Happy Reading❣
-------------------Setelah mobil orang tuanya pergi, Halwa segera masuk kekamar kosnya. Dia mengetuk pintu seraya mengucapkan salam.
Tok... Tok... Tok
“Assalamu’alaikum.” Salam Halwa yang tak lama ada yang membukakan pintunya dari dalam kamar.
“Wa’alaikumussalaam.” Jawab seorang gadis sepantaran dengan usia Halwa dari dalam kamarnya dan Halwa pun langsung memasuki kamar itu dan menutup pintu kamarnya.
“Halwa kamu apa kabar? Aku merindukanmu Wa. Kamar ini ga ada kamu jadi sepi.” Lanjutnya sendu seraya memeluk Halwa yang sedang membereskan barang bawaannya tadi.
“Alhamdulillah Halwa baik-baik saja. Ah cuman 3 hari aja ditinggal udah rindu. Gimana kalo sebulan Fa.” Jawab Halwa dengan kekehan dan membalas pelukan dari Ifa. Ya, gadis sepantarannya itu bernama Ifa.
Ifa adalah teman kamar Halwa juga teman sekelas Halwa dikampus. Asal dia dari Palembang, makanya saat libur 3 hari kemarin dia ga pulang karena sayang dengan waktunya yang tersita diperjalanan daripada dirumah nantinya. Dan saat dia diajak ikut kerumahnya Halwa, dia menolak dengan halus karena takut merepotkan keluarga sahabatnya itu. Jadi dia memilih untuk tetap di Malang dikamar kosnya, hingga wajarlah jika dia merindukan sosok Halwa yang ceria dan suka meramaikan suasana kamar.
Setelah acara melepas rindu dikamar, mereka berdua menyiapkan buku kuliah dan mempelajarinya bersama untuk esok hari dikamar. Pukul 8 malam lebih, orang tua Halwa mengabari bahwa mereka telah sampai rumahnya.
Pukul 3 malam, Halwa bangun untuk menunaikan sholat tahajjud. Setelah sholat, dilanjut dengan bermunajat pada Allah dan membaca Al-Qur’an untuk menunggu adzan shubuh berkumandang.
Saat adzan shubuh selesai berkumandang, Halwa menunaikan sholat qobliyah shubuh dan menunggu Ifa untuk sholat shubuh berjama’ah. Setelah sholat shubuh, mereka berdua bergegas mandi dan bersiap-siap pergi ke kampus dan sarapan pagi dikantin seperti biasanya.
Dikampus, mereka langsung menuju kekantin. Disana mereka bertemu dengan sahabat-sahabat mereka, Tika dan Azzam.
“Assalamu’alaikum.” Salam Halwa dan Ifa bebarengan.
“Wa’alaikumussalaam.” Jawab Tika dan Azzam bersamaan.
“Tumben kamu udah disini duluan Tik, biasanya telat.” Tanya Halwa sambil terkekeh menghadap Tika.
“Ye enak aja kamu Wa, aku ga pernah telat kekelas, palingan hanya kurang 5 menit doang.” Jawab Tika dengan tatapan tajam. Dan menimbulkan kekehan pada para sahabatnya.
“Iya deh iyaa.” Jawab Halwa jengah.
“Udah, udah. Buruan dimakan deh Tik keburu dingin. Halwa sama Ifa pergi sana pesen makan.” Titah Azzam.
Setelah Azzam memerintah mereka bertiga, mereka langsung melaksanakan kegiatan sarapannya masing-masing.
Selain Ifa, Halwa memiliki 2 orang sahabat lagi, namanya Tika dan Azzam. Meskipun tempat kosnya ga sama, tapi mereka tetap satu kelas dari semester pertama hingga semester lima ini.
Tika adalah teman Halwa yang paling bar-bar dari ketiga sahabatnya itu. Tapi dia orang pertama yang akan membela sahabatnya jika itu benar. Tika berasal dari kabupaten Malang. Sehingga tiap pekannya, dia akan pulang dan membawakan camilan untuk para sahabatnya.
Sedangkan Azzam, dia adalah teman Halwa yang paling kalem dan alim seperti Ifa. Dia yang selalu mengajak sahabatnya untuk mengerjakan kebaikan. Azzam berasal dari Semarang. Dari mereka berempat, Azzam lah yang paling ditakuti oleh para sahabatnya ketika ia sudah bersuara.
Mereka berempat bersahabat sejak menjalani ospek kampus, dimana mereka dipertemukan dalam satu kelompok dan menjadikan mereka sampai saat ini selalu bersama.
Setelah makan, mereka berempat pergi menuju kelas. Setelah kelas selesai pukul 10 pagi, mereka keluar kelas dan ngobrol di bangku taman.
“Gais, ke kantin yuk.” Ajak Tika pada para sahabatnya.
“Ntar aja ke kantinnya, sekarang sholat dhuha dulu aja baru ke kantin.” Sela Azzam yang diangguki para sahabatnya.
“Yaudah ayo kita ke masjid.” Seru Halwa sambil berdiri dan diikuti para sahabatnya.
‐--------------------
Jangan lupa untuk tinggalkan jejak readers.
*Vote & Comment*
Thankyou❣
KAMU SEDANG MEMBACA
KAMULAH SUAMIKU
Подростковая литератураSetiap pertemuan adalah bukan sebuah kebetulan, melainkan sebuah skenario yang telah dirancang oleh-Nya. Bertemu dengan orang asing atau bahkan orang yang tak asing lagi bagi kita. Pernahkah kita mensyukuri terjadinya pertemuan? Dan menanyakan menga...