalu ku tapakkan kaki dengan penuh kesedihan karena seseorang yang kuharapkan datang dan mendukungku di negri orang lain tak datang.ia tak melepasku dengan kebahagiaan dan hari ini terulang lagi aku tak menerima sambutan tangan yang hangat ketika ku berhasil menepati janjiku untuk pulang selama 3 tahun. Ku langkahkan kaki tanpa memperdulikan semua orang yang berlalu lalang di bandara. Tiba saat sorotan mataku tertuju pada seseorang berjas cokelat dan berpakaian rapi menatapku dengan tersenyum, rambutnya memang sedikit rapi dari yang pernah aku kenal, namun aku takkan bisa melupakan segala detail wajahnya meski sudah selama ini. aku tahu aku tak memakai kaca mata, namun aku sangat menghafal orang yang berbadan tinggi ini dengan senyumnya yang sangat bisa mencairkan suasana ketika ia tersenyum. Seketika aku terdiam dan menyadari itu semua.. dia?! Apakah aku sedang bermimpi?

pertemuan pertama kami di Kanada mengejutkanku karena tak pernah ku sangka seorang Skandar begitu menepati janjinya. Kukira ia melupakan segala janjinya karena tak ada pesan sama sekali atau bahkan panggilan darinya bagaimana bisa aku bisa berprasangka baik padanya? Namun aku salah hari ini, Tuhan yang menakdirkan kami bertemu.


Setelah mengalami masa yang cukup berat di Kanada, tibalah masa perpulangan. Aku hanya mengira mungkin ia telah melupakan masa 3 tahun itu. Ahh.. ternyata tidak, entah dari mana ia tahu. Ia menjemputku di bandara dengan senyumnya yang masih sama seperti dulu “hairaaaa”. Inilah suara yang membuatku berfikir mutlak bahwa itulah suara Skandar. Bagaimana bisa ia mengetahui perpulanganku hari ini, padahal aku tak pernah memberi tahukannya karena aku memang tak pernah menghubunginya. Tak sadar tanganku melepas koper hingga terjatuh. Ia terlihat lebih sehat dan ceria hari ini. rasanya aku ingin berhamburan kepelukannya dan mengatakan “Skandar.. aku merindukanmu.” Aku tak butuh untuk mengetahui apa alasannya meninggalkanku tanpa kabar seperti itu karena kekhawatiranku segalanya sudah hilang. Aku tak butuh penjelasan, dia ada di depanku itu sangat lebih dari cukup. Namun tangan dan kakiku terlalu terpaku atas semua yang terjadi .Terasa sangat dingin, aku tak ingin mengedipkan mataku karena aku takut ia akan hilang dari penglihatanku. sehingga air mataku jatuh menangis terharu.

        Kali ini aku sama sekali tidak bermimpi karena Ia datang dan memelukku, inilah kali pertamanya aku merasakan pelukan dari tangannya, terasa hangat. “tahukah kau berapa kali aku merindukanmu selama ini?”. Ia hanya membelai rambutku dan berkata “haira aku menepatinya hari ini. Maafkan aku. Aku mencintaimu”. Aku tak pernah menyentuh jemarinya. Tangan itu merangkai tanganku seolah berkata bahwa dia takkan meninggalkanku sampai kapanpun. Kau tahu skan? Waktu ini, ya hanya getaran di waktu ini yang aku tunggu selama ini.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 30, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

₩₩₩Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang